Seorang gadis memandangi bayangan dirinya di cermin. Menata rambutnya yang sedikit mencuat, merapikan bajunya, lalu mengambil tas selempang berukuran sedang dan keluar kamarnya. Ia melangkah kakinya menuruni tangga dengan bersenandung riang.

"Nesia."

Gadis itu-Nesia- menghentikan senandungnya dan menatap senang ibunya dengan mata coklat muda cerahnya. "Ada apa ibu?" Tanya Nesia sambil menghampiri ibunya yang sedang terlihat gembira.

"Nesia, aku ingin memberitahu kau sesuatu,"

"Oh, apa itu ibu?"Tanya Nesia dengan penasaran.

"Maaf jika membuatmu kecewa Nesia. Tapi.. kita akan pindah ke London. Tempat yang ingin sekali ibu kunjungi dan tentu saja juga ditinggali." Balas Ibu Nesia dengan senyum mengembang di wajahnya.

Nesia membantu. Ia cukup shock. Ya, ia tahu ibunya sangat ingin tinggal di London dan melanjutkan pendidikan Nesia disana. Tapi apa sekarang? Setelah akhirnya ia menemukan teman yang menyenangkan dan seorang pacar keren berasal dari Belanda.

Nesia tersenyum, "Baguslah ibu. Akhirnya keinginan ibu tercapai. Kapan kita akan berangkat?" Tanya Nesia dengan setengah hati untuk tidak membuat ibunya kecewa, hanya karena Nesia tak menyutujuinya.

"Kita akan berangkat besok siang!"

"Eh?" Sekali lagi Nesia membeku ditempat. "Gimana dengan sekolahku?" Tanya Nesia dengan nada khawatir.

"Sudah ibu atur. Besok datanglah ke sekolahmu dan ucapan selamat tinggal pada teman-temanmu." Balas ibu Nesia sambil memeluk Nesia. Mengerti akan perasaan Nesia. "Ah, bukankah kau hendak berbelanja dengan temanmu? Gunakan waktu ini dengan sebaiknya. Oh, jangan lupa untuk membeli keperluan untuk di London." Lanjut ibu Nesia sambil mencium kening Nesia. Nesia tersenyum dan berpamitan dengan ibunya sebelum pergi.

Can You Tell Me

Axis Power Hetalia © Hidekazi Himaruya

OC Fem!Indonesia © Kyo Kyoya

Warning : Typos, OOC, Human Name Used, Aneh, Gaje, Slight Shonen-ai (Future), Straight, OC, Harem, Gakuen Hetalia, dan lainnya.

Pairing: Multimale!Nordic X Fem!Indonesia

DON'T LIKE, DON'T FLAME

...

Nesia tak bisa membendung air matanya ketika teman-temannya menghambur ke pelukan Nesia sambil menangis, ketika pagi itu di sekolah. Selama beberapa menit ia mencoba menenangkan teman-temannya. Akhirnya teman-temannya mulai tenang, walaupun masih sesenggukan.

"Nesia," panggil seorang pemuda berambut pirang jigrak seperti bunga tulip.

"Ah, kau. Ada apa?"

"Kau benar-benar akan pindah?"

"Ya. Aku akan pindah, dan aku tak tahu sampai kapan. Bisa saja selamanya aku akan disitu. Jadi.. bisakah kita putuskan saja hubungan ini?" Tanya Nesia dengan takut-takut. Mata pemuda berkebangsaan Belanda itu melebar terkejut sesaat sebelum kembali normal.

"Bukannya aku tak menyukaimu. Hanya saja aku tak kuat kalau kita berhubungan jarak jauh. Kau mengerti maksudku'kan?" Jelas Nesia ketika melihat reaksi sang pemuda.

"Ya, aku mengerti Nesia. Mulai saat ini kita teman." Ujar sang pemuda dengan senyum kecil. Nesia terbelak terkejut, tak menyangka tanggapan yang diberikan sang pemuda. Nesia tersenyum cerah dan mengatakan,

"Terima kasih."

Ketika matahari mulai berada diatas kepala, Nesia berpamitan kepada teman dan para guru di sekolah. Ia harus segera ke bandara agar tak tertinggal pesawat. Nesia melambaikan tangannya dengan lemas dibalik pintu mobil. Ia merasa sedih harus meninggalkan sekolah lamanya.

"Maafkan ibu, Nesia." Ujar ibu Nesia sambil memeluk anak semata wayangnya. "Tak apa bu. Aku yakin disana aku juga akan mendapatkan teman-teman yang seperti mereka. Aku yakin." Ujar Nesia, mencoba menyemangati dirinya. Kemudian dengan perlahan Nesia melepas pelukan sang ibu.

"Kita akan tinggal dimana?" Celetuk Nesia. "Ah, kita akan tinggal di mansion teman ayah. Ada anaknya yang tinggal disana. Dan mumpung teman ayah hendak bekerja di luar negeri dan anaknya ditinggal, dan kita akan tinggal di London, mereka menitipkan anaknya pada kita." Ujar ayah Nesia dari depan sebelah kemudi. "Oh.."

...

Nesia merasa lemah, letih, lesu, lungai, dan lapar, ya gejala 5 L. Oh ditambah badannya rasanya pegal sekali dan juga remuk. Karena berjam-jam ia duduk manis dalam pesawat terbang, tanpa melakukan hal yang cukup menguras tenaga. Dengan lemas Nesia menarik kopernya. Ayah dan ibunya berada di depannya, memimpin perjalanan dari pengambilan barang hingga ke depan bandara.

Di depan bandara berdiri seorang pelayan, atau mungkin butler yang menyambut mereka. Nesia berpikir seberapa kayanya teman ayahnya ini. Hingga mereka saja dijemput oleh seorang butler. Sang butler menuntun mereka masuk kedalam mobil yang telah disiapkan. Lalu si butler ke tempat duduk sebelah kemudi dan supir disampingnya mulai menjalankan mobil.

...

Nesia melongo dengan mulut terbuka ketika sampai di mansion itu. Mansion itu benar-benar terlihat indah, megah dan mewah. Mansion itu bertingkat tiga, dengan halaman belakang dan depan yang super lebar. Mungkin kalau ditempuh dengan jalan kaki, kau akan capek sendiri. Mansion itu dicat dengan warna putih dan sentuhan emas pada pilar-pilarnya dan hiasan dinding. Intinya super mega mewah dan megah. Nesia segera merapikan dirinya dan memperbaiki ekspresi tak elitnya tadi, ketika sang tuan rumah datang menyambut mereka.

Sang kepala keluarga memiliki wajah tampan, rambut platina, berkulit pucat, berwajah datar dan bermata biru gelap. Sedangkan sang pendamping kepala keluarga memiliki wajah yang cantik, rambut pirang pucat panjang bergelombang sepinggangnya, kulitnya juga pucat, dan matanya berwarna violet kosong. Tetapi ia tidak datar seperti ke banyakan orang yang memiliki mata kosong. Ia masih tersenyum cerah, secerah matahari.

Nesia sebagai anak baik yang tahu tata krama, mulai menyalami kedua orang itu dengan sopan.

Lalu mereka dipersilahkan masuk dan segera ditunjukkan kamar mereka oleh para pelayan. Nesia berpisah dengan orang tuanya ketika di lantai 2. Nesia ke kiri dan orang tua Nesia ke kanan.

Nesia menatap pelayan dihadapnnya. Iseng-iseng ia bertanya. "Em.. Kau sudah berapa lama bekerja disini?" Basa-basi Nesia. "Sudah 8 tahun, nona." Jawab si pelayan. "Kalau aku boleh bertanya, aku mau tanya tentang anak Mr. Bondevik." Balas Nesia. "Ah, maksud anda, tuan muda. Tak usah cemas, kamarnya berada di samping kamar anda. Anda bisa mengajaknya mengobrol, tetapi tuan muda itu sangat pendiam. Berusahalah nona untuk merebut hati tuan muda! Saya permisi, dan makan malam pada jam 6." Ujar si pelayan dengan mengebu-gebu, lalu pergi keluar kamar Nesia setelah menaruh barang-barang Nesia.

Nesia menatap bingung pintu yang ditutup oleh si pelayan. 'Merebut hatinya', oh pelayan itu pasti salah mengerti, batin Nesia. Nesia memandang ke sekelilingannya. Kamar itu benar-benar mewah, hingga Nesia tak bisa mendeskripsikannya. Setelah puas berkeliling kamar, Nesia memutuskan untuk menata baju dan barang-barangnya. Setelah selesai merapikan keperluannya, Nesia segera mandi dan bersiap diri.

...

Nesia menatap bosan jam dinding di kamarnya. Jarum pendek itu mengarah di angka 5 dan jarum panjang di angka 12. Bosan, Nesia bosan. Masih ada 1 jam sebelum makan malam dilaksanakan. Nesia beranjak dari duduk dan berjalan keluar kamarnya. Mungkin ia bisa menemukan ruang perpustakaan dan membunuh waktunya dengan membaca.

Nesia melirik sesaat pada pintu disebelah kamarnya. Ia penasaran dengan tuan muda itu. Segera Nesia tepis rasa penasaran itu, ia bisa berkenalan dengannya kapan-kapan. Yang penting sekarang adalah menemukan perpustakaan. Lalu ia mulai berjalan mengelilingi mansion itu dan juga membuka pintu satu persatu, secara perlahan.

Setelah beberapa menit berkeliling, akhirnya Nesia menemukan perpustakaan. Dengan hati gembira Nesia memasukinya dan melihat-lihat rak-rak buku yang menjulang tinggi. Nesia menatap kagum buku-buku itu, ia tak menyangka akan menemukan tempat banyak buku seperti di mansion ini. Nesia tahu kalau mansion biasanya banyak buku, tapi ia tak menyangka sebanyak ini!

Nesia berhenti melangkah, ia menemukan sebuah buku yang terlihat menarik. Tapi tempat itu diatas kepala Nesia. Nesia mulai berjinjit mencoba mengambil buku itu. Ia mencoba menggapai buku itu dengan tangan kecilnya. Baru beberapa menit berusaha mengambil buku, keseimbangan Nesia mulai goyah dan ia jatuh.

BRUK..

Nesia jatuh dengan sukses, membuat pantatnya jadi sakit sekali. Belum sempat Nesia mengaduh kesakitan, Nesia merasakan aura gelap terpancar dari sebelahnya. Dengan perlahan Nesia menoleh dan menemukan..

Tuan muda yang sedang marah.

TBC~

A/n:

Halo~ ... Akhirnya saya menyelesaikan fic ini! *padahalmasihpunyatangguanfic lain. Ehem.. gag bisa dibilang ini selesai sih, lihat aja tuh TBC. Tubercolosis *bahasaabruadul, alias To Be Continue. Dan maaf kalau ini pendek, otak saya buntu. Dan besok sabtu saya pensi (walaupun saya cuman penonton, dan dipaksa kakak kelas untuk foto-foto, terpaksa ikut jadi bidang dokumentasi), seninnya ulangan harian selama seminggu. Demi apapun 2 minggu kemudian saya UJIAN SEMESTER!

Oke ini fic bakalan harem. Walaupun sebenarnya saya kurang suka harem, tapi saya pingin nyoba sekali-kali buat cerita saya kurang yakin, kalau tokoh utama ceweknya punya temen cewek lain dan temennya ini juga ikutan masuk tapi gag terlalu dibahas apakah juga bisa di bilang harem? Katakan pada saya!

Dan terima kasih buat kakak Neary Lan-san, yang dengan baik hati memberikan usul untuk membuat Nordic harem. Nesia seringkan di rebutin banyak cowok pada cerita-cerita lain. Dan rata-rata pasti sama Axis Power, Allied Force, dan mungkin Asia. Jarang bangetkan sama Nordic, malah gag ada mungkin *adawoikamuajayanggagpernahba ca.

Oke sekian aja, ada yang mau memberikan usul untuk ini cerita silahkan, mau komen, kritik yang menyemangati, dan kawan segenknya silahkan di tumpahkan di review!

Please review!