Vocaloid © YAMAHA


Between He and You, and Forever…

© khiikikurohoshi

Dia akan terluka. Setelah terluka, selamanya akan begitu. Dia takkan pernah melihat langit biru lagi. Dia akan terus melihat langit yang kelam dan berwarna kelabu. Dia akan terus terluka—selamanya…

.

Dia akan terus duduk di sana, menatap nanar benda yang ada di hadapannya, tanpa kedipan sedikit pun. Dia akan begitu. Terus begitu… lalu terluka. Dia akan terus terluka—selamanya…

.

Dia akan menangis, tapi tidak lagi. Karena langit sudah menggantikan posisinya untuk menangis. Sekarang, dia hanya bisa terluka. Karena sejak hari itu—dia ditakdirkan untuk terluka. Selamanya, seumur hidupnya…

.

Dia hanya mengingat langit berwarna kelabu. Dia sudah lupa warna langit yang sebenarnya. Karena baginya, langit kelabu itu identik dengan dirinya yang akan selalu terluka. Terluka. Selamanya…

.

Dia terluka sekarang—sampai dia mati. Tapi kau tidak menolongnya untuk bangkit. Kenapa? Karena kau merasa tidak mampu lagi untuk itu. Kau sudah tidak berdaya dihadapannya. Dia akan selalu menatapmu, tapi kamu tidak mampu menatapnya kembali. Selamanya…

.

Dia terluka lagi. Takdir sudah menuntunnya ke padang penuh luka. Kau berniat untuk menolongnya sekarang. Tapi bagaimana caranya? Ini taruhan. Kau harus bisa menyelamatkannya sekarang, atau dia akan berakhir terluka selamanya…

.

Kembali, dia menatap nanar benda dihadapannya. Benda itu adalah pemisah antara dia dan kau. Sedikit lagi, dia akan berakhir terluka. Selamanya…

.

Akhirnya, kau berpikir keras untuk menyelamatkannya. Melalui apa? Telepati. Kau yakin idemu konyol. Tapi satu-satunya jalan untuk berkomunikasi dengannya adalah telepati. Kau pun berniat mengirimkannya telepati melalui benda pembatasmu dan dia.

.

Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, dia menatap nanar benda di hadapannya. Kali ini, dia menatapnya agak lama. Sebab dia menyadari keberadaanmu…

.

Kau menyampaikan pesan telepatimu dengan sempurna. Dia terdiam, masih berjongkok—menatap benda di hadapannya. Kali ini tatapannya tidak nanar. Tapi melembut. Sepertinya dia akan mengikuti pesan telepatimu. Kau hanya bisa berharap padanya.

.

Kau berhasil menyelamatkannya dari akhir yang memilukan. Sekarang, dia bangkit dan mengecup nisan—pembatas duniamu dan dunianya. Dia berbisik dengan suara lembut, namun kau masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

.

"Selamat tidur, Rin."

.

Itu adalah jawaban dari pesan telepatimu.

"Kau tidak boleh terluka selamanya, Len. Tapi kau boleh berbahagia selamanya. Karena aku akan selalu bersamamu. Selamanya…"

.

Kalian akan selalu bersama. Dalam suka, maupun duka. Dalam kaya, maupun miskin. Dalam keadaan sehat, maupun sakit. Dalam untung, maupun malang. Sampai maut memisahkan kalian berdua. Selamanya… bersama.

.

Bukankah… kalian sudah berjanji seperti itu?


E N D •


A/N: FIC APAAN NIH! Dx (maafkan saya… ini pelampiasan rasa bosan saja). Jangan bohong, ah! Gile… lo tuh lagi sakit apaan sih! (beneran… ini juga pelampiasan karena hari terakhir libur… dan lagi, gua nggak sakit!). URUSAI! Kalau sampai dapat flame… kugigit nih! Awas aja! (iya… iya -_-. Saya sudah siap kok, bos). Lantas, setelah cerita ini… mau gimana? (nggak tahu deh… ntar dipikirin lagi). Beneran? Janji loh ya! (It's easy, bos). HUH! Baiklah… karena kayaknya lagi-lagi saya pengen buat fic pendek untuk pelampiasan hari terakhir libur… ugh. Maaf sekali kalau jadi stroke bacanya m(-_-)m… bingung sama fic ini? Kalian bisa bertanya kok! (tapi tidak dijawab… *DZIIIGH!) URUSAI! Jangan dengarkan omongannya! Well… see you next! X9 *langsung berubah*

.khiikikurohoshi.