Title : Dāngxuǎn

Cast : Xi Luhan

Oh Sehun

Wu Yifan

Kim Jongin

all EXO member

rate : T

Genre : romance

annyeong, ini FF kedua saya. semoga tidak mengecewakan. oh iya kalau pada nanya kenapa FF ini judulnya Dāngxuǎn karna dalam bahasa china Dāngxuǎn berarti sang terpilih.

selamat membaca...

review juseo ^^

.

.

.

.

Pagi yang cerah, terlihat sebuah mobil sport mewah berjalan memasuki sebuah sekolah. XOXOhighschool. Salah satu sekolah terelit di korea selatan. Namja pengemudi mobil tersebut turun diiringi pekikan pelan para yeoja yang melihatnya.

Begitu sempurna, dengan postur tubuh tinggi diatas rata-rata ,rambut pirang, hidung mancung, mata tajam dan jangan lupakan karismanya yang sangat kuat. Wu YiFan nama namja itu berjalan memasuki gedung menghentikan langkahnya saat ada sepasang kekasih super ricuh yang tiba-tiba datang menyerbunya.

"KRIIIIS...!" teriak Baekhyun sambil berlari menuju Kris atau Yifan. Kris hanya meresponnya dengan tatapan 'ada apa'nya.

"kau tau Kim Kai kan? Nah aku dengar dia sudah jatuh miskin.!" Kris mengerutkan keningnyanya bingung, pasalnya keluarga Kim adalah keluarga yang memiliki banyak perusahaan jadi jika mereka bangkrut bukan kah seharusnya sudah ada berita yang menyebar di televisi atau koran pagi.

"keluarga Kim bercerai, dan Kim Kai tidak mengikuti appa nya melainkan sekarang dia tinggal bersama ummanya." Jelas Chenyeol. Sebuah seringaian muncul dibibir Kris dan juga Chanyeol. Saatnya untuk bersenang-senang. Pikir mereka berdua.

o

"mama mau kau bersikap dengan baik dan tidak membuat masalah seperti kemarin. Ini adalah hari pertama sekolahmu disini, carilah teman yang sepadan dengan derajat keluarga kita. Jangan bergaul dengan orang miskin kemarin. Arra!" namja cantik yang kini duduk dikursi sebelah kemudi hanya tersenyum kecut.

"yakk Kim Luhan, jawab mamamu!" Luhan namja cantik itu hanya menghela napas keras lalu menatap yeoja paruh baya yang duduk dikursi kemudi itu dengan tatapan meremehkan.

"arra, XI Luhan akan menuruti perintah mamanya!" jawab Luhan dengan penuh penekanan lalu segera keluar dari mobil. Yeoja paruh baya yang ternyata mamanya itu hanya berdecih pelan.

.

Luhan berjalan memasuki sekolah barunya dengan angkuh, beberapa siswa menatapnya sambil berbisik-bisik namun ia tak peduli. Ia tetap melangkahkan kakinya dengan pandangan lurus kedepan.

'brukk'

"Aishh!" Luhan meringis dengan keras saat seseorang menabrakknya dengan cukup kencang sampai membuah dirinya terjatuh kebelakang. Ia segera berdiri dan melemparkan tatapan dingin pada namja albino yang tadi telah menabraknya.

"yaa...kau punya mata tidak sih! Kalau tidak punya sebaiknya jangan berjalan. Kau tidak lihat bajuku jadi berdebu, sial!" seru Luhan. namja albino yang masih terduduk itu hanya bisa cengo.

Apalagi saat Luhan dengan seenak jidatnya berjalan pergi tanpa melakukan apapun selain memarahinya tadi. Setelah kesadarannya kembali penuh, namja albino itu segera berdiri dengan angkuh.

"hey kau, berani sekali kau mengatakan kata-kata seperti itu kepadaku! Kau tak tau siapa aku?" Luhan yang mendengar seruan namja albino itu segera membalik badannya menghadap namja albino itu.

"kalau aku tau, maka aku akan memukulmu dari tadi!" jawab Luhan dengan senyum meremehkan.

"Oh Sehun!" tambahnya saat melihat name tag yang dipakai namja albino itu. Lalu kembali melanjutkan jalannya yang sempat tertunda.

o

Luhan baru saja keluar dari ruang guru saat melihat gerombolan siswa-siswa didekat lokernya.

'bugh'

"bagaimana rasanya orang miskin baru? Apa menyenangkan? Oh tentu saja, itu kan tempat asalmu Kim Kai! Kim kai memang lebih pantas menjadi seperti ini, di bully dan selamanya di bully tanpa bisa membalas."

'bugh'

"kau ini sudah jatuh miskin, tapi tetap saja sombong. Cobalah untuk bercermin tuan kim, apa kau masih pantas bergaya seperti tadi padahal sebentar lagi kau akan menjadi gelandangan diluar."

Luhan kembali mendengar suara pukulan yang bertubi-tubi. Ia tak bisa melihat apapun selain rambut pirang yang menyembul karna terlalu tinggi. Namun saat beberapa siswa mulai berjalan pergi Luhan dapat melihat seorang namja yang tengah terduduk dengan luka hampir diseluruh wajah.

Itu Kim Jongin, salah satu sahabat Luhan. baru saat ia akan melangkah menuju Jongin saat sebuat tangan mencegahnya. Luhan menoleh dan mendapati seorang namja dengan wajah tenang yang memberinya sebuah gelengan pelan.

"Junmyun hyung!" bisik Luhan.

"jangan kesana, Jongin akan baik-baik saja!" desisinya pelan namun tegas. Setelah itu Junmyun aka Suho berjalan meninggalkan Luhan yang masih mematung ditempat. Koridor kembali sepi dan hanya tinggal beberapa orang.

Namun itu tak menghalangi Luhan untuk melihat siapa pelaku pemukulan itu. Kedua mata itu bertautan dengan rasa keterkejutan yang besar.

"Yifan!"

"Luhan!"

Chanyeol yang tadi masih sibuk dengan Kai a.k.a Jongin yang sudah terlihat lemah mengalihkan pandangannya pada Kris yang berjalan pelan menuju seorang namja cantik yang tengah berdiri didekat salah satu loker.

Baekhyun pun melakukan hal yang sama, mereka sedang menebak-nebak kira-kira apa yang akan dilakukan Kris kepada namja cantik itu. Mereka berfikir bahwa Kris akan membully namja cantik itu karna mereka yakin namja cantik itu anak baru.

Mereka membelalakan matanya saat namja manis itu tak memberikan tatapan takut sedikit pun, justru ia mengangkat wajahnya angkuh dan melihat tangannya didada saat Kris sudah berdiri dihadapannya. Mereka terdiam cukup lama sampai mereka kembali dikejutkan dengan Kris dan namja cantik itu yang tiba-tiba berpelukan.

Chanyeol dan Baekhyun saling memandang dengan tatapan bingung.

"kapan kau datang ke korea? Kenapa tidak mengabariku?" tanya Kris saat pelukan diantara mereka sudah dilepas. Luhan hanya tersenyum dengan anggun.

"2 minggu yang lalu. Mama yang mengajakku kemari." Luhan menjawab dengan lembut.

o

Sehun baru saja memasuki sebuah ruangan yang memang disiapkan khusus untuk anak-anak satu genknya saat mendengar Baekhyun dan Chanyeol yang tengah heboh membicarakan anak baru.

"kau kenal dengan anak baru itu?" tanya Sehun memotong Chanyeol yang baru saja akan buka suara. Chnayeol mendecih pelan sebelum menjawab.

"yaa begitu lah. Namanya Kim Luhan, pindahan dari Canada. Ada apa?" sehun hanya menggeleng.

"hanya ingin tau saja." Jawabnya singkat sambil berjalan menuju sofa yang ada disana sedangkan ChanBaek kembali sibuk bergosip ria.

"oh ya Sehun!" Sehun menatap Chanyeol yang tiba-tiba memanggilnya.

"jika kau ingin mengetahuinya lebih lanjut kau bisa bertanya pada Kris hyung. Sepertinya mereka saling kenal." Sehun hanya membalasnya dengan deheman pelan.

Ia sedikit kesal karna Chanyeol menyebut nama Kris. Sehun selalu kesal atau bahkan marah jika ada yang menyebut-nyebut nama itu. Padahal Kris adalah hyung kandungnya, namun sejak orang tua mereka bercerai dan Kris ikut dengan ibunya di canada hubungan mereka tiba-tiba menjadi renggang.

Malah bahkan bisa disebut bermusuhan. Sebenarnya yang menganggap bermusuhan hanya Sehun, walaupun Kris juga tak pernah mau dekat-dekatan dengannya.

#flashback

Terlihat dua orang namja kakak beradik yang tengah makan bersama dengan kedua orang tuanya dimeja makan. Mereka adalah Oh Yifan dan Oh Sehun. Dua namja tampan dengan segudang pesona dan prestasi.

Ditambah lagi harta mereka yang melimpah, tentu membuat mereka menjadi rebutan para yeoja dan namja uke diluar.

Eomma dari mereka menatap diam-diam kedua anakknya secara bergantian. Keduan anaknya memiliki sifat yang sama, sama-sama tak mau mengalah daan sama-sama berambisius untuk menjadi yang terbaik dimata kedua orang tuanya.

Ia lalu menatap suaminya yang juga sedang menatapnya. Lalu mereka bertatapan cukup lama dengan tatapan yang sendu. Sampai setelah acara makan selesai sang appa mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan.

"appa dan eomma akan segera bercerai!" ucap namja paruh baya itu tegas. Sontak membuat kedua anaknya menatapnya dengan terkejut.

"apa maksud appa? Kenapa mengatakan seperti itu?" seru Kris atau Yifan dengan nada menuntut.

"kami merasa bahwa kami sudah tidak cocok. Dan sidang perceraian terakhir kami akan dilaksanakan besok!" sehun dan Kris semakin terkejut.

"tidak! Kalian tidak bisa seperti ini!" teriak Sehun kencang. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak kencang dan menyakitkan. Kedua orang tua yang paling disayanginya akan berpisah, ini tidak mungkin. Pikir Sehun.

"keputusan sudah bulat. Dan salah satu dari kalian harus ikut eomma." Jawab eomma mereka dengan tegas.

"appa aku ingin ikut ap-"

"tidak Kris, kau ikut dengan eommamu! Dan appa akan hidup dengan Sehun!" Kris terdiam mematung menatap punggung appanya yang kini berjalan meninggalkan ruang makan.

"AKU INGIN BERSAMA APPA!" teriak Kris lagi.

"appamu tidak memilihmu Yifan. Kau harus menerimanya dan ikut dengan eomma ke canada besok setelah persidangan." Tanpa sadar setetes air mata jatuh dimata Kris saat mendengar penuturan eomma kandungnya sendiri.

Benar, appa tidak memilihku. Appa membuangku setelah semua apa yang aku lakukan untuknya. Pikir Kris. Malam itu untuk pertama kalinya Oh Yifan menangis untuk waktu yang lama.

o

Sidang perceraian telah selesai, dan kini saatnya Kris dan eommanya berangkat ke canada. Kris sangat terpukul saat tak melihat appanya mengantarnya kepergiannya menuju canada. Hanya ada Sehun dan sekertaris Zhang yang menemani.

"jaga dirimu baik-baik selama eomma tidak ada. Bersikap baiklah kepada appamu, arra!" Sehun mengangguk sebagai jawaban. Ia memeluk eommanya sebentar lalu memandang Kris yang dari tadi terlihat murung.

"hyung ,jangan putus kontak denganku oke. Aku akan ke canada untuk mengunjungi kalian." Lalu Sehun memeluk Kris sebentar.

"tidak perlu. Aku pasti akan kembali ke korea." Jawab Kris datar. Setelah itu anak dan eomma itu berjalan memasuki pesawat menuju canada. Aku benci appa. Pikir Kris saat pesawat yang ia tumpangi mendarat didaratan canada.

Awalnya hubungan anatar Kris dan Sehun masih baik, sampai sebulan kemudian eommanya memberi kabar bahwa ia akan menikah dengan pengusaha kaya asal china yang mempunyai banyak perusahaan namun berbasis sangat marah, ia marah-marah melalui telepon kepada eommanya.

Kris hanya diam saja. Ia tak memberi respon apa-apa. Sampai beberapa hari sebelum eommanya menikah, yeoja paruh baya itu memasuki kamar Kris. Mengatakan bahwa kris harus menganti marganya menjadi Wu bukan Oh lagi. Selama ibunya mengatakannya Kris hanya diam.

Ia kembali teringat saat appnya justru tak memilihnya yang jelas-jelas lebih baik dari Sehun adiknya. Kris selalu mendapat nilai penuh, bahkan ia pernah beberapa kali menjadi wakil korea untuk olimpiade international dan mendapat hasil yang selalu menuruti semua perintah appanya. Apa yang appanya mau maka akan ia lakukan meskipun ia tidak suka.

Namun appanya justru mencampakkannya begitu saja, bukankah itu kembali merasakan hatinya yang sangat sakit mengingat kejadian itu. Ia menghela napas panjang lalu menatap eommanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"iya mama. Mari kita memulai hidup yang baru lagi dari awal, dan melupakan masa lalu yang memuakkan." Kris mengatakannya dengan suara yang bergetar, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Membiarkan eommanya yang menatapnya dengan tatapan sendu.

Hari itu saat Sehun mendengar bahwa Kris akan berganti marga ia sangat marah. Ia menelpon Kris dengan berbagai teriakan kata-kata sejak saat itu hubungan meraka sudah tidak seperti dulu lagi. Bahkan sampai Kris yang kembali lagi ke korea dua tahun berikutnya hunbungan mereka tetap sama, bahkan makin parah.

o

Jam sekolah telah selesai, Luhan berjalan menuju depan sekolah bersama dengan Baekhyun dan Chanyeol. Mereka baru saja dikenalkan oleh Kris dan dengan cepat langsung akrab seperti ini.

Mungkin karna pada dasarnya mereka sama-sama mempunyai sifat yang mudah bergaul meskipun Luhan masih agak sedikit kaku jika berinteraksi didepan umum seperti ini.

"Chanyeol Baekhyun, aku pulang dulu ya. Mamaku sudah menungguku, bye!" Luhan pun berlari menuju sebuah mobil mewah yang sudah terparkir dengan apik didepan sekolah. Ia melambai pada Chanyeol dan Baekhyun saat mobilnya mulai berjalan.

"siapa mereka? Apa mereka dari keluarga terpandang?" tanya mama Luhan yang duduk dibelakang kemudi.

"hmmm!"

"bagaimana sekolahmu tadi, apa menyenangkan?" tanya mama Luhan lagi. Luhan berdecak kesal.

"mama berhenti bertanya seolah aku ini anak yang baru masuk sekolah kemarin!" mama Luhan hanya mendengus sebal.

.

Mereka memasuki sebuah gedung apartemen mewah. Luhan hanya berjalan dibelakang mamanya dalam diam.

Secepat ini? Bagus lah kalau begitu. Pikir Luhan. padahal baru semalam ia mengatakan kepada mamanya agar ia dibelikan apartemen sendiri, dan yah mamanya benar-benar membelikannya.

Dan Luhan sangat yakin ini sangat mahal karna ini masuk di dalam daerah terelit di Seoul.

Mereka memasuki sebuah apartemen, Luhan hanya berjalan dengan santai sambil melihat-lihat calon tempat yang akan ditempatinya sendirian.

"mama sudah membelikan semua perabotan yang akan kau butuhkan selama kau tinggal disini, jadi kau tenang saja!" Luhan hanya berdehem pelan sembari melihat-lihat semua perabotan mahal yang ada diapartemennya.

"mama juga sudah mengisi kulkas dengan sayur, buah, daging dan beberapa minuman. tapi jika semua stok makananmu habis mama tidak bisa membelikannya untukmu. Kau harus berbelanja sendiri, mama akan mengirim uangnya keATMmu." Luhan tak menjawab, ia malah sibuk melihat-lihat isi kulkas.

"mama juga akan memberikan uang lebih agar kau tak kekurangan apapun. Jika perlu apa-apa telpon mama. Mama harus pergi sekarang!" Luhan tetap mengacuhkan mamanya yang berjalan menuju pintu.

"aku hanya perlu mama dan papa kembali seperti dulu!" seru Luhan.

dan itu sukses membuat mamanya berhenti sejenak.

"kau tau apa alasan mama. Aku benar-benar harus pergi sekarang!"

'blam'

Luhan mengigit bibir bawahnya, tubuhnya bergetar halus sampai sebuah isakan terdengar dari bibir tipis itu.

Luhan memukul dadanya dengan keras. Dia membenci dirinya sendiri, karna diriya kedua orang tuanya harus bercerai.

Benar, hanya demi masa depan Luhan kedua orang taunya rela bercerai meskipun mereka masih saling menyayangi. Luhan merasa dirinya tak berguna, bukannya mebuat bangga justru malah menghancurkan, anak macam apa aku ini. Pikir Luhan untuk dirinya sendiri.

o

Sehun baru saja pulang berjalan menuju koridor apartemennya saat tanpa sengaja ia berpapasan dengan yeoja paruh baya yang sedang berjalan dengan terburu-buru sambil menangis.

Ia mengangkat sebelah alisnya. Kenapa orang tadi, pikirnya. Ia mengangkat bahunya cuek lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju apartemennya.

Setelah berganti pakaian Sehun langsung merebahkan dirinya dikasur. Ia memejamkan matanya saat tiba-tiba bayangan namja yang menabraknya tadi pagi tiba-tiba terngiang diotaknya.

"Kim Luhan!" desis Sehun pelan.

"ck. Siapa dia? Kenapa begitu menarik?" Sehun menyeringai saat tiba-tiba ia mendapat sebuah ide. Ia segera bangkit dari kasur lalu mengambil ponsel miliknya. Menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantu.

"paman Zhang, bisa kau bantu aku?" Sehun kembali tersenyum aneh.

"bisa tolong kau cari tau tentang seseorang bernama Kim Luhan untukku? Hmmmm!" Sehun menutup sambungan telponnya lalu kembali tersenyum ,namun kali ini senyum tulus.

o

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. sehun sudah rapi dengan setelan seragamnya. Ia begitu bersemangat hari ini, apalagi tadi malam Sehun baru saja mendapat informasi tentang Luhan.

ah, ia benar-benar berterima kasih kepada paman Zhang. Ia berjalan dengan langkah ringan saat sebuah pintu yang tak begitu jauh dari apartemennya terbuka. Sehun melotot saat melihat siapa yang keluar dari apartemen tadi.

Seseorang dengan rambut coklat madu yang memakai seragam yang sama dengannya.

Xi Luhan. Luhan yang tak sengaja melihat Sehun pun ikut terkejut.

"Kau!" seru Luhan sambil menunjuk Sehun dengan tidak sopan, jangan lupakan ekspresi melototnya yang entah mengapa terlihat menggemaskan.

"oh hai XI Luhan. kita bertemu lagi!" Luhan semakin melebarkan matanya.

Apa? Ia tak salah dengarkan? Barusan Sehun memanggilnya apa? Luhan? XI LUHAN? luhan memundurkan langkahnya saat Sehun mulai berjalan mendekatinya dengan seringaian aneh.

'brukk'

tubuh mungil Luhan terbentur pintu apartemennya sendiri. Ia menatap Sehun dengan tatapan takut. Apalagi saat Sehun mengurung tubuhnya dengan kedua lengan kekarnya.

"perebut ayah orang!" Luhan semakin menegang saat Sehun membisikan itu ditelinganya.

Darimana Sehun tau. Pikir Luhan. Sehun menegakkan tubuhnya lalu melipat tangannya didada dengan angkuh. Lalu memberikan tatapan meremahkan kepada Luhan.

"haha, aku tak menyangka orang yang berani memakiku kemarin ini ternyata tak lebih dari seorang perebut ayah orang!" Sehun mengucapkannya dengan nada mengintimidasi.

"parahnya itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri." Sehun semakin menyeringai saat melihat Luhan sedikit menunduk dengan mata yang berkeliaran. Luhan mencengkeram jaket musim dingin yang ia kenakan.

"aku yakin jika aku membeberkan ini keseluruh penjuru sekolah. Sesuatu yang buruk akan terjadi padamu. Ya tapi mau bagaimana lagi, kau sudah membuatku sakit hati dengan makian debumu kemarin!" Sehun mengatakkannya dengan nada seolah disakiti, tapi dengan seringaian jahat diwajahnya.

"ah, bagaimana jika aku juga mengusik sahabat-sahabat bodohmu itu! Siapa saja namanya, aku lupa. Ahh, bukankah itu si miskin baru Kim Kai dan juga sekumpulan pecundang yang selalu berkumpul diatap sekolah. Benar-benar, aku masih ingat nama-nama mereka. Bukankah itu Suho, Xiumin dan juga Chen? Ah benar pasti akan seru jika membully ramai-ramai seperti itu." Seringaian Sehun semakin menjadi saat tiba-tiba Luhan menatap dirinya dengan tatapan tajam namun tetap saja terlihat imut.

"jangan berani-beraninya kau melukai mereka!" Luhan berdesis dengan tajam, namun bukannya takut justru Sehun malah tertawa sedikit keras. Suara halus seperti itu mana bisa membuatku takut. Pikir Sehun.

"tapi maaf tuan Xi, sepertinya aku tak bisa menuruti permintaanmu!" desis Sehun pelan lalu berbalik akan pergi. Baru saja ia akan melangkahkan kakinya saat sebuah tangan tiba-tiba mengcengkeram kecil baju bagian pinggangnya dari belakang.

"aku mohon!" suara lembut itu memohon. Sehun tersenyum penuh kemenangan sebelum berbalik menatap namja pendek yang sedang menunduk dihadapanya. Ia memegang kedua pundak namja mungil itu.

"oke, tapi kau harus memenuhi semua permintaanku! Bagaimana?" Sehun dapat merasakan bahwa namja dihadapannya ini menghela napas dalam.

"baiklah!" jawab Luhan pelan.

o

Sehun berjalan memasuki gedung sekolah dibelakang Luhan, ia mengamati pundak sempit namja keturunan china tersebut. Mereka bukannya berangkat bersama, buktinya mereka turun dari mobil yang berbeda.

Hanya saja karna jalur yang mereka lewati sama, jadilah mereka datang hampir bersamaan.

Sehun menatap punggung itu sambil berfikir. Luhan sangat berbeda dengan Luhan yang tadi, karna dari pengamatan Sehun saat Luhan turun dari mobil sampai sekarang Luhan bersikap begitu dingin dan angkuh seperti kemarin. Sangat berbeda dengan tatapan memohon dan takut yang ia tunjukkan di gedung apartemen tadi.

Sehun merasa bahwa Luhan lebih imut dan cantik saat menunjukkan ekspresi di gedung apartemen tadi, sedangkan Luhan disini terlihat kosong dan tanpa warna.

Eh, barusan dia bilang apa?

Imut? Cantik? Siapa yang imut dan cantik?

Luhan? Xi Luhan?

Jangan gila!

Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya sejenak.

Pikiran macam apa itu. Setelah merasa pikirannya kembali normal Sehun kembali melangkahkan kakinya, namun dihadapannya sudah tak ada Luhan.

"pergi kemana orang itu?" gumam Sehun. Namun ia hanya mengangkat bahu cuek dan kembali meneruskan jalanya yang tertunda.

o

Sehun berjalan memasuki kanti bersama dengan Tao dan juga tiba-tiba Chanyeol melambaikan tangannya pada seseorang diseberang sana. dipojok dekat jendela.

Orang yang tadi mendapat lambaian tangan dari Chanyeol hanya mengangkat tangannya keatas sebagai balasan. Namun saat tanpa sengaja matanya menangkap keberadaan Sehun namja itu langsung menurunkan tangannya pura-pura menyisir poni.

Sehun hanya mengikuti kemana ketiga temannya ini berjalan, dan dugaannya tadi benar bahwa mereka akan menuju tempat Luhan sekarang duduk dengan Kris dihadapannya.

"hai Kris, hai Lu!" sapa Baekhyun sesaat sebelum ia mendudukkan dirinya disamping Luhan disusul oleh Chanyeol disampingnya. Semenatar Sehun duduk disamping Tao yang duduk bersebelahan dengan Kris.

"kau mau pesan apa Sehun?" tanya Tao sambil berdiri bersiap untuk memesan.

"terserah kau saja!" Tao hanya mengangguk dan berjalan pergi.

Sehun sama sekali tak tertarik dengan lelucon yang sekarang BaekYeol buat. Sedari tadi dia terus saja diam memperhatikan tingkah Luhan yang duduk didepan Kris. Luhan duduk dengan sangat anggun, ia juga tertawa dengan sopan, berbeda dengan Chanyeol yang akan tertawa dengan sangat lebar.

Luhan juga akan menanggapi dengan lembut dan sedikit formal. Namun tiba-tiba ia jadi malas saat dengan tiba-tiba Kris mengajak Luhan bicara. Kris sangat antusian menanyakan ini menanyakan itu, Luhan juga meresponnya dengan baik.

Kenapa aku jadi kesal. Pikir Sehun.

Ia berdecih pelan saat tangan panjang Kris menoel hidung mancung Luhan.

apa-apaan mereka berdua, cih dasar genit. Kesal Sehun dalam hati.

o

Luhan berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya sebal. Pasalnya Sehun sedari ia pulang sekolah selalu membuntutinya. Ia baru saja akan berbelok untuk memasuki apartemenya saat tiba-tiba Sehun menarik tangannya.

"apa?" seru Luhan dengan kesal.

"kau tidak ingat perjanjian tadi pagi?" seru Sehun sambil menunjuk-nunjuk Luhan. namja mungil itu hanya menatap Sehun dengan sinis, lalu mengalihkan pandangannya.

"jadi apa yang kau inginkan?" Sehun diam, dahinya berkerut seperti memikirkan sesuatu.

"ah, aku ingin kau tinggal bersamaku!" jawab Sehun sambil tersenyum. Sementara Luhan yang mendengarnya langsung menatap Sehun dengan pelototan imutnya.

"kau gila, bahkan jarak apartemenmu dengan apartemenku hanya 3 petak!" seru Luhan sedikit keras. Namun Sehun hanya geleng-geleng.

"aku tidak mau tau!" dan dengan itu Sehun menarik tangan Luhan memasuki apartemennya.

"yak Sehun, apa yang kau lakukan! Lepasskan tanganku. Hey jangan gila!" Luhan terus saja berteriak agar tangannya dilepas. Sehun yang risih langsung menatapnya dengan tatapan yang sama dengan tatapan tadi pagi.

"kau tidak mau? Baiklah aku akan membuat saha-"

"oke-oke. Baiklah aku mau!" Sehun yang mendengarnya pun tersenyum lebar.

"anak pintar!" gumamnya sambil mengelus surai madu milik Luhan. halus. Pikir Sehun.

Luhan terus saja menhela napas dengan sebal. Pasalnya namja albino pemilik apartemen ini sangat menyebalkan.

Bayangkan saja, setelah membawa Luhan masuk justru namja tampan itu hanya membiarkan Luhan duduk disofa dekat televisi sementara namja itu berlalu begitu saja menuju kamarnya.

Sementara Sehun yang sekarang berada dikamar sibuk berganti baju, setelah selesai namja itu berjalan menuju pintu untuk menghampiri Luhan.

' cklek' baru saja pintu terbuka dan Sehun langsung dibuat berlari mengejar Luhan yang hendak berjalan keluar.

"yak, kau mau kemana eoh?" seru Sehun sambil memegang tangan Luhan. Luhan pun menoleh dengan sebal.

"tentu saja pulang!" jawab Luhan sambil menarik-narik tangannya.

"memang siapa yang memperbolehkanmu pulang?" Sehun tetap tak melepas tangan Luhan.

"aku hanya akan pulang untuk mandi dan berganti baju Sehun!" seru Luhan sambil menarik tangannya lebih kuat.

"tidak, kau bisa memakai bajuku jika ingin ganti!" jawab Sehun tegas. Luhan baru saja akan mengeluarkan protes saat tiba-tiba Sehun menariknya menuju kamar.

"kau pilihlah baju yang pas untukmu. Aku akan menunggu diluar!" perintah Sehun lalu berjalan keluar kamar. Luhan hanya membuka lalu kembali menutup mulutnya. Ia menatap sebal pintu yang baru saja tertutup.

"sebenarnya dia itu kenapa sih!" desis Luhan sebal.

Luhan keluar dengan kaos polos warna abu-abu dan celana pendek milik Sehun. Ia terus saja menggerutu sebal, apalagi sesudah itu Sehun menariknya menuju dapur.

"sekarang kau harus memasak untuk makan malam kita!" Sehun memerintah dengan seenak jidat, sementara Luhan yang mendengarnya langsung melotot heran.

"kau gila? Kau pikir aku ini orang yang sudah akrab dengan dunia dapur apa? Memasak ramen saja terkadang aku gagal!" seru Luhan sebal, ia menganggap ini sebagai pelecehan karna ia tidak bisa memasak. Sehun menghela napas.

Ia menatap Luhan yang sedang mengeluarkan ekspresi super sebalnya. Ia kembali mnghela napas sekali lagi.

"baiklah, kau tunggu saja di meja makan. Aku akan memasak untuk malam ini!" setelah itu Sehun mulai berkutat dengan bahan-bahan makanan.

Sementara Luhan hanya mengendihkan bahu cuek lalu menuruti perintah Sehun. Ia menatap Sehun yang sibuk memotong bahan dari tempatnya duduk sekarang.

Luhan menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Melihat Sehun yang memasak dengan begitu anggun mendadak Luhan merasa seperti de javu.

Mirip dengan Yifan, pikir Luhan.

Luhan terlalu sibuk melamun sampai tak menyadari bahwa Sehun telah selesai dengan pekerjaannya. Ia baru tersadar saat Sehun dengan seenaknya mencubit hidungnya dengan sedikit keras.

"YAAK!" teriak Luhan. ia mendengus kesal saat Sehun pura-pura tidak tau.

"aku sudah memasak untukmu, kenapa kau malah berteriak kepadaku!" gumam Sehun saat ia sudah mendudukkan dirinya disamping Luhan.

"salahkan tangan nakalmu yang dengan seenaknya mencubit hidungku itu, kau pikir ini tidak sakit apa?" seru Luhan, namun itu justru terdengar seperti Luhan yang sedang merajuk dimata Sehun. Sehun terkekeh pelan.

"sudahlah, daripada merengek seperti itu lebih baik kau makan sekarang!" ucap Sehun sambil menyerahkan makanan untuk Luhan. sementara namja cantik itu menerima makanan dengan ekspresi cemberut Sehun justru semakin terkekeh keras.

"YAAKK! Sehun!" pekik Luhan saat melihat Sehun hampir terbahak.

TBC

jangan lupa review ^^