"Jangan bercanda, siapa kau sebenarnya?! Jangan-jangan teroris, hah?!"
Uchiha Fugaku, kepala kepolisian yang marah karena remaja yang ada di depannya itu.
"Namikaze Naruto, seorang pelajar"
Remaja bersurai pirang dengan perawakan tinggi tegap, berkulit Tan, memiliki wajah tegas dengan guratan dipipi mirip kumis kucing.
Mata blue sapphire yang datar memandang wajah marah dari Fugaku.
"Huh, baiklah bocah kau boleh pergi"
Ucapan akhir Fugaku karena entah mengapa terasa sulit mengintrogasi bocah remaja ini, padahal tidak ada seorangpun yang berani menatap kepala kepolisian dengan tatapan seperti itu.
•••
Setelah keluar dari kantor polisi, Naruto berjalan santai ke sekolahan dengan membawa tas besar seperti tas orang camping, namun jauh lebih besar dan terlihat berat.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah yang bertuliskan Kuoh Gakuen. Naruto memandang sejenak bentuk bangunan sekolah tersebut.
Klasik namun elegan, itulah kesan pertama yang ada dalam pikiran Naruto.
"Sekolah kah, mungkin dengan ini hidupku akan berubah"
Naruto bergumam dengan pelan, hal yang selama ini ia inginkan hanyalah hidup normal seperti remaja yang lainnya.
Ruang kepala sekolah
"Namikaze Naruto, beralamat di Distrik Ohsato, Prefektur Yamanashi.
Tidak punya orang tua, adik, maupun saudara karena semuanya sudah meninggal, ya?"
Serafall shitori, Kepala Sekolah, membaca biodata naruto. Pemilik Oppai Oversize dengan tubuh loli dengan tingkah anak kecil kecuali saat acara formal itu. Mengalihkan pandangannya dari biodata, memandang naruto sejenak lalu menghela nafas.
"Hah, baiklah naru-tan, kamu berada di kelas 2-B"
Ucapan kepala sekolah dengan nada childish hanya diberi anggukan oleh Naruto pertanda mengerti.
"Boleh aku bertanya?"
"Silahkan, naru-tan."
Ucapan Naruto disahut cepat oleh serafall. ia terdiam sejenak, mungkin pertanyaan yang ada dihatinya ingin segera ia ketahui jawabannya.
"Yang pertama, mengapa lingkungan sekolah terlihat begitu sepi?"
Hemm, pertanyaan normal dari orang yang belum pernah sekolah.
"Tentu karena ini masih terlalu pagi naru-tan, sekolah dimulai pada jam 8"
"Lalu yang kedua, dimana aku akan tinggal?"
Dengan antusias serafall berkata. "Kamu boleh tinggal di rumahku naru-tan"
Naruto memandang serafall facepalm. Serafall yang dipandang cukup lama terlihat gugup dan cengengesan.
"Ehehe, sebenarnya ada asrama untuk murid yang memiliki rumah cukup jauh dari sekolahan"
Setelah mendengar jawaban itu, naruto terdiam cukup lama, hal itu membuat serafall menjadi sedikit was-was, karena pandangan Naruto mengingatkannya akan kejadian 3 Minggu yang lalu. Tak lama kemudian Naruto bertanya lagi...
"Satu pertanyaan terakhir, apa tempat ini benar-benar sekolah normal?"
Pertanyaan yang terlihat aneh, namun hal itu akan berbeda jika kamu mengalami kejadian yang pernah dialami Naruto.
"Tentu, dan kamu mulai masuk besok, naru-tan."
"Kalau begitu, aku akan ke asrama."
"Ha'i, Ooh hati-hati di asrama naru-tan, karena hanya kamu murid laki-laki di asrama itu"
Ucapan dari kepala sekolah entah mengapa ada maksud tersembunyi, namun hanya ditanggapi dengan datar oleh naruto.
"Aku mengerti"
Change scene
Asrama di sekolah dibagi seperti rumah yang berjejeran dan bertingkat tiga.
Setiap rumah, biasanya dihuni oleh lima sampai enam murid. Ohh ya, Kuoh gakuen sebenarnya adalah sekolah khusus perempuan, namun tahun ajaran ini, kepala sekolah memutuskan untuk menjadikannya sekolah campuran. dan ternyata, masih belum ada murid laki-laki yang mau bersekolah di tempat ini, entah apa alasannya.
Dan sekarang, Naruto telah sampai ditempat asramanya, yang letaknya dekat dengan sekolahan. Naruto masuk dan yang terlihat adalah ruang tamu, ruangan yang terlihat seperti kamar untuk murid yang berjejer, serta tangga yang ada di samping kanan ruang tamu.
Cukup lama Naruto mengobservasi asrama itu. Cukup elegan dan minimalis adalah hal yang ada dalam pikiran Naruto. Lalu, ada suara seorang gadis dari belakang, naruto menoleh...
"Ano, apakah kamu murid pindahan yang dijadwalkan datang hari ini? atau jangan-jangan kamu seorang pemerkosa?"
Gadis bersurai merah muda seperti kapas, mata emerlad, tubuh yang bisa dibilang cukup kecil, dan menggunakan pakaian maid bertanya kepada naruto. Naruto melihat tatapan polos dan penuh tanya itu, lalu berkata...
"Aku yakin kalau tidak akan ada orang yang langsung mengaku kalau dituduh sebagai pemerkosa."
"Ooh begitu, apakah kamu akan memulainya dariku?"
Naruto terdiam, apakah gadis ini polos atau bodoh?, "Aku adalah murid baru disini, bukan pemerkosa"
Anggukan dari gadis yang terlihat polos itu, membuat naruto tertarik. "Kalau begitu, perkenalkan namaku Namikaze Naruto, seorang murid pindahan yang akan tinggal di asrama ini".
"Namikaze kah, ahh perkenalkan namaku Haruno Sakura, murid dari Kouh Gakuen yang tinggal di asrama ini."
Jabat tangan dan perkenalan nama dilakukan sebagai tanda dari awal sebuah pertemanan.
"Aku memiliki satu pertanyaan untukmu, sakura. Boleh aku panggil begitu?"
"Ahh ha'i namikaze-kun, silahkan kalau mau bertanya"
Setelah mendapatkan persetujuan, Naruto bertanya. "Mengapa kau menggunakan pakaian maid, Sakura?"
"Ooh itu karena aku-..."
Penjelasan panjang dari sakura yang hanya didengarkan dengan baik oleh naruto tanpa menyela, dan berekspresi datar-_-.
"...-jadi karena itu, aku harus memakai seragam pelayan sesering mungkin."
Penjelasan sakura yang panjang berakhir dibarengi dengan senyuman. Naruto memandang wajah sakura agak lama, entah mengapa wajah itu terasa familiar baginya.
"Hmm, jadi begitu. Aku mengerti sekarang, terimakasih sakura."
•••
Di dalam kamar naruto, terlihat sebuah kamar yang minimalis, hanya ada kasur, meja belajar, kulkas, lemari, serta dapur yang menyatu dalam satu ruangan. "Sudah saatnya mandi untuk menyegarkan badan" gumam Naruto.
Di dalam kamar mandi, terlihat Naruto yang berendam di dalam air hangat, matanya menatap kosong atap kamar mandi, pikirannya jauh melayang, membayangkan hal-hal yang akan terjadi dalam hidupnya.
"Hidup layaknya seorang murid normal, ya?" Fikir Naruto.
Keesokan harinya
Keesokan paginya, tepat jam 5 pagi, naruto bangun dari tidurnya. Tubuhnya yang telanjang terlihat kekar dengan bekas luka-luka sayatan, tusukan, serta tembakan di tubuhnya yang sudah hampir tidak terlihat.
Membuka kulkas lalu meminum air secukupnya, lalu meneteskan obat tetes mata pada matanya untuk mempertajam penglihatannya.
Naruto PoV
Aku bangun pagi seperti biasanya, kemudian lari pagi seperti biasanya. Lalu sarapan seperti biasanya. Tidak ada yang berubah semenjak aku tinggal di pegunungan bersama Shisou.
Shisou pernah bilang. "Saat kecil, pelari tercepatlah yang paling populer. Saat SMP, tukang berkelahi lah yang paling populer. Setelah itu, si pintarlah yang paling populer di SMA."
Kesimpulannya, "Larilah dengan cepat, pukul sekeras mungkin, dan bacalah buku." Terkadang keras, terkadang lembut...
Ia memberi dorongan kuat yang membuat hatiku tenang. Sampai kelembutannya membuat otakku meleleh keluar dari telinga. Seperti itulah shisou ku.
Meski ukuran fisiknya terbilang besar, tapi ia wanita yang cerewet pada hal kecil apa pun.
Semenjak hari itu, aku sadar kalau diriku kurang bisa mengatasi wanita berfisik besar.
End Naruto PoV
Naruto selesai dengan lari paginya. Sekarang ia telah mandi untuk mempersiapkan segala hal yang biasanya dilakukan murid sekolah. Setelah semua selesai naruto bersiap untuk berangkat.
Saat naruto membuka pintu kamarnya, ia berpapasan dengan gadis berambut merah. Keduanya sempat saling bertatapan, lalu akhirnya gadis jatuh karena hilang keseimbangan.
BRUKK
"Ittetete..."
Suara kesakitan yang berasal dari gadis yang terjatuh karena ulahnya sendiri. Naruto memandang gadis itu, gadis yang memiliki rambut merah Semerah darah, iris mata dark green, dan memiliki tubuh yang berlebihan menurut Naruto.
Gadis yang merasa ditatap cukup lama mendongak, dan ia dapat melihat mata blue sapphire yang menatap datar dirinya. Merasa kalau dia tidak pernah melihat murid itu, mungkin dia adalah murid pindahan, bagitulah pemikiran gadis itu.
"Etto, kamu siapa?"
Pertanyaan terlintas dari bibir manis gadis itu. Belum sempat Naruto menjawab, terdengar suara orang berlari yang datang dari tangga yang menghubungkan lantai atas.
Dan setelah orang itu turun, yang ternyata adalah seorang gadis loli berambut putih sebahu yang terlihat berantakan. Gadis loli itu melewati gadis berambut merah yang masih belum pindah dari posisi jatuhnya tadi.
Gadis loli itu melompat ke sofa ruang tamu, berposisi menelungkup sambil memegangi atas kepalanya.
"Berhenti kamu, gadis bandel" gadis berambut merah itu langsung berdiri dan ikut melompat ke sofa dan duduk di atas tubuh Loli itu.
Gadis loli itu terlihat meronta-ronta, "Ittai, jangan terlalu kasar padaku, dong!" ucapan gadis Loli itu.
Gadis yang ada diatas itu menghiraukan uacapan Loli itu dan masih ingin menuntaskan tugasnya, yaitu menata rambut gadis yang ada dibawahnya. "Bisa tidak, jangan bicara terus?!" Ucap kesal gadis yang masih berusaha menata rambut itu.
Naruto memandang kedua gadis itu, permainan macam apa yang dilakukan oleh kedua gadis yang baru saja ia lihat itu. Karena penasaran, Naruto mendekat ke sofa tempat kedua gadis itu.
Naruto bertanya, "permainan macam apa ini?". Kedua gadis itu mengalihkan pandangan kearah naruto. Gadis berambut merah menyahut "Oh, kamu murid yang baru pindah itu, ya?"
Pertanyaan Naruto malah ditanya balik oleh gadis itu. sebenarnya Naruto agak kesal, namun Naruto menjawab pertanyaan gadis itu"Ya, Namaku Namikaze Naruto. Salam kenal."
Naruto menjawab sambil mengulurkan tangan. Gadis itu nampak terkejut dengan nama Naruto, namun itu hanya sebentar. Gadis itu menerima uluran tangan naruto, lalu Naruto menariknya untuk membuat gadis itu berdiri.
Setelah gadis itu berdiri, Naruto melepaskan tangannya, gadis itu berkata " Ah, maaf. Etto, Namikaze Naruto-kun? Aku Rias Gremory. Salam kenal, naruto-kun."
Setelah Rias memperkenalkan diri, ia menoleh ke arah gadis Loli dibelakangnya. "Hei Koneko, cepat perkenalkan dirimu."
Gadis yang dipanggil koneksi itu terlihat malu dan bersembunyi di belakang Rias. Melirik Naruto yang menatap dirinya, dengan malu-malu ia memperkenalkan dirinya " Namaku Koneko, Tojou Koneko."
Naruto agak membungkuk untuk menyetarakan dirinya dengan Koneko, "Ohh jadi namamu Koneko. Salam kenal, ya." Ucap Naruto sambil mengulurkan tangannya.
Melihat Koneko yang malu-malu, Rias berkata "Hora Koneko, cepat salaman". "Kalau kamu tidak mau salaman, aku tak akan memberimu jajanan lagi."
Perkataan dari Rias membuat Koneko menurut. Dengan cepat, Koneko mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dengan Naruto.
Dengan ragu Koneko berkata "Salam kenal". "Apa ada hal lain yang mau kamu tanyakan?" Ucap Rias kepada Koneko.
"Apa hewan favoritmu?", Koneko bertanya.
Naruto menjawab, " Hmm mungkin anjing". "Tapi, kenapa soal hewan?" Naruto bertanya balik.
"Hee, kamu bertanya balik setelah kamu menjawabnya, ya?" Tanya Rias.
Naruto dengan cepat menjawab " Tidak bisa menjawab hanya karena ragu-ragu, bukanlah kebiasaan ku".
"Oh, keren!" Rias menyahut disertai tawa merdu.
"Kau mengejekku, ya?" Tanya Naruto.
"Tidak kok".
"Lalu, kenapa kau tertawa?".
"Kenapa yaa?".
•••
Didalam lorong sekolah, Naruto berjalan santai ke arah kelasnya. Dia berhenti lalu melihat jam tangan yang ada di tangan kirinya.
"Aku berangkat terlalu pagi, ya"
Gumam Naruto setelah melihat jam. Ia memandang keluar jendela, menatap langit yang cerah. Dan ia mendengar suara orang yang seperti mencoba membenarkan suaranya.
Karena penasaran, Naruto mendatangi arah sumber suara yang sepertinya datang dari dalam kelasnya.
Setelah sampai di depan pintu kelasnya, Naruto melihat kedalam dan terlihat seorang gadis berambut twintail berwarna coklat terang, dengan mata violet, dengan tubuh proporsional. Naruto hanya diam dan mengamati gadis itu.
Sedangkan disisi lain, gadis yang bernama Irina Shidou itu terlihat sedang melatih suaranya agar terdengar pas untuknya.
"Yoshh, pemanasan selesai, selanjutnya...
Apa... Kamu tidak mau menuruti perintahku?" Irina sedang mencoba suara seperti gadis tsundere yang suka memerintah.
"Ooh, yang barusan itu terlihat bagus", ucap senang Irina setelah ia mencoba. " Nah selanjutnya... "
Belum sempat Irina melanjutkan, terdengar suara pintu yang dibuka oleh Naruto. Dan Naruto berkata " Disini klub drama, ya?"
Suara pintu yang dibuka cepat dan ucapan dari Naruto sudah cukup untuk membuat gadis itu kaget.
Irina yang kaget dengan cepat mundur kebelakang dan menabrak bangku hingga bergeser.
"Si-siapa, ya?" Irina bertanya dengan nada gugup. "Eh bukan, siapa kamu?!"
Irina membenarkan perkataannya sambil menunjuk-nunjuk wajah Naruto. Naruto yang ditunjuk-tunjuk berjalan mendekat kearah gadis itu, hingga naruto merasa sudah dekat, ia memperkenalkan diri.
"Namaku Namikaze Naruto, hari ini aku resmi pindah kesini".
"Pin-pindahan? Ke sekolah ini?"
"Ya, dan apa kau sedang melatih aktingmu?.
"Eh? Aku tidak sedang akting, kok! Aku memang begini. Makanya, kamu tidak perlu sungkan-sungkan! Eh bukan, tapi kamu harus sungkan!"
Irina berbicara dengan tingkah yang agak gugup. Setelah Naruto mendengar pernyataan Irina, dia berkata "jadi, apa yang harus kulakukan?".
Irina berbalik lalu bergumam sembil memegang kedua pipinya. "Jangan panik, jangan panik... Dia itu murid pindahan, makanya kesan pertama sangatlah penting!"
Setelah selesai bergumam, Irina berbalik menghadap Naruto, Lalu berkata " namaku Irina Shidou, aku melakukan tugas semacam ketua kelas di sini. Makanya kalau ada masalah, kamu boleh minta saran dariku".
"Tugas semacam ketua kelas itu apa?"
"Eh Y-yah, maksudnya ada ketua kelas lain. Hei jangan ngotot terus pada masalah beginian!"
"Benar juga, aku paham"
Mendengar ucapan Naruto, Irina agak terkejut. "Oh, kamu orangnya gampang paham ya?" Ucap Irina, lalu melanjutkan "Terus, apa kamu punya selera humor?" Tanya Irina.
Naruto menjawab "Bisa dibilang, aku tidak terlalu suka bercanda". Mendengar ucapan Naruto, Irina menghela nafas lalu bergumam...
"Untungnya aku bertanya... "
Setelah itu Irina berkata, "Kalau begitu, kamu akan kuberikan hak untuk khusus untuk memanggil nama panggilanku, biasanya harus selalu pakai sapaan Irina-sama, tapi kamu pengecualian".
Cukup lama Naruto terdiam setelah mendengar perkataan Irina, dan itu membuat Irina merasa agak gugup dan kesal. Kalau ia berbalik dan bergumam sambil memegang kepalanya...
"Duuh... Apa aku bilang sesuatu yang salah? Tapi harusnya sudah sesuai dengan contohnya... Ah terserahlah, sudah terlanjur...!".
Dengan cepat Irina berbalik dan bicara agak keras, "Biar aku ulangi bagian yang tadi... "
Perkataan Irina dipotong oleh Naruto, "Aku boleh memanggilmu Irina, kan?". Irina terdiam lalu berbicara agak tergagap "Be-benar, begitu juga boleh".
Setelah itu Irina mengambil sejenis obat yang diambil dari tas kecil berwarna merah muda yang berada di pinggangnya, lalu memakannya.
Melihat itu, Naruto penasaran dengan apa yang dimakan Irina "apa yang kau makan itu?". Pertanyaan Naruto dijawab dengan gugup oleh Irina...
"I-Ini cuma permen, masalah buatmu?".
"Aku cuma bertanya karena kau makan tepat di hadapanku".
"U-urusai, bukan berarti aku mau pamer sama kamu, ya! Huh"
Ucapan dari Irina sambil mengalihkan pandangan kesamping disertai dengusan. Lalu Irina teringat sesuatu, "Ohh bagian terakhir tadi sempurna!" Ucap Irina senang.
"Kayaknya aku memang punya bakat lebih dalam hal ini!" Ucapan terakhir ini membuat Naruto tertarik, dan dengan pengamatan yang dia lakukan, Naruto menyimpulkan bahwa...
"Apa kau ini sedang bertingkah seperti orang yang biasa disebut "tsundere"?".
Ucapan frontal dari Naruto sukses membuat Irina terkejut dan tanpa sadar mundur kebelakang dengan cepat hingga menabrak semua bangku yang ada di belakangnya hingga jatuh.
Irina berhenti tepat de sebelah bangku paling belakang, lalu berkata "Bukan! Memang begitu niatnya, tapi aslinya tidak begitu! Kenapa kamu asal bicara begitu!".
Kesimpulan Naruto tepat sasaran, seorang gadis yang ingin memiliki sifat tsundere huh...
"Begitu ya, jadi kau bertingkah tsundere untuk menarik perhatian laki-laki?"
Irina menjadi salah tingkah ketika mendengar ucapan dari Naruto yang terlihat tepat sasaran. Dengan pelan Naruto mendekati Irina yang ada di samping bangku belakang itu sambil menyimpulkan...
"Tapi, aku masih gagal paham kenapa harus menyemir rambutmu?"
"I-Ini rambut asliku, tahu!" Ucapan Irina menyangkal perkataan Naruto, namun Naruto telah mengetahui bahwa rambut itu terlihat dicat.
Setelah Naruto merasa cukup dekat dengan Irina, ia menghentikan langkahnya lalu berkata...
"Bohong, rambut coklat asli warnanya lebih alami. Lain kali, aku akan undang ahli pewarna rambut dari Amerika".
Irina merasa kesal, wajahnya terlihat memerah menahan amarah. Namun ucapan yang dikatakan Naruto memang benar, bahwa rambutnya yang dulu berwarna hitam telah ia cat.
Melihat raut wajah Irina, Naruto kembali memojokkan gadis tersebut...
"Terus, coba jawab pertanyaanku tadi, kenapa kau menyemir rambutmu?".
Naruto berkata sambil memegang rambut bagian kanan Irina. Irina yang tidak siap dengan tindakan Naruto memekik pelan karena terkejut. Naruto memilin rambut Irina yang dikepang itu, lalu berkata...
"Gaya rambut ini juga jarang kulihat, dan... "
Ucapan Naruto dengan cepat dipotong oleh Irina. "A-Apa boleh buat, penampilannya memang harus begini!". Ucapan Irina sambil mendorong pelan tubuh Naruto karena cukup dekat dengan dirinya.
Irina memegang kedua rambut yang ia kepang, lalu berkata...
"Gadis tsundere itu punya kutukan".
"Kutukan?"
Irina melepas sepatunya, lalu menaiki meja yang ada disampingnya. Dan kemudian dia beraksi...
"Gadis tsundere itu harus memiliki rambut twintail! Paham?! Eh bukan, tapi cepatlah paham!".
Ucapan Irina disertai sebuah gaya yang menurut Naruto aneh. Saat Irina bergaya dengan indahnya di atas meja, angin bertiup dari jendela, menyingkap rok Irina yang berada tepat didepan Naruto.
"Aku mengerti, ternyata punya sifat tsundere itu merepotkan, ya?". Naruto melanjutkan "Pokoknya, semoga kita bisa tambah akrab, Irina".
Ucapan Naruto disertai uluran tangan yang bertanda bahwa ia ingin menjabat tangan Irina untuk menandakan bahwa mereka berteman.
Tetapi, dengan cepat Irina menolak sambil melipat tangan den mengalihkan pandangan kesamping.
"Mana Sudi aku akrab denganmu!" Ucap Irina tusndere. "Kalau mau akrab, sendiri saja sana jangan ajak-ajak orang!", Tambah irina.
"Ya tanpa kau suruh pun, aku memang mau melakukannya."
"Eh? Dibagikan situ harusnya kamu bingung dan bertanya balik, baka!".
Ucapan penuh kekesalan dari Irina dengan menatap Naruto yang terlihat sedang menata bangku yang tadi ia tabrak. Naruto menoleh kearah Irina lalu berkata...
"Sifat tsundere itu memang merepotkan, ya?".
"Ahh dasar kau! Pulang aja sana!".
•••
Sudah banyak murid yang masuk kedalam kelas, dan ada juga murid yang baru datang, seperti contohnya...
"Selamat pagi semua". Ucap Sakura yang baru membuka pintu, dibelakangnya ada Rias dan Koneko.
"Selamat pagi.."
"Pagi..."
Ucapan Rian dan Koneko dengan semangat (Rias) dan datar (Koneko). Mereka bertiga masuk, lalu saat Sakura melihat Irina, ia tak lupa menyapa...
"Selamat pagi, Irina-sama".
Sapaan dari Sakura tentu membuat Irina kaget karena menggunakan embel-embel -sama. Dengan cepat Irina berlari kearah Sakura dan menutup mulutnya.
"Sakura, bukannya sudah disuruh buat berhenti memanggilku seperti itu?".
"Tapi, kamu bersikeras menyuruhku memanggilmu Irina-sama".
Ucapan Sakura yang kurang terdengar karena mulutnya masih dedekap oleh Irina. "Su-Sudah kubilang itu... Eng, cuma bercanda...", Ucapan Irina penuh kegugupan.
"Jahatnya ... Padahal kamu bilang harus, makanya aku lakukan ..." Ucap Sakura dengan berkaca-kaca, membuat Irina menjadi bingung dan salah tingkah.
"Jangan nangis, jangan nangis! Pokoknya, jangan sekarang! I-Ini perintah! Perintah! Paham?!".
Ucapan Irina salah tingkah dan dipenuhi rasa kebingungan melihat sakura yang siap menangis kapan saja.
"Ha'i, aku tidak akan menangis!" Ucapan sakura biasa seperti tidak ada yang terjadi. "Iya deh, iya ... Panggil aku sesukamu!" Ucapan pasrah Irina dengan wajah lesu, membuat Rias tertawa cekikikan.
"Ha'i, Irina-sama". Ucap sakura disertai senyum yang mengembang di wajah cantiknya.
Irina bejalan kembali ke bangkunya disertai wajah lesu. Ia pun duduk dengan kepala yang ditaruh dimeja. Melihat itu, Naruto menyahut...
"Kau baik-baik saja, Irina-sama?"
"Diam kau"
•••
Pelajaran telah dimulai, semua siswa telah berada di masing-masing bangkunya, kecuali satu orang yang terlihat absen hari ini.
"Apakah Himejima-san tidak masuk lagi hari ini?" Ucap guru yang mengajar bernama Rossweise.
"Bukannya dia sudah biasa telat? Belakangan ini dia sering begitu". Irina menjawab pertanyaa dari Rossweise-sensei. "Memang benar, belakangan ini dia cuma datang pas hampir sore", Rias menambah ucapan Irina.
Rossweise pun menghela nafas lalu memulai pelajaran...
•••
Hari mulai sore, banyak murid yang sudah pulang, entah mengapa hari ini terlihat tidak ada kegiatan ekstra. Tetapi bukan itu yang menjadi permasalahan, namun tokoh utama kita yang terlihat kembali ke kelas setelah ia berkeliling untuk melihat-lihat sekolah barunya.
Berjalan santai dengan pendanaan lurus ke depan. Untuk sekarang Naruto ingin menemui calon teman barunya dikelas.
Sedangkan disisi lain, terlihat seorang gadis berambut hitam panjang sepinggul yang digerai indah. Duduk di bangku kelas sambil membaca buku pelajaran.
Gadis itu merasa ada seseorang yang masuk kedalam kelas, namun ia menghiraukannya. Mungkin dia ingin mengambil barang yang ketinggalan dikelas. Begitulah pemikiran gadis itu.
Sekarang Naruto telah masuk kedalam kelas, dan dia melihat gadis yang duduk di bangku sambil membaca buku, gadis itu menghiraukan Naruto. Naruto pun menyapa...
"Yo. kau Akeno Himejima, kan?"
Merasa namanya dipanggil, dia pun menoleh ke sumber suara tersebut. Pandangan mereka bertemu.
"Aku Namikaze Naruto, mulai hari ini aku akan bersekolah disini. Makanya, aku juga akan menjadi teman sekelasmu".
Ucap Naruto sambil melangkah mendekati gadis bernama Akeno tersebut. "Pagi ini aku belum sempat menyapamu, aku dengar kamu cuma datang di sore hari ..."
Belum selesai Naruto berbicara, Akeno berdiri dan melangkah kebelakang menghiraukan Naruto yang sudah ada di dekatnya. Dengan cepat Naruto menghentikan langkah Akeno.
"Oi, aku cuma ingin berkenalan"
Saat Naruto hendak memegang tangan Akeno, dengan cepat Akeno berbalik dengan membawa pisau cutter berwarna pink yang sudah dia bawa dan ingin melukai Naruto
Namun dengan reflek yang baik, Naruto berhasil menghindari tebasan cutter itu dengan memegang pergelangan tangan Akeno.
Akeno terkejut karena tangannya berhasil ditangkap oleh Naruto, padahal tadi gerakannya termasuk cepat.
"Sudah kuduga, kau akan mengambil sesuatu. Ternyata pisau, ya? Biar kukatakan sekali lagi, apa kau Akeno Himejima?"
Setelah ucapan keluar dari mulut Naruto, mereka berdua masih tetap dalam posisi yang sama, dan Akeno pun menjawab pertanyaan Naruto...
"Benar"
"Begitu ya, salam kenal"
•
•
•
•
•
Chapter 1 End
Hello senpai, ini adalah fict pertamaku. Mungkin masih banyak typo dan bahasa yang kurang tepat. Namun aku telah mencoba yang terbaik.
Huhh akhirnya aku bisa(mau) menulis setelah 4 tahun menjadi silent reader. Yahh waktu yang cukup untuk bisa menjadi senior seperti senpai-senpai terkenal lainnya.
Memang dalam pengalaman membaca aku memiliki banyak inspirasi, namun dalam pengalaman menulis? Tulisanku gagal total dan ini adalah karya pertamaku yang berhasil aku selesaikan.
Dalam pemikiran aku memiliki ide yang banyak, namun kurangnya pengalaman membuatku tidak bisa menuangkan ide ku dalam bentuk penulisan yang baik. oleh karena itu, aku harap senpai mau memberi kritik/saran yang bisa membuatku berkembang.
Oke itu saja curhatan dari saya, Ohh ya, fict ini kubuat persis dengan alur cerita anime grisaia. Karena aku cukup menyukai anime itu dan yahh akhirnya aku membuatnya menjadi sebuah fict.
Cukup sekian senpai, semoga senpai bisa meresapi karyaku tanpa adanya kebingungan.
Sampai jumpa di chap depan, senpai..
Arslan Out~ Wohoo...
