Our Fate
Fandom : Kuroko no Basuke / Kuroko no Basket
Rated : T – indonesia
Genre : Romance, Angst
Jumlah kata : 500 Kata.
Pairing : Akashi x Kuroko
Warning : Yaoi, Broken!AkaKuro
Disclaimer : Kuroko no Basuke / Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi-sama. Tidak ada keuntungan materil yang diperoleh dari membuat ataupun mempublikasikan fanfiksi ini. Fanfiksi ini dibuat hanya untuk kesenangan dan penyaluran hobi pribadi.
Summary : Hey ! Apa Kau baik-baik saja ? Aku baik-baik saja. Ayo kita berpisah ! Aku takkan menangis, karena hujan telah mewakili tangisanku.
####
Kedua pemuda itu telah duduk di sana selama satu jam. Mereka hanya saling duduk dan diam membiarkan kopi yang mereka pesan mendingin dengan perlahan. Pemuda dengan surai biru cerah yang sepadan dengan bola aquamarine di matanya itu telah memandang lama sosok bermata heterochrome di depannya itu, namun dia belum mendapat apa-apa. Pemuda heterochrome itu masih tanpa ekspresi.
Hujan mulai menunjukkan eksistensinya. Langit yang tadi berwarna kelabu, kini mulai menampakkan bulir-bulir air tawar dari atas sana. Kuroko Tetsuya, pemuda berambut biru cerah itu menghembuskan nafasnya. Dia tahu tanpa diberitahu sekalipun oleh Sosok Tuan Serba Benar di hadapannya bahwa ada banyak perubahan dari kisah mereka. Terutama pada kisah cinta mereka. Kuroko merasa, mereka memang akan di permainkan takdir seperti ini. Cinta mereka telah tumbuh, tapi untuk orang lain yang berbeda di hati masing-masing.
"Akashi-kun." Panggil Kuroko.
Kuroko sebenarnya merasa geli akan dirinya kali ini. Jujur saja selama ini dia tipe yang pasif dalam hubungan mereka. Namun untuk masalah kali ini, Kuroko berharap dia bisa jadi yang memulai terlebih dahulu dibanding pasangannya itu.
Tak mendengar respon suara dari yang bersangkutan, Kuroko mengesah pelan.
"Kita harus berhenti berkencan." Ucap Kuroko. Dia berhenti sejenak menunggu sambutan dari Akashi lagi. Kali ini pun, Akashi hanya menatapnya datar tanpa sesuatu yang meluncur dari kedua belah bibirnya.
"(Meski ini berat untukku) Aku berharap Akashi-kun menemukan gadis atau pemuda yang lebih baik dariku."
Mata sejernih lautan dangkal itu mulai memanas. Kuroko juga mulai meyakinkan dirinya agar terlihat kuat – paling tidak untuk saat ini saja.
"Tetsu – "
"Ini hanya sebuah momen kecil, aku akan melupakanmu dan kau pun juga. Ini yang terbaik bagi kita. Aku akan baik-baik saja. Percayalah. Begitupula Akashi-kun. Akashi-kun juga boleh membenciku kalau kau mau. Aku akan menemukan seseorang juga (Mungkin) secepatnya. " Potong Kuroko.
Kuroko tersenyum – sebuah senyum yang dia paksakan – sebelum dia bangkit dari duduknya dan meninggalkan beberapa lembar yen untuk membayar kopinya.
"Aku pulang dulu. Selamat sore, Akashi-kun."
Setelah berucap demikian, Kuroko langsung melangkahkan kakinya sesegera mungkin. Dia tak mau Akashi berusaha menahan tangannya ataupun tindakan lain yang menggoyahkan tekadnya kali ini.
Kelopak mata Kuroko terpejam selama dia berjalan menuju pintu keluar. Pemuda yang biasanya sangat pandai menyembunyikan ekspresi itu kali ini sangat berusaha untuk menahan air mata yang akan mengalir menuju dagunya dan menetes mengikuti gravitasi yang ada.
Kuroko juga berusaha untuk tidak melihat kembali ke arah Akashi. Dia takut. Kuroko takut kalau Akashi melihat wajahnya yang akan sangat buruk ketika menangis. Kuroko juga takut kalau dia melihat wajah Akashi yang sedih karena itu juga akan menyakiti hatinya.
Dan sore itu, air mata Kuroko benar-benar mengalir bersama air mata dari langit.
A/N :: Ini angst yang tiba-tiba lewat di otak saya. Sebab berpisahnya boleh reader-tachi bayangkan sendiri-sendiri karena apa.
p.s :: tanda kurung dengan tulisan miring itu pikiran Kuroko.
terimakasih telah membaca~
