Try with series again. Hope you'll like it :)
"Kenapa sih kita harus belajar menggambar Baek?" Sehun bertanya pada Baekhyun.
"Kenapa sih kamu masuk jurusan arsitektur kalau tidak mau menggambar?" Baekhyun menjawab sambil meneruskan gambarnya.
Keduanya merupakan mahasiswa jurusan arsitektur. Baekhyun yang memang berbakat menggambar, mencoba untuk menyalurkan bakatnya pada jalur yang benar. Sehun? Sebenarnya dia berbakat untuk menggambar, hanya saja bukan menggambar sesuatu yang sangat tinggi tingkat ketelitiannya seperti yang dilakukan arsitek. Lagipula Sehun lebih suka menggambar menggunakan aplikasi di komputer seperti corel atau paling sulit CAD. Tapi dia menggunakan aplikasi itu untuk membuat gambar artistik bukan gambar teknik seperti yang dilakukan semua arsitek. Lalu kenapa Sehun malah masuk jurusan arsitektur bukan seni rupa atau seni yang lain yang ada hubungannya dengan gambar yang diminatinya? Menurut keluarga Sehun arsitek itu lebih keren. Menyebalkan ya?
"Kita kan bisa pakai aplikasi. Kenapa harus menggambar dengan tangan?" Sehun tidak berhenti menggerutu.
Akhirnya Baekhyun menghentikan kegiatan menggambarnya dan memperhatikan Sehun. Kalau Sehun tidak mau diam dia jadi tidak berkonstentrasi kan. "Kamu kesulitan di bagian mana? Sini biar ku bantu. Jangan menggerutu terus. Kalau kita tidak selesai sekarang kita tidak bisa pulang cepat Sehun." Baekhyun mengerti sekali menghadapi Sehun tidak bisa pakai emosi juga.
"Ada yang tidak dimengerti? Kenapa kamu belum mulai menggambar?" Baru suaranya saja sudah membuat Sehun terdiam. Melihat siapa yang datang Baekhyun pun melanjutkan menggambarnya. Tidak mau kena marah.
Kim Jongin. Salah satu asisten praktikum mereka sekaligus ketua badan eksekutif mahasiswa di fakultas mereka. Auranya itu tidak bisa dibilang baik, dibilang buruk juga tidak. Tegas mungkin pas untuk menggambarkannya.
"Aku bingung memulai menggaris sudutnya kak." Untungnya refleks Sehun baik.
"Hmm." Jongin membungkukkan badannya ke arah meja Sehun dan mengambil penggaris yang Sehun simpan di pinggir mejanya. "Satukan begini penggarisnya, kalau begini jadi 15 derajat garis yang kamu bentuk. Mengerti tidak?" Tidak mengerti pun Sehun tetap mengangguk. "Coba sekarang kamu yang garis. Aku akan perhatikan salah atau tidak." Jongin kembali menegakkan tubuhnya agar dapat melihat Sehun menggambar dengan jelas.
Sehun mulai memegang pensilnya, dia gugup. Siapa sih yang tidak gugup kalau dilihat oleh orang yang auranya saja bisa membuat orang lain kabur. Akibatnya tangannya gemetaran, garis yang digambarnya pun tidak lurus dan akhirnya pensilnya jatuh karena tangannya yang gemetaran. Sehun dengan cepat mengambil pensilnya kembali dan mengambil penghapus untuk menghapus garisnya yang miring tadi.
"Kak, aku sudah selesai." Suara Baekhyun sedikit menyelamatkan Sehun.
"Kamu boleh pulang." Jongin berkata.
Baekhyun membereskan peralatan menggambarnya dan menatap Sehun yang menatapnya balik dengan pandangan meminta tolong, tapi Baekhyun kan tidak bisa berbuat apa-apa. "Aku duluan ya Sehun." Pupus sudah harapan Sehun. Jadi dia meneruskan kegiatannya yang tadi tertunda. Menggambar lagi.
"Kak Jongin, aku sudah selesai." Tidak mempedulikan temannya yang lain Sehun terus menggambar sesuai yang diajarkan Jongin tadi. Hasilnya tidak terlalu akurat, jarak antar garisnya berantakan, ketebalan goresannya pun tidak rata. Yang penting gambarnya selesai dan aku bisa pulang, begitu pikir Sehun setelah gambarnya selesai.
"Kak, ini gambarku." Sehun menyerahkan kertas A3nya pada Jongin yang menungguinya dari tadi. Yang benar saja, teman Sehun sudah pulang semua dari tadi.
"Hmmm." Bahkan Jongin hanya membalasnya dengan dehaman malas.
"Sehun ini kertas gambarmu." Baekhyun menyerahkan kertas yang di kumpulkan Sehun saat praktikum kemarin. Nilainya 67, banyak coretan tangannya Jongin disana. Gambarnya banyak ditandai oleh Jongin. Sehun sih pasrah saja. Toh hasil menggambarnya memang tidak serapih Baekhyun.
"Tadi kamu juga disuruh untuk menemui Kak Jongin tuh." Baekhyun meneruskan.
Sehun melebarkan matanya yang hanya segaris itu, "Baek bantulah aku. Dia pasti akan memarahiku karena tidak becus menggambar."
Baekhyun menghela nafas melihat kelakuan Sehun, "Terima sajalah, kamu kan memang tidak benar menggambarnya. Siapa tahu dia berbaik hati untuk mengajarimu private disela kesibukannya. Lagi pula dia lumayan tampan untuk dibawa ke rumah setiap malam minggu." Baekhyun malah menggoda Sehun.
Sehun menggerutu kesal mendengarnya. "Diam lah kamu. Dasar tidak solutif menyebalkan! Dimana Kak Jongin sekarang?"
Baekhyun tertawa mendengar Sehun akhirnya menyerah. "Di sekretariat. Bersikaplah sebagai anak baik-baik ya Sehun." Dan dengan itu Baekhyun lari dari Sehun sebelum Sehun berbuat kekerasan padanya.
Sehun yang kesal pun berjalan sambil menggerutu ke sekretariat badan eksekutif mahasiswa fakultasnya untuk menemui Jongin.
Sehun langsung masuk ke sekretariat dan menghadap Jongin yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya, "Kenapa Kakak memanggilku ke sini?"
Jongin terlihat santai dan menghentikan kegiatan mengetiknya tadi, "Kamu masih ada kelas setelah ini?" Jongin menjawab pertanyaan Sehun dengan pertanyaan lagi.
"Tidak ada lagi Kak. Memangnya ada apa?"
"Aku mau mengajakmu kencan." Jawab Jongin tetap santai.
Sehun tidak percaya dengan apa yang didengarnya, "Maaf Kak, tadi Kakak bilang apa?"
"Kamu mendengarnya dengan jelas tadi. Ayo kencan denganku." Sehun sebal. Mana ada mengajak kencan seperti mengajak bertengkar begitu.
"Maaf kak, aku sibuk. Lagi pula aku harus belajar agar lebih baik lagi menggambarnya."
"Ah soal nilai menggambarmu, kalau kamu mau menjadi pacarku, nilaimu bisa jadi 80 tanpa berusaha. Bagaimana?"
Sehun geram mendengarnya, dia sebenarnya bisa, hanya saja dia malas, "Tidak perlu. Aku bisa berusaha sendiri. Kalau tidak ada lagi yang ingin Kakak bicarakan aku permisi dulu."
Sehun pun meninggalkan Jongin yang memejamkan matanya menahan amarah.
"Haahahhahaaa" Terdengar suara tawa yang sangat familiar ditelinga Jongin. Kenapa dia tidak menyadari kalau dari tadi ada orang lain disini? Dia kan jadi malu dua kali.
"Kamu sudah menurunkan harga dirimu yang setinggi langit itu dan masih tetap ditolak? Hahahaha oleh adik tingkat pula hahahaha harusnya kamu malu Jong." Park menyebalkan Chanyeol selalu berhasil membuat harinya yang buruk jadi tambah buruk.
Jongin kesal mendengarnya, jadi dia segera membereskan barang-barangnya dan bergegas pulang. Persetan Park Chanyeol yang tertawa sampai mulutnya sobek.
"Jadi hari ini kalian akan menggambar desain rumah sederhana, ini gambar yang akan kalian gambar." Jongin menunjukkan gambar sebuah rumah di proyektor dengan satu lantai yang hanya terdiri dari satu kamar mandi, satu dapur dan satu ruang tamu. Dibuat mirip rumah minimalis Jepang yang hanya memaksimalkan penggunaan ruang, sesempit mungkin rumah, semakin bangga sang pemilik rumah.
"Skala yang digunakan bebas sesuai yang kalian inginkan, tapi tetap harus proporsional. Semua angka disini dalam satuan millimeter. Selain itu detail bahan penyusunnya," Jongin menunjuk ke beberapa bagian gambar. "harus dibuat sejelas mungkin, kalian boleh mengganti bahan penyusunnya dengan bahan yang menurut kalian lebih cocok. Simbol-simbolnya juga ada di buku praktikum kalian jika kalian ingin melihat bahan apa saja yang mungkin digunakan. Ada pertanyaan?" Jongin mengakhiri penjelasaannya.
Baekhyun mengangguk-angguk paham. Bagaimana dengan Sehun? Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin maksudnya tidak ada yang ingin ditanyakan. Jongin diam-diam menahan rasa gemasnya melihat kelakuan Sehun.
"Baiklah waktu kalian satu setengah jam untuk menggambar dan selagi kalian menggambar aku akan berkeliling untuk mengawasi." Kelas praktikum itu mulai menggambar di kertas A3 yang sudah disiapkan, tidak terkecuali Sehun.
Well, Sehun terlihat serius sekali. Dia benar-benar memperhatikan setiap goresan yang dibuatnya, tidak mau ketebalannya berbeda, dia sudah berlatih untuk ini ngomong-ngomong. Sehun dengan teliti manghitung panjang setiap garis sesuai dengan skala yang ditentukannya di awal. Dia paling benci ketelitian yang dibutuhkannya untuk menggambar sesuatu seperti ini, tapi dia butuh ketelitian itu untuk membuktikan pada Jongin bahwa dia sebenarnya bisa, hanya malas saja kemarin.
Jongin sudah sampai ditempat Sehun untuk mengawasi. Sehun pun sadar dengan kehadiran Jongin, maka dari itu dia menegakkan punggungnya, mencoba untuk membangun kepercayaan dirinya dan terus menggambar.
"Jangan pakai kayu itu kalau untuk dasar, nanti bangunanmu habis dimakan rayap." Perkataan Jongin menginterupsi kegiatannya, sebentar. Setelah membuka buku praktikumnya dia memutuskan untuk menggunakan bahan lain yang dianggap lebih kuat dan meneruskan gambarnya tanpa menjawab perkataan Jongin.
"Kak, aku sudah selesai." Lagi-lagi Baekhyun menyelesaikan gambarnya lebih dulu. Sehun hanya mendengus karena Baekhyun lagi-lagi meninggalkannya.
"Ini gambarku Kak." Satu-persatu teman-teman Sehun yang lain mulai mengumpulkan gambarnya juga, sementara Sehun masih berkonsentrasi untuk menyelesaikan gambarnya. Sangking seriusnya menggambar dia tidak sadar Jongin memperhatikannya yang dari tadi menggambar dengan ekspresi serius yang lucu menurut Jongin. Dahi yang kadang berkerut, bibir yang melengkung ketika garis yang dibuatnya tidak sesuai dan lain sebagainya. Sampai akhirnya Sehun menyelesaikan gambarnya dan mendongakkan kepalanya. Dia langsung melebarkan mata sipitnya melihat Jongin ada disebelahnya.
"Sudah selesai?" Jongin bertanya.
"Sudah Kak." Sehun berkata sambil menyerahkan kertas A3nya.
"Well, sekilas ini lebih baik." Sehun mendengus mendengar tanggapan Jongin. Jadi dia buru-buru membereskan peralatan menggambarnya, tidak mau lama-lama berdekatan dengan Jongin.
"Kamu pulang dengan siapa?" Pertanyaan Jongin ini membuat dahi Sehun berkerut bingung.
"Sendirian Kak. Baekhyun sudah pulang duluan tadi." Tapi Sehun tetap menjawabnya juga.
"Kuantarkan saja bagaimana? Aku bawa motor." Jongin menawarkan.
"Tidak perlu merepotkan Kak. Aku sudah biasa naik bis kalau pulang."
"Dengar Sehun, aku minta maaf karena obrolan terakhir kita kemarin itu benar-benar tidak bagus untuk diingat. Harusnya aku tidak memaksamu dan menggunakan wewenangku sebagai asisten praktikum untuk mengajakmu kencan. Jadi aku berharap kamu mau memberiku kesempatan, kali ini aku meminta dengan benar dan yaah aku tidak mau memaksamu lagi. Berikan aku kesempatan lagi, bagaimana?" Sehun terlihat berpikir, Jongin sudah menunjukkan niat baiknya dan meminta maaf, tapi kejadian kemarin masih membuatnya kesal kalau boleh jujur.
Jadi akhirnya Sehun memutuskan, "Kakak tidak perlu khawatir, mengenai pembicaraan kita terakhir itu aku menganggapnya tidak ada." Memangnya karena siapa dia belajar menggambar dengan giat? Pembohong. "Tapi sungguh, aku bisa pulang sendiri. Lagi pula tidak enak dilihat yang lain kalau aku pulang dengan kakak, aku kan cuma praktikan biasa, Kakak juga tidak pernah pulang dengan praktikan lain kan?"
"Maka dari itu jadilah pacarku agar kamu tidak perlu merasa tidak enak dengan yang lain." Entah keberanian dari mana Jongin mengatakan hal itu pada Sehun. Padahal kan awalnya dia bilang ingin memulai dengan benar dan tidak akan memaksa Sehun.
Sehun melipat tangan di depan dadanya, defensif. Dia menghela nafas lelah, "Sungguh Kak, sikapmu tadi benar-benar tidak seperti kamu sekali. Aku akan menganggap kamu tidak berbicara apa pun tadi."
Jongin memejamkan matanya lelah, kenapa sih Sehun ini susah sekali ditaklukan? Padahal kan diluar sana banyak yang akan dengan sukarela menjadi pacar Jongin.
"Harusnya kamu sadar, aku bersikap seperti 'bukan aku sekali' hanya didepanmu." Jongin menghela nafas lelah, "Tidak bisakah kamu mempertimbangkan itu sebagai alasan untuk menjadi pacarku?"
"Well, itu kedengaran egois sekali Kak. Kan kalau kita berpacaran, semua tidak bisa dibicarakan sebagai kamu dan aku tapi kita. Lagi pula Kak, jujur saja. Aku tidak suka dengan Kakak."
"Kau tidak suka denganku?" Sehun mengangguk mendengar pertanyanan Jongin. "Baiklah, beri aku waktu kalau begitu. Satu bulan membuatmu setidaknya suka saja denganku. Bagaimana?"
"Dua minggu. Tidak baik membuang-buang waktumu untukku Kak."
"Baik dua minggu dan kalau aku berhasil membuatmu suka denganku, kamu harus jadi pacarku."
"Well, kalau Kakak membuatku suka denganmu, aku yang akan memintamu jadi pacarku."
"Terdengar lebih menyenangkan. Jadi sebagai awal aku akan mengantarmu pulang ya?"
"Baiklah." Sehun segera membereskan barang-barangnya dan jalan bersisian dengan Jongin.
Sehun menyesali perkataannya, bagaimana nanti kalau aku benar-benar menyukainya?
How?
