Derai hujan yang lebat kini telah berhenti digantikan oleh rintikan lembut hujan gerimis. Pagi ini aku berjalan menyusuri jalanan yang lumayan sepi karena cuaca hari ini. Semua bangunan terlihat lembab, jalan jalan dipenuhi genangan air, tanaman hijau makin terlihat segar, cuacanya sejuk sekali.

Aku tidak mempedulikan genangan air yang ku temui di sepanjang jalan. Aku berjalan tanpa arah tujuan yang jelas sama seperti hatiku saat ini, dingin, tanpa arah. Aku berjalan menatap lurus tanpa memperhatikan sekelilingku, aku terus berjalan tanpa mempedulikan lagu yang mengalun dari headphone-ku.

Setelah aku berjalan beberapa blok entah mengapa ada perasaan yang menarikku untuk berhenti, berhenti di sebuah jalan tepat di depan suatu caffe, ya, caffe. Caffe yang sering kukunjungi dengan seseorang yang pernah menjadi sesuatu 'yang amat berharga' dalam hidupku.

Aku mencintainya, namun kata itu tak pernah terucap dari mulut kami berdua, entah kenapa aku bisa bertahan dalam hubungan yang tidak jelas ini, mungkin karena aku terlalu mencintainya. Disana kami sering melewati hari dengan canda tawa yang riang, namun sekarang rasanya bagai bangun dari mimpi indah. Cukup sekali dan tidak dapat kembali.

Karena itu sekarang aku lebih memilih untuk mencoba melupakan dirinya. Aku tak ingin merasakan sakit dan sesak ini untuk kedua kalinya. Untuk itu aku mencoba untuk membuat hatiku tak bisa merasakan apapun, aku mencoba membekukan hatiku.

Aku kembali berjalan, tak kupedulikan rasa rindu ini, malah kucoba untuk membunuhnya. Aku berjalan menatap langit yang mendung, melepas headphone yang tepasang di telingaku. Ritme rintikan hujan telah berubah, rintikan hujan makin lama makin deras. Aku mempercepat langkahku, namun derasnya hujan mengalahkan derap langkah-ku sehingga aku terpaksa berteduh di tempat terdekat yang dapat memberiku perlindungan supaya tidak basah kuyup. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah box telephone.

Aku berusaha mengeringkan pakaian-ku yang setengah basah oleh hujan dengan sapu tangan yang kuambil dari saku. Aku kembali memasang headphone-ku dan kuputar sebuah lagu untuk mengiringi derai hujan diluar sana. DBSK - doushitte kimi wo sukinatte shimatandarou (why did I fall in love with you). Now play.

Tak lama kemudian muncul siluet seseorang yang berlari menghampiri tempat-ku berteduh kini. Aku sengaja bergeser untuk menyediakan ruang yang lebih luas lagi untuk orang itu. Orang itu datang, jas coklat panjangnya sedikit kuyup, ia memakai topi coklat tua entah warna aslinya atau lebih gelap karena basah, ia sedikit lebih tinggi dari-ku, tangannya menggapai gagang dan membuka pintu, ia masuk wajahnya tertunduk dan terhalangi oleh syal merah yang melilit ehernya.

Ia menghadap kearah luar, melonggarkan syalnya dan mencoba mengeringkan dirinya dengan sapu tangan. Kemudian ia melepas topinya, berbalik seraya berkata,

"maaf mengganggu," katanya sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya.

Akupun membalas salamnya akhirnya mata kami bertemu, mata itu mata lavender yang indah dan menyejukkan, aku ingat mata itu, pandangan mata itu, aku terbelalak.

"ya, tidak masa… ne… ji…"

"garaa?..."

Jantungku seakan berhenti setelah mengetahui siapa orang yang kutemui hari ini, dadaku serasa dihujam seribu jarum, rasa sakit yang amat sangat, tanganku bergetar, air mataku menetes, sakit, rasa ini, aku tak dapat menahannya, aku berlari menerobos dirinya mencoba keluar dari tempat ini, terlambat, ia menahan tanganku, menarikku kembali masuk.