Seorang gadis bersurai indigo telah terbangun. Matanya mengabsen ke sekeliling.

Gelap...

Suara-suara serangga memenuhi telinganya. Ternyata ia sedang berada di hutan. Malam-malam begini di hutan?

"Dimana ini?" gumamnya lirih. Ia mencoba berdiri, namun ia merasakan sakit di area kepalanya. Ia pun ambruk kembali. Jika saja ada senter, bisa terlihat banyak darah di kepalanya.

"Hey, Sasuke. Ternyata bau manis itu berasal dari dia." Kata seseorang dengan semangat. Gadis itu terlihat kebingungan. Ia tak bisa melihat apapun.

"S-siapa di sana?" tanya gadis itu. Tiba-tiba saja ia merasakan seseorang mendekatinya dan mengangkat tubuhnya. Suhu tubuh seseorang itu begitu dingin.

"A-apa yang kau lakukan?" cicitnya dengan suara lemah. Ingin sekali ia melawan, tetapi rasa sakit di sekujur tubuhnya sangat menyiksa. Ia hanya bisa pasrah.

CTARRRrrrr... GLARRrrr...

Kilat dan petir saling bersahutan. Disaat itu juga ia melihat dengan jelas seorang pria yang tengah menggendong tubuhnya. Pria berrambut raven dan bermata onyxs. Sedang apa pria itu di sini?

"Tunggu apa lagi, Sasuke? Ayo kita bawa dia." Kata pria yang bertato segitiga sambil menjilat gigi taringnya. Pria berrambut raven menyeringai. Ia membawa gadis itu berlari bersama temannya.

True Kiss

Naruto Shippuden (c) Masashi Kishimoto

Naskah asli dari melani lii

Happy reading...

"Oi, bangun!" seru seorang pria berrambut raven kepada gadis yang sedari tadi masih terlelap. Padahal matahari belum juga memancarkan sinarnya.

"Oi, cepat bangun!" serunya lagi dengan nada suara yang lebih keras. Perlahan kelopak mata gadis itu bergerak. Tak lama kemudian kelopak mata itu telah sepenuhnya terbuka. Betapa terkejutnya dia ketika menyadari seorang pria yang sedang berdiri di tempat tidurnya. Ia pun terbangun.

"Si-siapa kau? Dan, dimana aku?" tanya gadis itu sambil menoleh ke sekeliling. Namun tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut. Ia memegang kepalanya itu. Namun, ia mendapati kepalanya yang sudah diperban. Melihat perilakunya yang sibuk sendiri, pria bernama Sasuke itu mendecih. Sudah semalaman ia merawat gadis itu dan berusaha menahan rasa hausnya. Tapi, ternyata ini yang ia dapat. Sebuah pengabaian.

"Siapa namamu?" sontak gadis itu menoleh.

"N-namaku Hyuuga Hinata. Bisakah kau menjelaskan apa yang sedang terjadi padaku?"

"DIAM!" bentak Sasuke membuat Hinata terkesiap. "BISAKAH KAU UNTUK TIDAK MENGURUSI DIRIMU SENDIRI?" Hinata menatapnya nanar.

"Hentikan Sasuke! Kau membuatnya ketakutan!" Kata seekor anjing berwarna cokelat yang berada di jendela. Mata Hinata melebar. Tentu saja ia merasa takjub melihat hewan ajaib itu. Dengan perasaan kesal, Sasuke menjauh. Anjing itu mrnghampiri Hinata dan duduk di sampingnya. Hinata merasa canggung. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya bertemu seekor anjing yang dapat berbicara. Jangan-jangan kalau Hinata mencium bibir anjing ini, akan ada seorang pangeran tampan yang akan melamarnya. Ah, tidak, tidak. Hanya dongeng. Itu pun seharusnya adalah seekor katak.

"Perkenalkan, namaku Pakkun." Kata anjing itu dengan sopan. Lagi-lagi Hinata merasa takjub. "Aku adalah pelayanmu di sini."

Hinata cengo...

"Biar kujelaskan sedikit. Ekhem!" Kata Pakkun sambil berdehem sebentar. Hinata pun memperhatikan anjing yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

"Para vampir di sini kehilangan tuannya sejak 1 tahun yang lalu."

"V-vampir?"

"Um-hm! Dan sekarang mereka telah menemukan tuan yang baru."

"M-maksudmu?"

"Ya... itu kau. Karena darahmu itu istimewa."

"TIDAK MUNGKIN!" teriak Hinata sambil merentangkankan tangannya. Anjing kecil itu pun jatuh dan menggelinding ke bawah kolong tempat tidur. Betapa malangnya dia. Merasa berdosa, Hinata pun segera turun dari ranjang dan mencoba mencari anjing itu. Ia berjongkok dan memposisikan kepalanya menghadap bawah kolong ranjang.

"Anjing manis, kamu dimana?" panggil Hinata.

"Hei Tuan Putri, kamu sedang mencari apa?" tanya seorang pria. Hinata pun menoleh. Matanya membulat ketika mendapati seekor anjing yang ia cari tengah berada di pundak pria itu. Ia berdiri dan menatap nanar. Benar-benar ajaib! Pria berwajah pucat itu pun terkekeh.

"Ke-kenapa bi-bisa..."

"Oi, kau belum memperkenalkan diri? Dasar tidak berguna!" celetuk seseorang yang entah sejak kapan telah berada di belakangnya. Hinata meneguk ludah. Ternyata di kamar itu tidak hanya ada 1 pria, melainkan ada 4.

"N-namaku Hyuuga Hinata. Aku tidak tahu kenapa aku bisa di sini." Kata Hinata sambil memainkan jari-jarinya.

"Aku Uchiha Itachi. Kuharap kau bisa berguna di sini." Kata seorang pria berrambut panjang.

"Aku Inuzuka Kiba. Kuharap kau bisa memperlakukanku dengan lembut." Kata pria bertato segitiga sambil memamerkan gigi taringnya.

"Tuan Putri," panggil pria berwajah pucat itu. Hinata menoleh. "Aku Sai. Aku akan selalu melindungimu." Lanjutnya sambil tersenyum. Hinata pun membalas senyumannya itu. Hanya dia, satu-satunya pria bermuka ramah di sini.

"Aku Uchiha Sasuke." Kata pria berrambut raven. Saat Hinata menatapnya, pria itu membalasnya dengan tatapan tajam. "Kalau kau membantahku, aku akan membunuhmu." Ancamnya. Seketika bulu kuduk Hinata berdiri. Auranya terasa sangat menyeramkan.

"A-ano... maaf... tapi aku tak tahu apa-apa. Kalian mungkin salah paham. Aku bukan tuan kalian." Kata Hinata. Hening sejenak. Kemudian semua pria yang ada di situ tertawa terbahak-bahak. Respon mereka membuat Hinata kebingungan. Apa ada sesuatu yang salah dengan gadis itu?

"Mencoba menjadi pelawak?" ejek Sasuke. "Seorang gadis biasa. Bermimpi menjadi tuan kami, heh?" ia tertawa lagi. Hinata menggigit bibir bawahnya. Ia merasa malu sekaligus terluka dengan ejekannya itu. Ia mencoba melirik anjing yang berada di pundak Sai. Namun, ternyata anjing itu sudah menghilang entah kemana.

"A-ano... sebaiknya aku pergi." Kata Hinata sambil melangkahkan kaki untuk pergi.

"TIDAK BISA!" teriak Kiba tiba-tiba. "Kau harus melaksanakan tugasmu!" lanjutnya. Hinata meneguk ludah. Nada bicara Kiba begitu menyeramkan, seperti seekor anjing liar yang sedang meraung-raung.

"Tu-tugas?" Tanya Hinata lirih.

"Tuan Putri harus mengusir iblis yang tinggal di sini." Sahut Sai.

"Ma-maaf tapi aku hanya seorang gadis bi..."

"CUKUP!" bentak Itachi. Hinata meneguk ludah lagi. Mungkin nanti perutnya akan kembung karena terlalu banyak meminum air ludah. "Jangan tunjukkan ketidakbergunaanmu di sini! Dasar gadis lemah!"

Perbuatan mereka secara tidak langsung telah membuatnya merasa direndahkan. Ia tak mengerti apa yang diinginkan mereka darinya. Hinata kemudian menlanjutkan langkahnya itu. Terlihat seperti gadis pemberani. Namun sebenarnya ia sangat ketakutan.

"Berhenti!" perintah Sasuke. Namun Hinata tak menghiraukannya dan mempercepat langkahnya. Ia semakin dekat dengan pintu.

"BERHENTI!" kali ini Sasuke menaikkan volume suaranya. Tak juga berhenti, Hinata berlari dan lenyap dari pandangan para pria itu.

"Sasuke, ini tugasmu!" perintah Itachi. Sasuke mendecih sebelum akhirnya ia berlari dan melompat lewat jendela.

Kita beralih ke keadaan gadis bersurai indigo yang tengah panik itu. Ia berlari dan terus berlari. Rasanya melelahkan. Rumah itu begitu besar. Sangat sulit untuk keluar dari situ. Padahal sudah lama sekali ia berlari. Tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut. Rasa sakit itu kembali menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia memutuskan untuk duduk sebentar dan mengatur nafas.

"Kau mau ke mana?" tanya seseorang yang berada di sampingnya. Hinata terjingat. Namun betapa leganya setelah mengetahui yang berada di sampingnya itu ternyata adalah Pakkun.

"A-anjing." Gumam Hinata. "Kenapa kau menipuku? Aku bukanlah tuan mereka. Tolong bantu aku keluar dari sini." Kata Hinata sendu.

"Aku tidak bisa membantumu keluar dari sini. Memangnya kau akan tinggal di mana?" tanya Pakkun sambil memperlihatkan muka malasnya. Hinata berpikir sejenak untuk mengingat-ingat di mana ia tinggal. Namun, semakin ia keras berpikir, semakin sakit pula denyutan di kepalanya.

"Jangan paksakan dirimu. Disini kau hanya perlu menjadi tuan kami dan menjaga rumah ini dari iblis."

"Tapi... aku tidak punya kekuatan apa-apa untuk menghadapi iblis. Lagipula mereka juga tak menganggapku sebagai tuan. Kurasa kau meminta bantuan kepada orang yang salah."

"Tidak. Ramalan kami menyatakan kalau manusia berdarah manis mampu menjaga rumah ini dari iblis. Ada cara supaya mereka menerimamu."

"Maaf... tapi aku tidak bisa."

"Aku mohon." Kata Pakkun memasang puppy eyes. "Kalau tidak, para vampir turunan akan kehilangan kendali jika vampir darah murni mati." Kata anjing itu dengan suara memelas. Hinata merasa iba. Ia menggengam kedua tangan anjing itu sambil menatapnya.

"Baiklah. Apa yang harus kulakukan?"

"Pertama, kau harus membuat kontrak dengan mereka."

"A-apa? kenapa harus pakai rumah kontrakkan?" tanya gadis itu dengan polosnya. Pakkun menepuk jidat.

"Bukan. Maksudku sebuah ikatan ... um... bagaimana cara menjelaskannya, ya? Intinya kamu membuat mereka menuruti perintahmu."

"C-caranya?"

"Cium mereka."

"A-APA? CIUM? MAKSUDMU CIUMAN YANG ITU?" teriak Hinata. Sekarang wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Saat Pakkun hendak menjawab, tiba-tiba Sasuke terlihat duduk di jendela. Hinata tersenyum paksa.

"Cih! Anjing bodoh. Kenapa kau beri tahu dia!" kata Sasuke dengan ekspresi datar. Sang anjing pun hanya memasang muka datar. Lalu ia menghampiri Hinata yang tengah duduk di lantai dan mencengkram pergelangan tangannya. Hinata merintih kesakitan.

"Jangan harap kau bisa menciumku!" ujar Sasuke sebelum menggendong gadis itu ala bridal style. Hinata mencoba memberontak namun percuma. Jantungnya berdebar-debar. Harus mencium para vampir seperti mereka merupakan tantangan terbesar dalam hidupnya. Apalagi Hinata belum pernah mencium pria manapun. Namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia ingin tahu bagaimana rasanya mencium seorang pria. Tapi, buakankah itu akan terasa memalukan? Terlebih lagi ia harus memilih siapa yang akan diciumnya terlebih dahulu.

TBC...

Thanks For Read... :) RnR please...