Disclaimer: Yang pasti bukan punya saya

Rating: T

Genre: Family, Friendship, Hurt/Comfort, and Romance

Warning: Typo, abal-abal, gaje, kacau, kata tidak jelas, OOC dll

Note: Penggambaran character yang disini sama kayak yang animenya

Konoha Academy, itulah nama sekolah yang aku tempati. Sekolah berbasis internasional, dimana para muridnya berasal dari kalangan atas dan berpropersi sebagai artis. Dengan fasilitas lengkap, dan bangunan bergaya eropa klasik. Memberikan nilai lebih untuk ketenarannya. Tapi sayang di sekolah ini terdapat sistem kasta. Jadi jika ada murid yang masuk dari jalur beasiswa maka jawabannya adalah perbudakan.

Rata-rata siswa yang masuk dari jalur beasiswa tidak akan bertahan satu minggu di sekolah ini. Kebanyak dari siswa tersebut selalu dijadikan kacung atau budak oleh siswa yang berasal dari kalangan atas. Sebenarnya para murid bisa saja melaporkannya. Namun, seperti yang diatas, para siswanya berasal dari kalangan atas. Jadi sebagian dari mereka orang tuanya adalah donatur sekolah. Jadi kalian tahulah seperti apa jadinya jika ada yang melaporkan.

Oh, jangan lupakan di sekolah itu juga ada yang idola sekolah. Yah mungkin karena murid-muridnya adalah artis yang sedang naik daun atau yang memang dikenal sudah lama. Sebut saja Uchiha Sasuke. Artis muda pendatang baru yang sedang naik daun. Tidak hanya statusnya saja yang membuatnya terkenal, namun parasnya juga menambah nilai plus tersendiri untuk menbuatnya menjadi artis dan idola sekolah.

Tidak hanya Uchiha Sasuke saja yang menjadi idola sekolah. Namun masih ada beberapa siswa yang menjadi idola. Seperti Shimura Sai, Hyuuga Neji, Inuzuka Kiba, Namikaze Naruko, Haruno Sakura, Hyuuga Hinata, Ten-ten, dan Yamanaka Ino. Itulah salah satu kelompok idola sekkolah.

Ah, aku lupa belum memperkenalkan namaku. Namak Uzumaki Naruto. Lebih tepatnya Namikaze Uzumaki Naruto. Aku memiliki rambut pirang jabrik, warna mata biru saphire dengan tanda lahir tiga pasang whisker disetiap pipiku. Anak pertama dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina, serta kakak dari Namikaze Naruto mirip dengan ku yang membedakan halanyah dia tidak memiliki whisker, dan rambut yang berwarna merah lurus seperti ibuku yang dikuncir pony tail(kayak Naruto waktu pake Orekai no jutusu).

Ayahku sendiri memiliki rambut kuning jabrik jengan jambang yang membinkai wajahnya. Dia mengelola perusahaan yang bernama Namikaze Corp. Dan ibuku memiliki rambut merah lurus menyala bagaikan cabai. Dia adalah seorang desainer sekaligus pemilik Konoha Academy. Namun sejak ibu menikah dia memutuskan untuk mengurus rumah. Masalah academy ,itu akan di wariskan kepada adikku. Untuk sekarang dikelola oleh nenekku Senju Tsunade.

Aku bersekolah di sekolah biasa, tepatnya SMA Konaha. Kenapa tidak tidak sekolah ibuku? Jawabannya sederhana. Aku tidak ingin bersekolah di sekolah yang memperbudak orang bawah. Namun itu tidak lama lagi. Karena setelah berakhirnya semester 1, aku terpaksa pindah ke sekolah itu. Tentu saja aku ingin menolaknya kalau bisa, jika saja tidak diancam. Ya mau tidak mau aku harus menurutinya, itung-itung mengawasi Naruko.

Aku dipaksa sekolah disitu bukan tanpa alasan. Orang tuaku memintaku untuk mengawasi sekolah. Dan menghentikan sistem kasta yang ada disana. Bukan tanpa alasan, memang awalanya ditak dipermasalahkan. Namun lama kelaman banyak tanggapan negativ dari masyarakat. Bayangkan saja sekolah berbasis internasional tapi muridnya seperti itu? Tak patu tak patut

Pasti kalian berpikir aku anak manja yang hanya bisa meminta saja karena mempunyai orang tua seperti mereka'ka? Jawabannya tidak, aku tegaskan TIDAK. Aku bukan anak manja yang hanya bisa meminta. Jika memang aku seperti itu untuk apa aku bersekolah di SMA Konoha.

Aku tidak tingga bersama orang tua lagi sejak empat setengah tahun yang lalu, atau saat aku masuk SMP. Bukan berati aku di usir atau apa. Tapi karena kemauanku sendiri, yah kemauanku sendiri. Aku ingin belajar hidup sendiri tanpa bantuan dari orang tuaku. Memang awalnya mereka menolak, tapi setelah dijelaskan maksudku, mereka akhirnya menyetujuinya. Kalau begitu bagaimana aku memenuhi kebutuhan sehari-hariku? Untuk kebutuhan aku bekerja part time di sebuah Kafe dekat taman kota.

Baiklah itu saja perkenalannya

O
O
O

KRINNNGGG

TAP

"Hoooaaammm." Aku menguap untuk memenuhi oksigen yang dibutuhkan tubuhku sambil merentangkan kedua tangan agar otot-ototku tidak aku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk memperjelas pengelihatanku. Setelah pengelihatanku kembali normal,aku melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 6. Setelah mengingat beberapa halaku turun dari tempat tidur, berjalan kekamar mandi untuk mandi #ya iyalah

Setelah keluar dari kamar mandi aku berjalan kearah lemari untuk memakai pakaian yang dipakai oleh seluruh siswa laki-laki Konoha Academy

"Jadi begini lagi penampilanku? Padahal aku berharap bisa berpakaian normal" Aku bergunam sabil melihat kearah cermin yang menampilkan pantulan dari diriku sendiri.

Di cermin terpantul diriku yang mengenakan kemeja putih dengan dasi berwarna hitam bergaris merah putih, dibalut blazer hitan dengan garis putih. Lalu celana hitam panjang dan spatu skate hitam(kaya seragam di anime Ao no Exorcist). Ramput yang disisir rapih kesebelah kanan, kacamata bulat besar nan tebal yang mengbingkai mataku. Aku memakai whisker bukan berarti mataku ada masalah atau apa, tapi hanya untuk penyamaran. Sedangkan dengan whiskerku aku tutupi dengan bedak. Aku sudah berpenampilan seperti ini sejak SMP. Bukan tanpa alasan, karena aku hanya tidak ingin mendapat fans girls dan ingin memiliki teman yang tulus, bukan karena pemampilan atau status.

Dan sekarang aku berpenampilan seperti dulu lagi. Namun ini hanya sehari saja, setelah mereka tahu aku murid pindahan dari kalangan bawah aku akan berpenampilan biasa lagi. Karena aku dengar dari adikku bahwa saat dia baru masuk, ada seorang murid yang tampan dan pintar, namun setelah mereka mengetahui statusnya mereka akhirnya juga memperbukkanya. Aku bisa saja langsung berpenampilan normal. Aku hanya ingin mengetahui apakah 'mereka' mengenaliku jika seperti atau tidak.

Setelah bercermin aku keluar dari kamar menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Oh aku lupa belum memberi tahuku dimana aku tinggal. Aku tinggal disebuah apartemen sederhana berlantai tiga yang dikelola oleh kakek ytua yang bernama Hiruzen Sarutobi. Dia mempunya seorang anak dan seorang cucuk. Untuk anaknya bernama Asuma Sarutobi, dia sudah menikah dan mengajar di Konoha Academy. Sedangkan untuk cucunya nakal tapi anehnya pintar itu bernama Sarutobi Konohamaru.

Kenapa aku menyebutnya seperti itu? Yah karena aku memang sudah akrab dengan mereka dan tahu bagaimana sifat mereka. Apartemenku dilantai dua nomer 7. Apartemenku dilengkapi dengan dua kamar tidur, dua satu kamar mandi, satu ruang tamu, dan satu dapur.

Setelah membuat sarapan aku menyajikannya di mejakan yang berada di dapur. Bukan mananan mewah sih, hanya nasi yang dilumuri kare daging. Tapi ini yang bisa aku buat dengan bahan-bahan yang ada. Seletah sarapan aku membawa piring yang kotor dan mencicinya. Lalu keluar dari apartemen dan menguncinya.

SKIP

"Jadi ini sekolah yang aku tempati. Memang mewah tapi tidak dengan 'isinya'." Aku bergunam setelah melihat sekolah yang aku tempati. aku mengatakan isinya bukan berarti fasilitas apa yang ada didalamnya. Tapi murid yang berada didalam. Itu terbukti dengan apa yang mereka katakan sekarang.

''Hey lihat anak itu! Apa dia anak baru."

"Kurasa kau benar. Karena aku belum pernah melihatnya."

"Lihatlah kacamatanya? Aku yakin dia kutu."

"Itu membuktikan bagaimana dia bisa masuk ke sekolah ini."

"Dasar tidak tahu diri. Murid miskin seperti dia tidak pantas bersekolah disini."

"Bagaimana kalau kita jahili dia?"

"Itu ide yang bagus."

BLA...BLA...BLA...

Kalian dengar? Bahkan mereka tidak mengenal istilah 'Jangan menilai buku dari sampulnya'. Jika saja aku Naruto atau ibuku mungkin mereka sudah berada di rumah sakit. Tapi untungnya saja aku seperti ayahku.

Dan masalahnya sekarang adalah aku tidak tahu dimana ruang kelapa sekolah. Aku memang anak pemilik sekolah ini. Tapi ini pertamakalinya aku menginjakkan kaki disini.

Sambil melihat sekeliling aku mencari seseorang yang bisa memberitahuku letak ruangan kepala sekolah. Bingo. Aku menemukannya.

TAP TAP TAP

Aku berjalan mendekati seorang siswa laki-laki berambut raven dengan gaya khas Jepang Harajuku Style. Saat jarak sudah dekat, aku menepuk bahunya untuk membuatnya melihat kearahku, karena dia membelakangiku.

PUK

"Ano... Apa kau tahau dimana letak ruang kepala sekolah?" Ucapku dengan nada gugup seolah takut.

"Memang siapa kau bera...''

Bagus itulah ekspresi yang ingin aku lihat dai makhluk mimi ekspresi sepertinya.

"Ano... Apa kau bisa memberitahukukanku dimana ruangan kepala sekolah? Aku murid baru disini." Sebenarnya aku tidak ingin mengucapkannya lagi. Namun aku tidak ingin mendengar uca...

''Hey lihatlah! Bukannkah dia murid yang tadi.''

"Dia berani berdekatan dengan Prince-sama? Bahkan sampai menyentuhnya!"

"Cih sialan kau murid baru. Kau tidak selevel dengannya."

"Apa kau tidak tahu dimana levelmu. Pergi saja dari sini berengsek!"

Oh sial. Dia terlalu lamban merespon. Tapi apa mereka bilang Prince-Sama? Muka tembok ini? Jangan bercanda. Tapi aku akui dia memang tampan.

"A-ah. Baiklah aku akan mengantarkanmu." Terimakasih sudah meresponnya. Tapi kau terlalu lama untuk itu.

"A-apa ini tigak mungkin. Prince-sama..."

"Menerima ajakan murid baru rendahan itu?"

"Sedangkan kita? Yang sudah mengajaknya berkali-kali."

Aku tidak tahu jika dia secuek itu disekolah. Bahkan saat pertama bertemu dengannya dia tidaj secuaek itu. Tapi mungkin wajar, karena waktu itu kami baru duduk di Taman Kanak-kanak.

Bahkan setelah memasuki sekolah, lebih tepatnya di koridor para siswa lebih beresik dari yang tadi.

"Psst. Naruto apa itu kau?" Apa dia bilang? Tentu saja ini aku. Tapi tidak heran mengingat bagaimana penampilanku.

"Tentu saja. Memangnya apa. Hantu?" Jawabku sewot

"Tapi kenapa kau berpenampilan seperti itu? Yang lebih penting kenapa kau bersekolah disini? Aku tahu kau tidak ingin bersekolah di sekolah yang terdapat sistem kasta'kan." Well, aku akui dia benar

"Tentu saja aku tidak mau, tapi kau tahu ancamannya'kan?" Aku yakin dia mengerti apa yang aku ucapkan. Karena dia salah satu orang yang kuberi tahu aku akan hidup mandiri dan memikirkan bagaimana resikonya.

"Jika seperti itu maka aku tidak bisa membantumu. Tapi itu bukan alasan yang mebuatmu mau bersekolah disini. Dan kau belum menjawar pertanyaan pertamaku?" Memang siapa yang meminta bantuan padanya?

"Memang benar itu bukan alasan utamanya. Alasannya utamanya..."

SKIP

"Jadi seperti itu. Tapi apa kau bisa memperlakukanku seperti pada siswa lainnya. Jika sedang banya orang?" Aku menceritakannya sampai aku berada di depan sebuah pintu yang bertuliskan RUANG KEPALA SEKOLAH.

"Kalau begitu baiklah. Dan sampai nanti aku harus kembali kekelas, karena sebentar lagi bel akan berbunyi." Aku hanya menganggukan kepalaku. Lalu dia berjalan menjauh menuju kelasnya.

Setelah dia tak telihat aku menatap pintu yang ada di hadapanku, lalu memegang knop pintu dan memmutarnya

CLEK

SKIP (lagi)

Jadi disinilah aku, di depan piti kelas yang akan aku tempati. Kelas XI-1, kelas yang katanya adalah kelas yang semua muridnya adalah murid yang berprestasi. Dan tentu saja sebagian dari mereka adalah kalangan atas.

Kenapa sebagian dari kalangan atas? Karena 5 siswanya masuk melalui jajur beasiswa. Dari aku bisa tahu? Tentu saja dari kepala sekolah. Memang dari siapa lagi.

"Hah." Aku menghela nafas sejenak untuk menenangkan pikiranku.

TOK TOK TOK

CLEK

Setelah aku mengetuk pintu keluar seorang guru bermasker sampai hidung, dengan rambut putih yang melawan gravitasi. Lalu aku menyerahkan surat yang diberikan kepala sekolah kepadaku. Oh, ya aku juga mengenalnya, dia tangan kanan ayahku Hatake Kakashi. Jika bertanya kenapa dia menjadi guru, aku juga tidak tahu. Dan jika kalian penasaran bagaimana aku bisa tahu, aku sudah mengenalnya dari kecil

Dia menerima surat yang aku berikan lalu membukanya dan membacanya. Setelah membaca surat dia melebarkan matanya terkejut dan menoleh kearah ku, seolah berkata 'apakah ini benar'. Tentu saja terkejut. siapa yang tidak terkejut coba melihat pennampilan dari anak yang sudah kau kenal sejak lama seperti ini. Aku hanya tersenyum dan mengangguk tanda mengiyakannya. Lalu dia memberi isyarat untuk menunggu di sini dan kembali kedalam kelas.

"Ehem. Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru." Dia menoleh kearahku lalu menganggukkan kepalanya menandakan aku boleh masuk.

Aku sudah berada di depan kelas dan menghadap kearah mereka. Mereka memandangku dengan pandangan jijik, merendahkan, arogan, penasaran, dan datar.

"Nami... Ah maaf Uzumaki-kun. Silahkan perkenalkan dirimu!" Hampir saja dia keceplosan. Tapi untungnya tidak ada yang menyadarinya.

"Ha'i. Perkenalkan nama saya Uzumaki Haruto. Yoroshiku onegaishimasu." Sunyi? Ternyata lebih dari yang aku pikirkan. Baguslah begini lebih baik.

"Baiklah Uzumaki-san kau bisa duduk dibelakang Uchiha-kun. Uchiha-kun bisa bisa angkat tanganmu!" Memang itu yang aku mau. Memangnya berdiri terus itu gak pegel.

Setelah melihat dimana aku duduk, aku melangkahkan kaki untuk kesana. Bagus ini tempat duduk yang ideal. Di samping jendela dan dibarisan tengah atau barisan katiga dari lima.

"Sekarang mari kita mulai pelajaran yang tertunda barusan. Untuk Uzumaki-san, kau bisa tanyakan pada Sitri-san yang berada disebelahmu" Sebelum duduk aku menolehkan kepalaku kesamping untuk mengetahui bagaimana orangnya. Dia mempunya rambut hitam sebahu, mata beriris violet yang di balut memakai kacamata persegi panjang dengan binkai berwarna merah.

"Namaku Uzumaki Haruto. Salam kenal" Ucapku memperkenalkan diri sambil membungkuk.

"Sona Sitri." Pendek amat datar lagi. Kurasa dia tipe orang yang serius. Tapi dari sorot matanya ada kegembiraan tersediri

Tunggu sebentar Sitri. Bukankah itu marga yang sama dengan bos di kafe tempat aku bekerja. Serafall Sitri. Tapi kalau dilihat-lihat wajahnya memang sama, yang membedakan hanya gaya rambutnya saja.

Saat akan duduk aku menolehkan kepalaku kebelakang sejenak, dan mendapati seorang tengah tersenyum kearahku. Dia adalah teman masa kecilku, saat aku masih kelas 6 SD. Kirigaya Kazuto(penampilannya sama kaya di anime SAO). Kurasa dia mengenaliku. Itu bagus, setidaknya aku tidak harus berhadapan dengan makhluk minim ekspresi setiap saat.

SKIP

Kring... Kring... Kring...

Hah akhirnya istirahat juga. Jika aku tidak tidak berpenampilan seperti ini, aku pastikan dari tadi aku sudah tidur dengan lelap. Bukannya sombong atau apa, tapi aku sudah menguasai materi yang akan diajarkan untuk tingkat SMA. Mungkin karena gen dari ayahku, yang membuat otakku bekerja lebih cepat.

Semua orang yang berada dikelas sudah keluar, bahkan Kirito. Itu panggilanku untuknya. Namun sepertinya bukan aku saja yang memanggilnya begitu. Tapi juga seorang gadis berambut pirang panjang bernama Yuuki Asuna, yang aku simpulkan adalah pacarnya. Karena saat akan keluar kelas mereka bergandengan tangan.

Oh ya aku lupa. Bukannya kelapa sekolah memberikan surat untuk Ketua OSIS. Tapi masalahya aku tidak tahu dimana ruang OSIS. Ah, Sona masih belum keluar kelas, sebaiknya aku tanyakan sebelum dia keluar.

"Ano... Sitri-san. Boleh aku tahu dimana ruang OSIS?" Sial kenapa aku gugup. Ku akui dia memang cantik. Apalagi jika tersenym, pasti dia akan terlihat sangat cancik. Apa yang aku pikirkan. Aku menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran itu.

"Memang ada urusan apa Uzumaki-san mencari ruang OSIS?" Dia bertanya dengan wajah datarnya.

"A-ah... Eto. Kepala sekolah menyuruhku untuk menyerahkan suran ini pada ketua OSIS." Sial kenapa aku gugup lagi. Bahkan tanganku gemetaran saat menunjukkan suratnya.

"Boleh aku melihatnya. Kebetulan aku aku ketua OSIS disini." Aku hanya menyerehakan surat yang tadi aku tunjukkan.

"Bisa kau ikut aku ke ruang OSIS.'' Dia menyuruhku mengikutinya setelah membaca surat yang aku berikan.

"Boleh aku tahu apa isi surat tersebut?" Jujur aku tidak tahu apa isi dari surat itu.

"Kepala sekolah menyuruhku memasukkanmu dalam anggota OSIS." Dia menjawab dengan nada datarnya lagi.

"Baiklah. Tapi kurasa kau harus menyiapkan telingamu untuk itu." Aku berbicara brgitu bukan tanpa alasan. Tapi aku tahu bagaimana cara ketua OSIS masuk kesini.

Dia mengangguk dan berdiri lalu berjalan pergi. Aku hanya mengikutinya dari samping. Karena jika dari belakang. Aku takut salah fokus. Karena aku juga hanya manusia biasa yang sedang dalam masa puber.

Tidak lama setelah keluar dari kelas terdengar bisikan-bisikan dari para siswa yang melihat kami. Aku melirik Sona yang berada di samping dengan ekor mataku.

Sungguh gadis ini luar biasa. Dia berlajan dengan anggun dan berwibawa. Seolah bisikan-bisikan itu hanya angin lalu.

Setelah sampai di ruang OSIS Sona memanggil semua anggota OSIS. Dan meminta mereka memperkenalkan diri(perrage Sona di DXD. Tapi tanpa Bennia dan Loup).

"Uzumaki-kun bisa kau perkenalkan dirimu." Sona memintaku memperkenalkan diri. Tapi sebelum itu aku memandang mereka satu persatu.

Tidak ada tatapan sombong, merendahkan, dan jijik. Yang ada hanya tatapan senang, penasaran, lembut, dan hangat.

"Kurasa memperkenalkan diriku yang sebenarnya pada kalian tidak masalah." Mereka hanya memandangku heran. Termasuk Sona, Tsubaki, Saji, dan Reya yang merupakan teman sekelasku.

Perlahan aku melepaskan kacamataku. Lalu mengacak rambut pirangku, dan menghilangkan bedak yang menutupi whiskerku. Memperlihatkan wajahku yang sebenarnya. Aku dapat melihat wajah mereka. Ada yang merona untuk para gadis dan kagum untuk yang pria

"Perkenalkan namaku Namikaze Uzumaki Naruto ttebayou"

TBC

Huh akhirnya beres juga nih cerita. Tadinya saya pengen lanjutin cerita yang satunya, tapi berhubung saya gak bisa nulis adegan fight. Jadinya saya nulis kehidupan normal aja.

Gimana ceritanya garing kah bosen kah atau gaje? Itu terserah kalian. Dan saya minta sarannya buat chapter 2 nanti