Author notes : Haloha minna! Ini fanfic keduaku dan pasti masih abal-abal banget tulisan ini ;w; Dan ini fanfic pertamaku di fandom Naruto, mohon bantuannya ya senpai. Sebenernya ide ini mendadak muncul waktu stress ngafalin ulangan apa gitu aku sendiri udah lupa hehe… yaudah, langsung baca aja deh ya!
Disclaimer : Masa sih gatau? Yaudah ntar aku kasih tau ya, yang jelas bukan punya Aria ya XD
Summary : Sasori tidak suka pada adik kembarnya, Sakura. Sakura selalu mengikuti Sasori kemanapun Sasori pergi, bermain, di sekolah, dan di rumah. Tapi saat tingkah laku Sakura berubah, Sasori merasa ada yang kurang… perasaan apa ini?
Words : 3.161
The Innocent Life
Chapter 1 : Sister's Noise
"Sasori-nii!"
Saat ini matahari sedang bersinar terik, membuat siapa pun di Konoha ingin diam di dalam rumah dengan AC, atau sekedar menikmati ice cream untuk menyejukkan diri. Namun, di depan sebuah taman terdapat dua orang anak kecil berusia 5 tahun yang tampaknya kurang akur. Yang satu adalah anak laki-laki berambut merah, bermata hazel dengan kaos putih polos dan celana pendek selutut. Sedangkan yang satunya lagi adalah anak perempuan berambut merah muda, bermata emerald dengan kaos hijau muda tanpa lengan dan rok di atas lutut.
"Sasori-nii!"
Anak laki-laki bernama Sasori tersebut nampak tidak mempedulikan teriakan sang adik dan terus berjalan dengan ekspresi kesal. Di belakangnya, anak perempuan berambut merah muda itu terus mengikuti langkah kakinya dengan ekspresi takut dan bersalah.
"Sasori—"
"Iya aku dengar, Sakura!" bentak Sasori pada adik kembarnya. Ya, mereka adalah anak kembar.
"Ha—habisnya daritadi nii-chan tidak menjawab Sakura," jawab Sakura pelan.
"Lalu? Apa yang ingin kau katakan?" balas Sasori cuek.
"Sasori-nii… marah?" tanya Sakura sambil menatap mata Sasori dengan matanya yang berkaca-kaca.
Setiap kali Sasori melihat tatapan Sakura yang seperti itu, ia selalu merasa bersalah. Tapi Sasori tidak ingin menunjukkannya dan memilih untuk diam dan lanjut berjalan.
Sakura tidak bergerak sama sekali dari tempatnya semula, "Sasori-nii… tidak senang ya dengan Sakura?"
Langkah Sasori pun terhenti. Tidak senang? Dibilang benci pun sepertinya tidak berlebihan. Ya, Akasuna Sasori membenci adik kembarnya Akasuna Sakura. Padahal mereka lahir sebagai anak kembar, tapi Sasori merasa dunia mereka sangat berbeda, tentu selain fakta bahwa dirinya laki-laki dan adik kembarnya perempuan. Sasori merasa perhatian orang tuanya jauh lebih tertuju untuk Sakura. Padahal mereka terlahir dari ibu yang sama, tapi sifat mereka sangat bertolak belakang, Sasori yang pendiam sedangkan Sakura ceria. Mungkin perhatian orang tua lah alasan terbesar Sasori membenci Sakura. Yah, bagaimana pun seorang anak pasti sangat menginginkan kasih sayang dan perhatian orang tua mereka.
"…" Sasori terdiam. Salah satu alasan lain Sasori membenci Sakura adalah karena Sakura perempuan. Sasori selalu merasa risih dan malu jika ia sedang bermain dengan teman-temannya yang lain dan Sakura selalu membuntutinya. Ia berharap adik kembarnya adalah laki-laki agar ia bisa bermain bersama dan bukannya mendapat beban untuk selalu menjaga adiknya yang merepotkan ini, "Jangan selalu mengikutiku. Kau…" rasanya Sasori agak berat untuk mengucapkan kata selanjutnya tapi ia merasa harus, "…menyebalkan."
Sasori pun melanjutkan langkahnya untuk kembali pulang ke rumah dan meninggalkan Sakura yang masih terpaku di tempat. Sakura hanya bisa diam dan menatap punggung Sasori yang semakin menjauh dan dari pandangan. Selama ini Sakura memang terbiasa dengan sikap dingin kakak kembarnya, ia terbiasa dengan tatapan tajam dari kakaknya, tapi tidak untuk kalimat yang tadi. Meski Sakura tidak begitu mengerti arti kata 'menyebalkan' tapi ia merasa dadanya sakit. Padahal ia hanya dimintai tolong oleh ibu mereka untuk memanggil Sasori pulang dari rumah temannya, yang hanya terpisah oleh sebuah taman dan lima rumah, karena hari sudah menjelang sore.
Location: Akasuna's family house
Saat Sasori tiba di rumah rasa kesalnya belum hilang, terlebih lagi saat ia tiba pertanyaan dari Ibunya adalah, "Dimana Sakura?" untungnya ia tidak perlu menjawab pertanyaan itu karena beberapa detik kemudian adik kembarnya itu masuk. Sasori merasa semakin kesal, padahal yang diminta pulang oleh Ibunya adalah dirinya tapi kenapa saat tiba di rumah tidak ada salam selamat datang tapi malah menanyakan adiknya. Sudah jelas kan adiknya pasti akan sama-sama tiba di rumah juga. Sasori sempat melirik ke arah Sakura dan Ibunya, hatinya terasa semakin sakit karena dilihatnya sang Ibu sedang mengelus-elus kepala Sakura sambil tersenyum, dan adik kembarnya itu tampak sedikit murung. Mungkin karena kalimat yang ia ucapkan tadi di depan taman, tapi ya sudahlah ia tidak mau begitu memikirkannya. Sasori langsung berlari menuju lantai dua dan bersiap-siap untuk mandi sore, mungkin saja air shower dapat membawa kekesalannya pergi.
Sakura melihat Onii-chan nya berlari ke lantai dua tadinya ia ingin ikut mengejarnya, tapi mengingat kalimat di depan taman rasanya kakinya jadi sulit digerakkan. Sakura memang anak yang optimisme nya tinggi dan tidak suka berburuk sangka, jadi ia berusaha sekuat tenaga untuk menghapus pikiran bahwa kakaknya itu sedang berusaha menjauhi dirinya. "Mungkin saja Onii-chan mau mandi, Sakura tidak usah ikut lagipula Sakura kan sudah mandi sore," pikirnya. "Okaa-san, Sakura mau bantu masak makan malam ya," ucapnya sambil kembali menunjukkan senyum imutnya dan berlari mengejar Ibunya.
Selama Sakura dan Karen, ibu Sasori dan Sakura, memasak makan malam Sasori yang sudah selesai dengan mandi sorenya duduk di kasurnya. Kasurnya dan kasur Sakura bertingkat, Sasori bagian atas dan Sakura bagian bawah. Sebenarnya Sasori ingin membantu Ibunya dan Sakura mempersiapkan makan malam, tapi ia masih merasa bersalah atas apa yang sudah ia ucapkan tadi sore dan belum siap untuk bertatap muka dengan adik kembarnya.
Sekitar setengah jam Sasori terus duduk di kasurnya, ia mendengar suara mobil Ayahnya tanda bahwa ia sudah kembali dari kantor. Sasori melirik ke arah jam dinding dan menyadari sekarang sudah pukul 18.30. Ia pun segera turun dari kasurnya untuk berjalan menuju dapur, tapi adik kembarnya lebih dulu menghampirinya dari balik pintu kamar mereka. "Onii-chan, makan malam sudah siap. Setelah Otou-san selesai mandi kita semua mau makan," ucapnya sambil tetap tersenyum manis ke arah Onii-chan nya.
Sasori sebenarnya terkejut, bagaimana bisa Sakura tersenyum semanis itu seolah Sasori tidak pernah mengucapkan kalimat kejam itu padanya. Sasori jadi merasa sedikit malu pada dirinya sendiri, tapi ia tidak mau menunjukkannya dan sebagai balasannya ia hanya menjawab, "Sebentar lagi aku kebawah." Sakura pun mengangguk dan berlari menuruni tangga.
"Biasanya Sakura menarik-narik tanganku supaya cepat turun…" pikir Sasori. Tidak mau terlalu memikirkan hal itu Sasori pun segera keluar kamar dan menuruni tangga. Setibanya ia di meja makan, ia langsung duduk di kursi biasanya, di samping kursi Sakura. Ia dan Sakura sudah duduk bersebelahan, namun rasanya ada yang aneh. Ya, aneh, biasanya Sakura selalu berceloteh ceria pada Sasori, meski sering kali juga Sasori mengabaikannya. Tapi kali ini hanya ada keheningan, jika ada yang berbicara pun itu pasti antara Sakura dengan Karen, atau Sasori dengan Karen. Beberapa menit kemudian Haru, ayah dari Sakura dan Sasori, menghampiri meja makan dan berseru, "Hai anak-anak kesayanganku, Sasori dan Sakura," sambil melebarkan kedua tangannya.
Sakura langsung tersenyum lebar dan melompat dari kursinya yang tinggi dan memeluk ayahnya. Karen, Haru, dan Sakura tertawa gembira, sedangkan Sasori hanya tersenyum tipis melihatnya. Setelah Sakura puas memeluk dan kepalanya diusap-usap oleh ayahnya, ia kembali berusaha menaiki kursinya. Haru menatap Sasori dan kembali membuka kedua tanganya, mengisyaratkan bahwa sekarang adalah giliran sang bocah berambut merah ini. Sasori turun dari kursinya dan memeluk ayahnya, ia juga mendapatkan usapan di kepala. Setelah kebiasaan sebelum makan ini selesai, mereka langsung memulai makan malam.
"Oh iya, Sasori, Sakura, besok maaf ya Okaa-san tidak bisa menjemput kalian di sekolah. Okaa-san dapat kabar katanya teman Okaa-san waktu kuliah dulu meninggal, jadi mau pergi melayat," ucap Karen di sela-sela perbincangan.
Sakura tampak bingung dan memiringkan kepalanya sambil sendok tetap berada dalam mulutnya, "Melayat? Itu apa?"
Haru tampak sedih mendengar berita tersebut, namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya, "Itu artinya menghadiri ke upacara pemakamannya, sayang. Tapi Otou-san juga tidak bisa menjemput kalian, Otou-san juga kan baru pulang dari kantor pukul 17.00."
"Aduh, bagaimana ini. Okaa-san pun baru ditelepon tadi sore, dadakan sekali jadi belum sempat menitipkan kalian pada siapa-siapa," ucap Karen khawatir.
Sasori pun angkat bicara, "Kami bisa pulang sendiri Okaa-san, Otou-san. Lagipula jarak TK dan rumah tidak terlalu jauh."
"Iya! Sakura bisa pulang berdua dengan Onii-chan kok! Hehe…" timpal Sakura sambil tersenyum bahagia. Mungkin, hanya mungkin jika Sasori berkata seperti itu berarti Sasori sudah memaafkan dirinya, dan jelas itu membuat Sakura senang.
"Tapi kan tetap saja berbahaya kalau dua anak berumur 5 tahun jalan sendirian, apalagi anaknya kembar imut-imut seperti kalian ini! Kalau diculik bagaimana? Dan belum lagi kan harus menyebrang jalan, Okaa-san khawatir," cerocos wanita berambut cokelat muda sebahu itu.
"Bagaimana kalau kita titipkan saja pada keluarga temannya Sasori yang rumahnya dekat dengan kita itu, siapa namanya? Tou-san lupa," ucap Haru.
"Itachi, Otou-san," jawab Sasori datar sambil memotong sosis yang ukurannya agak kebesaran untuk mulutnya yang mungil itu.
Haru menjentikkan jarinya, "Nah itu. Bagaimana?"
"Tidak perlu, Tou-san. Aku tidak mau merepotkan orang tuanya Itachi."
"Okaa-san juga memang tidak mau merepotkan keluarga Uchiha itu, tapi bagaimana lagi…"
Sakura mengacungkan tangan kanannya dan berkata, "Sakura dan Sasori-nii tidak akan kenapa-kenapa kok Tou-san, Kaa-san. Kalau hanya menyebrang jalan kan ada Sasori-nii yang akan menjaga Sakura supaya Sakura tetap aman, iya kan?"
Melihat adiknya tersenyum seperti itu, Sasori tidak bisa menolak, "Iya…"
Meski sempat terjadi perdebatan selama beberapa menit, akhirnya Karen dan Haru menyerah dan mengizinkan kedua anak kembarnya untuk pulang sendiri besok. Acara makan malam pun selesai, keluarga Akasuna sedang berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi sampai jam tidur Sasori dan Sakura tiba. Setelah menyikat gigi, kedua anak kembar itu pun berjalan menuju kamarnya, dengan Sakura yang tampak sudah sangat mengantuk.
Setibanya mereka di kamar, Sakura segera membaringkan diri di atas kasur empuknya dan bergumam, "Oyasumi Onii-chan," dan terlelap menuju dunia mimpi. Sedangkan Sasori menaiki tangga pendek menuju kasurnya dan bergumam pelan, "Oyasumi Sakura-chan."
Malam berganti pagi. Cahaya bulan berganti menjadi cahaya hangat matahari. Seperti biasa, Konoha pun mulai ramai kembali. Burung-burung mulai bersautan satu sama lain, cahaya matahari tampak sedikit demi sedikit menyinari langit cerah ini, dan suara percakapan manusia mulai terdengar disana-sini.
Saat ini masih pukul 6 pagi, namun Sakura sudah terbangun dari tidurnya padahal jam wakernya biasanya berbunyi pukul 06.30. Ia merasa kepanasan di kasurnya dan ingin rasanya ia segera mandi pagi. Sakura mengusap-usap matanya yang masih terasa berat karena mengantuk sambil mulai turun dari kasurnya untuk beranjak ke kamar mandi. Sebenarnya Sakura merasa kepalanya sedikit berat, tapi ia mengabaikannya dan beranggapan mungkin itu efek kerena dirinya masih mengantuk. Sakura keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi lantai 2 perlahan dan mengambil handuknya. Sempat ia mencium wangi masakan ibunya dan tersenyum membayangkan kira-kira apa menu sarapan pagi ini.
Sekitar 20 menit Sakura di kamar mandi, kemudian ia kembali ke kamarnya dan Sasori. Sakura melihat ke arah kasur kakak kembarnya, dan nampaknya ia masih tertidur pulas. Sakura pun membuka lemari pakaiannya dan mengeluarkan seragam TK nya yang berwarna merah muda, warnanya hampir menyerupai warna rambutnya tapi ini sedikit lebih tua, dan memakainya. Tepat saat alarm berbunyi, Sakura sudah selesai mengenakan seragamnya dan Sasori pun terbangun sambil mengusap matanya seperti yang tadi dilakukan oleh Sakura. Ia pun segera turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Karena Sasori tidak mematikan alarm jam waker nya, maka Sakura lah yang mematikannya.
Sasori sempat terkejut mendapati adik kembarnya sudah siap dengan seragam sekolahnya sedangkan dirinya baru terbangun. Biasanya Sasori lah yang pertama bangun dan melihat adiknya masih tertidur pulas. "Jangan-jangan aku bangun kesiangan?" pikirnya panik kemudian ia segera berlari keluar kamar menuju kamar mandi. Sakura hanya bisa menatap kembarannya dengan tatapan heran, kemudian duduk di kasurnya sambil menunggu Sasori. Kakinya ia julurkan ke lantai, meski tidak dapat mencapainya, dan mengayun-ayunkan kedua kakinya kedepan dan kebelakang sambil menggumamkan sebuah lagu.
Sekitar 10 menit kemudian Sasori kembali ke dalam kamar dan dengan tergesa-gesa memakai seragam berwarna biru mudanya. Sakura semakin heran melihat tingkah laku Sasori dan menegurnya, "Sasori-nii, kenapa terburu-buru?"
Sasori terdiam sebentar dan menatap adik kembarnya. Melihat adiknya sesantai itu, ia merasa ada yang salah. Ia pun melirik jam dinding dan jam wakernya, dan disana tertera 06.43. Sasori menepuk jidatnya sendiri, ia merasa bodoh. "Aku kira kita kesiangan," jawabnya singkat.
"Hee? Bukan berarti kalau Sakura bangun duluan artinya kita kesiangan lho," Sakura pun menggembungkan kedua pipinya imut, "Okaa-san sudah membuatkan sarapan, ayo Onii-chan kita ke bawah," lanjutnya sambil tersenyum dan berlari semangat ke lantai 1.
Location: Konoha Kindegarten A
Saat ini Sasori dan Sakura sudah tiba di taman kanak-kanak Konoha A setelah diantar oleh Karen. Di Konoha ini terdapat 4 taman kanak-kanak, mulai dari A-D. Sebenarnya A, B, C, dan D itu hanyalah nama TK nya saja, berhubung Konoha itu luas, jadi TK nya tersebar di 4 titik.
Terlihat anak-anak lain pun sudah tiba di TK Konoha A, ada yang sudah duduk di dalam kelas, ada yang sedang berkumpul di taman bermain TK, ada juga yang baru memasuki gerbang seperti Sasori dan Sakura. Setelah Karen mencium kening dan pipi kedua anak kembarnya ia segera pergi menuju ke pemakaman temannya yang berada di Suna.
Biasanya Sakura pasti akan menggandeng paksa tangan Sasori, dan kadang ini membuat Sasori malu, namun kali ini Sakura hanya tersenyum ke arahnya dan berlari kecil menuju kelas, "Onii-chan ayo masuk!"
Sebenarnya Sasori merasa senang juga sekarang Sakura tidak se-menyebalkan biasanya, tapi entah kenapa di sudut hatinya ia merasa sepi. Rasanya ada yang salah dengan tingkah laku adiknya ini. Sasori menggelengkan kepalanya berharap pemikiran aneh ini hilang dari kepalanya kemudian mulai berjalan perlahan menuju ruang kelas.
Location: Sakura and Sasori's classroom
Sejak kemarin ternyata memang benar, Sakura berubah. Tentu ia masih ceria, tersenyum, dan manis seperti biasanya, tapi ada yang berbeda. Sasori merasakannya dan menyadarinya, kemungkinan besar ini adalah efek dari perkataannya kemarin sore.
Biasanya Sakura selalu menempel-nempel pada Sasori meskipun Sasori sedang bermain dengan Itachi, Deidara, dan teman laki-lakinya yang lain. Setiap kali ada pembagian kelompok, Sakura selalu menarik tangan Sasori agar satu kelompok, dan segala kegiatan lainnya pun sama saja.
Tapi seharian ini Sakura tidak mengusik Sasori saat dirinya sedang bermain dengan teman-temannya yang disebut-sebut sebagai kelompok Akatsuki itu. Sakura berusaha untuk bergabung dan bermain dengan anak perempuan lainnya, meski beberapa kali ia seperti tidak dianggap. Ya, pada dasarnya Sakura selalu menempel pada Sasori, sehingga ia hanya mempunyai sedikit sekali teman perempuan. Bahkan bisa dibilang teman perempuannya hanya Konan, itu pun karena Konan adalah satu-satunya anggota perempuan dalam Akatsuki. Konan bisa bergabung dengan Akatsuki karena rumahnya bertetangga dengan Pein, ketua Akatsuki. Sebenarnya Sakura pernah diajak bergabung oleh Pein, berhubung Sakura anak baik dan sering bermain dengan mereka, namun Sasori melarangnya. Bukan anggota Akatsuki saja Sakura sudah sangat mengganggunya, bagaimana jika ia menjadi anggota?
Sakura hanya mengusik Sasori sekali hari ini, yaitu saat dirinya memberikan kotak bekal Sasori yang ternyata salah dimasukkan kedalam tas Sakura oleh ibunya. Setelah memberikan kotak bekal itu Sakura langsung pergi dan berusaha untuk ikut bergabung dengan kerumunan anak perempuan yang lainnya. Sakura memang anak yang manis dan baik, namun ia sedikit mengalami kesulitan jika harus berinteraksi dengan orang yang menurutnya asing. Melihat adik kembarnya tidak dianggap oleh anak-anak yang lain dan akhirnya ia memakan bekalnya sendirian di mejanya, membuat hati Sasori sedikit sakit, ia sendiri tidak mengerti kenapa.
Tanpa disadarinya ternyata sedari tadi Sasori selalu memperhatikan Sakura, dan ini membuat teman-teman Akatsuki nya heran. "Ne, Sasori. Dari tadi kamu memperhatikan Sakura terus, ada apa?" tanya Pein.
"Tidak biasanya Sakura-chan duduk sendirian begitu. Biasanya kan dia selalu bergabung dengan kita, un," timpal Deidara.
Sasori terdiam beberapa saat sebelum pikirannya kembali terfokus, "Entah. Biarkan saja, begini lebih damai," lalu ia kembali meminum susu kotak cokelatnya.
Di sisi lain, Sakura sedang menatap kotak bekalnya dengan lesu. Rasanya ia tidak bernafsu untuk makan, padahal biasanya ini adalah salah satu waktu yang paling ditunggu-tunggu. Lidah Sakura terasa aneh, makanan yang melewati tenggorokannya terasa sedikit pahit. Karena Sakura benar-benar tidak bernafsu untuk makan, akhirnya ia merapikan kembali kotak bekalnya dan memasukkannya kedalam tas, kemudian menghabiskan susu kotak rasa stroberi kesukaannya, meski rasanya agak aneh kali ini.
Pukul 13.00, matahari serasa berada di puncak kepala. Udara terasa panas sekali, ditambah lagi ini adalah musim panas. Bel tanda pulang pun berbunyi di TK Konoha A, dan anak-anak langsung berlarian keluar kelas untuk menemui orang tuanya lalu pulang. Tapi tidak untuk anak kembar merah dan merah muda ini. Hari ini Ibu mereka, yang biasanya datang menjemput tidak bisa hadir karena harus melayat temannya di Suna dan berjanji akan tiba di rumah pukul 15.00, jadi mereka harus pulang sendiri. Biasanya anak TK tidak akan berani pulang sendiri, tapi tidak untuk Sasori. Ia merasa sudah besar dan berani untuk pulang sendiri. Tapi ia tidak sendiri, ia berdua dengan adik kembarnya. Sasori sebagai seorang kakak jelas mendapat tanggung jawab untuk menjaga adiknya, dan Sasori menyanggupi itu.
Sebenarnya jarang sekali Sasori menawarkan tangannya untuk bergandengan dengan tangan Sakura, tapi kali ini ia merasa harus karena mereka akan menyebrangi beberapa jalan. "Sini, pegang tanganku nanti kita akan menyebrangi jalan."
Harusnya Sakura merasa senang Sasori mau memberikan tangannya untuk ia gandeng, tapi Sakura merasa tidak enak. Sakura merasa tangannya sendiri panas, ia tidak ingin kakaknya khawatir atau merasa kepanasan karena menggandeng tangannya, jadi ia menggelengkan kepalanya, "Tidak usah. Sakura juga kan sudah besar, jadi Sakura tidak perlu digandeng lagi."
Sasori merasa heran tapi karena ia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga Sakura, dan tentu ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya, ia meraih tangan kanan Sakura dengan tiba-tiba. Tentu saja ini mengejutkan Sakura, tapi Sasori juga terkejut karena…tangan Sakura terasa panas. "Sakura, kau sakit?"
Sakura segera menarik kembali tangannya dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya, "Tidak kok, Sakura cuman kepanasan." Mendengar jawaban Sakura, Sasori hanya mengangkat bahu dan mulai berjalan diikuti oleh Sakura.
Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, tibalah mereka berdua di jalan yang cukup besar. Disitu mereka harus menyebrang, kembali Sasori menawarkan tangannya, dan lagi-lagi ditolak oleh Sakura. Karena merasa kesal tawaran baiknya ditolak dua kali oleh adik kembarnya, Sasori langsung berjalan melewati zebra cross tanpa melirik kiri dan kanan terlebih dahulu. Ternyata saat Sasori menyebrang, lampu merah untuk kendaraan sudah berubah menjadi hijau. Sasori tidak menyadarinya, tetapi Sakura melihat ada sebuah truk besar yang mengebut ke arah Sasori.
Rasanya semua seperti slow motion. Sakura segera berlari, berniat untuk mendorong kakak kembarnya dari bahaya ia berteriak, "Onii-chan!" Sasori membalikkan tubuhnya dan melihat adik kembarnya sedang berlari sekuat tenaga menuju ke arahnya. Sedetik kemudian yang ia tahu hanya tubuhnya didorong dengan kuat oleh Sakura hingga tersungkur ke jalan beraspal.
Matanya melebar ketika ia melihat Sakura tersenyum lega ke arahnya dan kemudian tubuh adiknya terbanting, tertabrak, digantikan oleh truk besar berwarna kuning. Dan suara terakhir yang ia dengar sebelum air matanya turun, yaitu suara klakson dari truk kuning di depannya yang telah menabrak Sakura…
To be continued…
Yaay! Begitulah chapter 1 XD Ini masih permulaan sih hehe… feels nya dapet kah? Disini aku ingin bikin karakter Sasori waktu kecil tuh dia benci sama Sakura, tapi meski benci masih ada rasa sayang karena mereka anak kembar, dan bibit-bibit siscon XD *plak*
Chapter 1 ini aku ambil judul "Sister's Noise" sebenernya itu judul lagu fripSide OST nya Toaru Kagaku no Railgun S. Kalau ada yang belum nonton season 1 nya, nonton deh! Misaka Mikoto & Shirai Kuroko nya MOE lho! Hehe… aku ambil judul ini sebenernya bukan karena isi lagunya, tapi karena judulnya aja yang lumayan nyambung sama chapter ini.
Dimohon review nya ya senpai-tachi XD Bukan flame nya o3o See you next chapter!
