Disclaimer : Tsugumi Obha & Takeshi Obata.

Pair : MattxFem!Mello, MattMisa

Warning : OOC, AU, Typo bersebaran, dan sebagainya, tak nyambung dengan Judul, mungkin?

Don't Like, Don't Read!

.

.

.

.

Perempuan berambut pirang sebahu bernama Mello tapi gadis ini bermana lengkap Mihael Keehl, Ia sedang berjalan mengelilingi kota sudah 4 bulan Mello tak bertemu seseorang yang paling berharga didunia ini—Matt, nama lelaki yang sangat berharga untuk Mello.

Bagaimana tidak, Matt rela mengorbankan nyawa-nya hanya demi misi yang Mello jalani dulu. Tapi semua itu berubah Matt berbeda semenjak mengenal model cantik bernama Amane Misa dari jepang. Mello merasa terpukul, Matt menjadi berubah dan akhirnya saat Mello terjatuh sakit, Matt pergi meninggalkan Mello yang sakit, dan akhirnya Mello dirawat oleh anak buah Mafianya itu. Ya, Mello adalah bos Mafia.

Mello mendongkakkan kepalanya keatas melihat langit yang berwarna biru tenang, Ia menjadi teringat oleh Matt—orang itu masih terngiang-ngiang diotak Mello.

"I Love you, Matt" guman Mello sambil berlari kecil kearah apartemennya yang tak jauh itu.

...

Mello memasuki apartemennya dan membuka jaket hitamnya hingga Nampak luka bakar di pundak gadis itu.

"Aku pulang…" Mello menghempaskan tubuhnya ke sofa, apartemennya nampak sangat sepi tanpa Matt yang selalu bermain PSP-nya dan memeluk Mello ketika Mello merasa lelah. Mello mengambil sebuah remote televisi yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya, ia menekan tombol power, ia melihat acara apa saja di televisi itu dan tak sengaja ia menemukan—

"Mail Jeevas telah bertunangan dengan Amane Misa, mereka sangat cocok, bukan? Nampaknya aka ada pesta untuk pertunangan ini, benar begitu, tuan Mail?" Tanya seorang gadis, yang berprofesi sebagai pembawa acara itu—Takada Kiyomi.

"tunangan? Ah, pesta? Tampaknya aku harus mengundang berapa orang? Tidak-tidak aku dan Misa ingin yang mudah-mudah saja, tak usah mewah." Jawab sang lelaki berambut merah, Lelaki itu merangkul gadis yang Nampak mirip seperti Mello, namun ia lebih cantik dan imut. Ialah Amane Misa.

"Iya, Mail ben—" sebelum sang model cantik selesai berbicara, Mello mematikan televisinya dengan tatapan datar walau ia merasa sangat perih.

"Matt kau jahat!" Ucap Mello melempar remote dan coklat yang ia pegang entah sejak kapan. Mello berlari ke kamar membuka jendela, ia menjadi ingat dulu saat di wammy's house, Mello pernah meniup gelembung dan tak sengaja mengenai Matt hingga akhirnya Matt trauma bermain dengan Mello pada akhirnya Mello memberikan Matt sebuah goggle agar Matt bisa bermain gelembung dengan Mello. Tapi tampaknya Matt malah memakai benda itu kapapun dimanapun, tak peduli sedang bermain diluar atau bermain game, benda itu bagaikan sebuah benda berharga bagi Matt. Dan Mello sangat ingat sewaktu ia meninggalkan Matt dan Wammy's House, meninggalkan Inggris. Matt yang masih berusia 8 tahun itu menangis sejadi-jadinya saat ditinggalkan oleh Mello.

Tanpa sengaja sebuah lengkungan kecil membentuk diwajah manis Mello, ia sangat mencintai Matt, tapi ia tak merasa takut berpisah dengan Matt.

"Harapanku, aku bisa mewujudkan mimpiku tanpa bantuanmu, bukan kah dari dulu kita sudah berpisah?" layaknya seorang gadis yang gila Mello selalu berguman kepada dirinya sendiri, kehidupan Mello takkan pernah sempurna tanpa Matt meski kata kebohongan yang ia lontarkan telah terucap.

Mello menatap langit dengan tatapan sendu, tak terasa sebuah genangan air dipelupuk matanya keluar, ia ingin bertemu Matt untuk terakhir kalinya.

Menciumnya.

Memeluknya.

Merasakan aroma tubuhnya yang maskulin.

Merasakan bibirnya yang berwangi nikotin itu.

Tampaknya Mello sudah gila, Ia terus mengingat kenangan bersama Matt saat di Wammy's House, begitu indah?

'Aku ingin bertemu denganmu Matt!' Mello merasa hatinya sudah tak bisa menahan rasa sakit ini, Ia terus menangis terisak meski hatinya terus berteriak, 'MATT! MATT!'

Mello sadar ia memang sudah menyakiti Matt sedari dulu, sudah sepantasnya Mello mendapatkan balasan seperti ini, tangan yang berbalut sarung tangan hitam kulit itu meraih pulpen dan kertas, ia mengingat kata Matt dulu.

"Mello, kalau kita tak bisa bertemu atau aku pergi, dan kau enggan berbicara denganku, kau tinggal tulis surat dikertas, bentuklah seperti kertas dan terbangkan!" Ucap bocah itu sambil mengambil kertas.

"Kenapa harus begitu? Aku tak pernah enggan berbicara padamu, Matt!" ucap gadis kecil berambut pirang itu sembari berteriak dengan keras. Matt, Bocah itu hanya tersenyum.

Mello perlahan menulis sepatah kata dikertas itu, Ia terus mengingat ketika Matt menangis setiap malam karena ulah Mello sendiri.

Matt, semoga hari mu akan menyenangkan.

Aku hamil, Matt. Terimakasih telah memberikanku anugrah.

Diterbangkanlah kertas itu mengikuti angina yang entah kemana arahnya, Mello mengelus perutnya yang terlihat membesar dan bersandar ke tembok, hingga isakannya, tangisannya berubah menjadi hening.

Mello telah tertidur.


Matt membuka jendela dimalam hari, udaranya sungguh dingin. Lelaki itu mengambil PSP-nya yang tergeletak disana, dan seorang gadis yang telah melingkarkan lengannya dileher Matt.

"Matto-kun~ jangan cuekin Misa, bisa 'kan?" Gadis pirang itu menggembungkan pipinya membuatnya terlihat menggemaskan. Matt hanya menggeleng dan mengecup kening gadis itu.

Matt berpikir yang ia kecup seharusnya Mello bukan Misa.

"Misa, pulanglah.. aku lelah, besok aku akan membagikan undangan pernikahan kita." Akhirnya Matt angkat bicara. Gadis itu mengangguk dan melepaskan pelukannya sebelum berjalan mendekati pintu.

"Matto-kun~! Selamat tidur!" ujar gadis itu dengan ceria dan berjalan meninggalkan Matt. Tak sengaja Matt melihat sebuah kertas kecil, dengan cepat ia melihat tulisan dikertas itu dan betapa terkejutnya Matt setelah melihat isi kertas itu.

Matt, semoga hari mu akan menyenangkan.

Aku hamil, Matt. Terimakasih telah memberikanku anugrah.

"Mello?!" Matt mengingat-ingat apa pernah ia melakukan sesuatu dengan Mello. Ah, Matt ingat, Matt memaksa Mello dengan cara kasar dan Mello akhirnya luluh. Matt membuka laptopnya mencari data dan keberadaan Mihael Keehl.

Tak lama Matt menemukan tempat dimana Mello tinggal.


Keesokan harinya Matt mengendarai mobil merahnya kearah rumah Mello, tak perlu waktu lama Matt menemukan rumah Mello. Ia mencoba mengetuk pintu rumah Mello namun taka da jawaban, Matt dengan iseng membuka pintu itu dan ia membelalakan matanya saat melihat seorang gadis yang nampaknya hamil 3 bulan itu terkapar tak berdaya sambil memeluk bingkai foto dirinya dan Matt.

"Mello?!" Ia menggendong gadis itu dan membawanya ketempat tidur, tampaknya Mello sangat kelelehan terlihat dari wajahnya.

...

Tak berselang lama Mello membuka matanya, ia melihat sosok Matt dihadapannya, "Mail…Jeevas? Sela—" Belum sempat Mello mengatakan sesuatu, Matt memberikan sepucuk kertas undangan kepada Mello, "apa maksudnya, Matt?"

"Datanglah ke pernikahan ku lusa…" Ujar Matt sambil membelai helaian rambut pirang Mello, Matt tak sanggup melakukan hal ini kepada Mello, "Maaf.."

Mello masih dengan tatapan tak percaya, Matt menghianati dirinya. Sungguh sakit, Mello menyeka air mata yang jatuh berlinang tak terbendung, Matt yang melihat hal itu segera memeluk Mello dengan erat membiarkan gadis pirang pencandu coklat itu menangis sejadi-jadinya.

"Mello.. aku berjanji akan menemanimu saat kau melahirkan anak kita." Mello masih bergeming hingga akhirnya Mello angkat bicara.

"Bahkan aku tidak takut berpisah denganmu." Sebuah kata kebohongan mencolos keluar dari mulut pucat gadis itu dengan cepat Mello melepaskan pelukan Matt dan mengibaskan tangannya agar Matt segera enyah dari hadapannya.

Sebuah senyuman miris muncul di bibir pemuda itu, ia merasa sangat bersalah pada seseorang yang ia sayangi.

.

.

.

.

TBC


Howah— Akhirnya saya bisa mengupdate fanfict ini, ngomong-ngomong saya Author baru. Jadi dimohon bimbingannya?

Dan juga jangan lupa tinggalkan Review~!