Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto


New Romantics

.

.

1

.

.

.


"Oke, Sakura. Dengarkan Momma! Kita sudah membicarakan hal ini dari jauh-jauh hari. Jadi, kumohon jangan memasang wajah seperti itu! Bukan nya aku tak mau mengajak mu. Tapi kau tau sendiri, kali ini aku ditugaskan di Korea utara dan aku tak mau membahayakan keselamatan mu. Aku akan dikutuk oleh mendiang ayah mu bila itu terjadi"

Haruno karin, atau biasa di panggil itu terlihat lelah menasehati putri semata wayang nya-Haruno sakura-yang masih memasang wajah cemberut andalan nya.

Dia tak tau harus dengan cara apalagi bisa membuat putri nya ini tak merengek ingin ikut ke tempat nya di tugaskan nanti.

Padahal, sebelum nya Sakura nampak biasa saja malah cenderung tak peduli mendengar Momma nya dipindah tugaskan ke Korea utara dalam jangka waktu yang tak ditentukan.

Tapi, entah angin apa yang membuat Sakura merengek minta ikut. Membuat Karin pusing saja.

"Jika kau ikut, kau akan kehilangan masa muda mu" Karin nampak merayu putri nya lagi. Sakura menggembungkan pipinya sehingga menarik Karin untuk mengempiskan nya.

"Kapan Momma akan berkunjung?" Akhirnya, Sakura mengeluarkan suara nya juga.

Karin menatap putri nya dengan lembut, lalu menarik nafas dengan teratur "Aku akan berkunjung 1 bulan sekali jika jadwal ku tidak padat, Sweetheart"

"Aku harap bisa mempercayai mu. Aku hanya... tak mau Momma seperti Papa" Karin tak bisa menahan rasa getir di hatinya ketika sakura mengingat kejadian itu lagi.

Dulu, Papanya sakura-Haruno Kizashi-di pindah tugaskan ke Afrika. Sakura masih berumur 7 tahun saat itu, tiba-tiba sebuah kabar menguak membuat hidup Karin dan Sakura hancur berkeping-keping. Kizashi tak dapat pulang lagi ke negara asalnya. Karena dia terkena HIV yang memang menjadi penyakit yang sering ditemukan di daerah Afrika.

Papa nya terjangkit virus HIV saat ia mendapat suntikan penghilang rasa sakit akibat demam yang melanda nya.

Sialnya, Suntikan itu lebih dulu dipakai oleh seorang yang mempunyai HIV. Dan Kizashi harus rela merengang nyawa di tempat yang bahkan tak dikenal nya sama sekali.

Karin memeluk erat putri semata wayang nya itu. Dia tak ingin kehilangan satu-satu nya anak yang diberikan cinta pertama nya-Kizashi-begitu saja. Dia ingin melihat Sakura tumbuh besar, melihat Sakura mendapatkan pria yang sekiranya dapat menggantikan tugas Karin untuk melindungi nya di dunia ini.

"Aku akan kembali dan aku berjanji tak akan menggoda pria muda lagi disana" Karin mengecup dahi putri nya sambil tersenyum geli, berusaha menghibur Sakura.

Sakura terkekeh mengikuti Karin, Momma nya itu memang sangat mahir menggoda. Bahkan, seorang Neji Hyuga sempat tergoda oleh Karin yang 3 tahun lebih tua dari nya.

Sakura melepaskan pelukan nya dan mulai berbicara serius lagi " Jadi, intinya saja Mom. Kepada siapa kau akan menitipkan ku di konoha?"

Karin merogok saku nya dan memberikan Sakura selembar kertas yang berisi sebuah alamat.

"Pergi ke alamat ini. Orang itu adalah teman ku semasa kuliah. Sampai sekarang dia belum juga menikah. Berhati-hatilah, mungkin saja kau akan jatuh cinta kepada nya" Karin mengedipkan sebelah mata nya membuat sakura merotasikan bola matanya.

Karin pun tertawa iblis saat mengingat zaman kuliah nya dulu.

Saat semua mahasiswa kedokteran sibuk mengurus kelulusan nya, Karin sibuk mengurus Sakura yang saat itu berumur 6 tahun. Karin memang sudah menikah karena dijodohkan sejak usianya 16 tahun. Tapi, itu tak membuat nya berkecil hati. Lagi pula, mendiang suami nya yang tak lain adalah dosen nya sendiri saat di universitas, sangat menyayangi dirinya dan sakura.

Oleh karena itu, di usianya yang baru menapak kepala 3, dia sudah memiliki seorang gadis berumur 17 tahun.

"Jangan bercanda Mom, pasti paman itu membosankan dan tua" sakura meniup poninya dengan keras.

Karin mendelik ke arah sakura lalu mengipas-ngipaskan tangan nya ke arah putri semata wayang nya itu "Kau belum tau siapa dia, sakura. Lagi pula, dia tidak seumuran dengan ku kok! Dia 4 tahun lebih muda dariku. Orang ini mengikuti kelas akselerasi saat SMP dan SMA nya, dia jenius dan tampan"

Karin menaik-turunkan alisnya ke arah sakura yang telah mendengus bosan.

"Jadi, aku harap kau bersikap baik padanya! Dia memang sulit ditebak. Oleh karena itu, sebaiknya kau yang berusaha mengakrabkan diri padanya dan-eh siapa sih yang menelepon?" Karin menghentikan ocehan nya dan segera mengangkat telepon nya. Wajah nya pun berubah menjadi pucat pasi.

"Ada ap-"

"Sial! Momma terlambat! Kalau begitu, sampai jumpa sayang! Aku menyayagi mu!" Karin segera mengecup dahi Sakura dan segera menuju antrian bandara.

Sakura hanya bisa melihat punggung Momma nya yang semakin lama semakin menjauh.

Tunggu- sepertinya ada yang aneh.

Astaga!

Dia lupa sesuatu!

"MOM! Siapa nama paman itu?!" Sakura berteriak nyaring supaya Karin dapat mendengar nya.

Karin menoleh dan membalas nya dengan suara yang tak kalah nyaring pula.

"Uchiha Sasuke!"

"Uchiha... Sasuke?" Sakura membeo ucapan Momma nya pada dirinya sendiri.


Sakura pov.

"Jadi, kau putri dari Karin dan mendiang , yang itu?" Pria bermata kelam yang-ehem- tampan ini mencegatku di depan pintu apartement nya.

Aku mengerutkan kening ku. Apa yang dimaksud 'yang itu' oleh dirinya?

"Maaf, terakhir kali aku melihat mu, ukuran tubuh mu masih..." Sasuke menggapai lutut nya untuk menggambarkan setinggi apa aku dulu-saat berumur 7 tahun-

Aku mendengus geli "Tentu saja aku sudah tumbuh, Tuan Uchiha"

"Ng.. jadi, bolehkah aku masuk?" Aku melirik ke arah ruangan yang tertutup oleh badan tinggi nya.

Sasuke menyingkir dari pintu dan mempersilahkan ku masuk.

"Tuan Uchiha-"

"Sasuke" Sasuke memotong perkataan ku.

"Apa?" aku mengerjapkan mata. Tak mengerti mengapa dia memanggil nama nya sendiri.

"Panggil aku Sasuke. Uchiha itu bisa siapa saja dalam keluarga ku" Aku mengangguk paham dan langsung menyeret koper ku kedalam.

"Jadi, Paman sasuke?" Aku bertanya sambil mencoba apakah panggilan ku kali ini tepat untuk nya atau tidak. Dia menganggukan kepala tanda menyetujui.

"Dimana kamar ku?" Sasuke menunjuk sebuah kamar di ujung lorong.

"Sebelah kiri itu kamarmu. Jangan sampai salah masuk. Di depan nya adalah kamarku"

Aku mengangguk lagi "Kau punya apartement yang indah" Aku memuji interior yang memang sangat menakjubkan. Ku duga dia salah satu kolektor seni yang handal.

"Terimaksih, tapi sejujur nya teman ku yang mengambil andil besar dalam rancangan interior ini"

"Huh?" aku bertanya sambil menatap nya bingung.

Dia mendengus geli "Aku hanya seorang dokter, teman ku itu arsitek. Jadi, aku menyerahkan segalanya kepada dia"

Mulut ku membentuk huruf O dan tanpa disadari dia mengacak surai merah jambu ku dengan lembut.

"Eh?" Aku tak dapat menyembunyikan rasa terkejutku. Ku kira dia akan dingin tapi ternyata dia cukup hangat di pertemuan pertama kami.

"Ehem, maaf. Aku mempunyai keponakan yang senang bila rambut nya ku sentuh" Dia terlihat canggung. Aku tertawa pelan dan berkata tak masalah. Lagi pula, sentuhan nya cukup hangat.


.

.

.

RnR?

.

.


Jatuh cinta dengan lagu New Romantics milik Taylor swift

Yang sangat mengagumkan(walau kuakui seluruh lagunya memang sangat sangat mengagumkan)

Maaf untuk segala Typo yang bertaburan dimana-mana.

.

.

.

KendallSwiftie.