Warning: Angst! Yaoi, shonen-ai, dan sebangsanya. Death chara(s). Gaje, OOC. Don't like? Nggak baca nggak apa-apa kok, saia takkan marah. Ngeflame? Maaf, tapi saia udah bawa pemadan api disini... (nunjuk Shirou dan Fuusuke)
Nee, happy reading ^^
Cross of Labyrinth
Chapter 1
Ichirouta's
Ichirouta's POV
"Bergabunglah dengan klub sepak bola, Kazemaru-kun...!" Itulah saat pertama kalinya Mamoru berbicara padaku setelah sekian lamanya. Saat itu aku hanya menganga, tak bisa bicara senormal biasanya. Baru kutahu kalau ternyata suara Mamoru masih bernada seriang ini. Wajahnya yang dulu hanya kuingat sepintas tampak berseri. Kudengar kalau klubnya mendapat tantangan bertanding, dan klub sepakbolanya itu akan dilenyapkan bila dia kalah. Tentunya dia takkan menang dengan anggota yang hanya berjumlah 7 orang saja, dan aku tak bisa membantu. Aku adakah anggota klub atletik. Namun sebelum aku sempat untuk menolaknya, dia terlanjur berlalu...
Hari itu aku pulang sedikit lebih sore. Entah atas dasar apa, aku memutar jalan melewati Steel Tower Plaza. Aku jarang kesana, namun yang kuingat adalah pemandangan yang indah dan... Entahlah. Aku merasa harus lewat sana sekarang juga...
"HIAAAH!" Terdengar teriakan seseorang. Aku segera melangkahkan kakiku lebih cepat untuk mencari asal suara tersebut. Yang kemudian Kulihat adalah sosok Mamoru yang sedang melatih dirinya dengan menggunakan ban mobil sebagai media latihannya. Mamoru sempat dapat menahan ban tersebut, namun kemudian dirinya jatuh terdorong oleh ban tersebut. Entah bagaimana, dirinya langsung kembali berdiri dan mengulangi hal serupa. Aneh sekali, baru kutahu bahwa ada anak sesemangat itu. Padahal anggota timnya masih belum genap 11 orang, namun dirinya tetap berlatih dengan keras sampai seperti itu. Aku tak mengerti, sama sepertihalnya aku tak merngerti tentang debaran yang kualami saat melihat sosoknya diwaktu itu. Tiba-tiba kakiku melangkah sendiri mengulurkan tanganku padanya. Mungkin dia orang yang menarik...
Cross of Labyrinth
Mungkin aku menyukaimu. Ya, aku memang tak yakin akan hal ini, namun tiap kali melihatmu, aku semakin berdebar. Tiap kali melihat senyumanmu, wajahku mulai merona. Tiap kali kau menepuk pundakku, hatiku selalu mencair. Suka. Tiap kali aku bertemu denganmu, tiap kali itu pula aku menjadi makin menyukaimu. Perasaan itu mengalir hangat melalui denyut nadiku dan memberikan kehangatannya ke seluruh tubuhku. Aku ingin selalu berada disampingmu. Aku ingin kau selalu menjadi orang yang tersenyum untukku. Mamoru, aku mencintaimu.
Suka...
Namun perasaan itu takkan mungkin tersampaikan. Karena aku sudah tahu, bahwa hatimu akan selalu berada di sisi orang itu. Shuuya Goenji, orang yang kau anggap paling berharga bagimu. Mungkin kau sendiri tak menyadarinya, tapi aku tahu akan hal itu. Sesekali kau menepuk pundak orang itu dan memeluknya, layaknya kau memperlakukan semua temanmu. Namun aku menyadari, sentuhan itu berbeda dengan saat dimana kau merangkul pundakku. Kau selalu menepuk pundaknya dengan lembut. Kau peluk dirinya dengan curahan ribuan kasih sayangmu, dan kau berikan senyuman terbaikmu padanya. Semburat merah selalu muncul di pipimu saat kau berbicara dengannya. Hanya padanya, bukan untuk orang lain ataupun untukku.
Aku tahu itu, semuanya. Meski baik dirimu ataupun orang itu masih belum menyadari perasaan kalian masing-masing, namun Aku telah mengetahuinya. Karena aku selalu memperhatikanmu, hanya kau saja.
Secepat angin berlalu, perasaanku harus kubuang. Harus menghilangkan perasaanku terhadapmu sebelum siapapun tahu. Menyedihkan, patah hati sebelum sempat mencintai. Mungkin bisa saja aku memaksa dan merebutmu dari Shuuya, tapi...
Aku sangat menyayangi kalian. Sangat, aku takkan mampu memisahkan kalian. Aku tang ingin melihat wajah kalian berdua yang hancur. Karena itu, akulah yang akan menghancurkan diriku ini. Membiarkan nyawaku habis dihilangkan oleh sapuan angin secara perlahan...
Mamoru, kukatakan padamu untuk yang terakhir kalinya. Kau mencintai Shuuya. sadarilah hal itu dan berbahagialah kau bersamanya. Meski aku takkan berada disana, aku akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian.
Maafkan aku Mamoru, aku mencintaimu..
End of Ichirouta's POV
Normal POV
Hari ini cuaca kembali mendung. Seluruh anggota tim Inazuma mendatangi sebuah kamar di rumah sakit. Ruangan putih, kasur yang putih, dan tirai putih bersih. Terbaringlah sesosok pria dalam keadaan koma. Rambut biru turquoisenya yang biasanya selalu dikuncir ponytail itu diurai bebas. Sosoknya yang selalu berlari bagikan angin itu kini terkulai lemas di atas ranjang. Mata cokelat madunya tertutup, seolah takkan terbuka lagi untuk selamanya. Semuanya hanya memandang tubuh rekannya itu dengan tatapan kosong.
Sesosok wanita paruh baya mendatangi Mamoru dan kawan-kawan, "Ichirouta Kazemaru, koma karena berusaha bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi..."
Semuanya hanya terdiam menatap lantai. Wanita itu mulai menepuk pundak Mamoru sambil menyerahkan sebuah buku.
"Apa ini...?" Mamoru menatap buku bersampul cokelat itu. Warna cokelat madu yang membuatnya merindukan mata Ichirouta, sahabat lamanya.
"Buku harian Ichirouta. Kurasa kau harus membacanya..."
Mamoru mulai membuka halaman buku itu satu-persatu. Di setiap catatannya selalu disebut nama Mamoru. Semuanya, tentang perasaan Mamoru, Shuuya dan juga isi hati Ichirouta. Air mata Mamoru mulai menitik, kemudian mengalir deras...
"Tidak.. Mungkin... Ichirouta... Mengorbankan dirinya demi perasaanku... Dan Shuuya...?" Mamoru menatap Shuuya. ekspresinya terlihat kacau. Airmatanya tak dapat dibendung lagi. Yang ditatap hanya memejamkan matanya dan kemudian memeluk Mamoru. Mamoru menangis sekerasnya di dada Shuuya. Shuuya hanya mengeratkan dekapannya atas Mamoru.
"Ini bukan salahmu..." Ucap Shuuya dengan lembut. Membuat seluruh orang yang mengenal Shuuya langsung menganga karena lembutnya suara itu.
"Tidak... Ini salahku... Kalau saja aku tidak menyukaimu, maka Ichirouta tidak akan..." Mamoru melepaskan pelukannya dari Shuuya dengan kasar.
"...Kh.." Shuuya tak bisa membalas ucapan Mamoru. Hanya memalingkan wajahnya dari sang kapten yag memang ia cintai sejak dulu.
Mamoru yang dalam keadaan labil langsung berlari meninggalkan Shuuya dan yang lainnya. Terus berlari menyusuri koridor rumah sakit. Sampai akhirnya berhenti di pojokan lorong yang gelap..
"Ini salahku.." Mamoru kembali meneteskan air matanya. Dirinya benar-benar merasa bersalah atas keadaan Ichirouta. Ia telah membuat sahabatnya terluka. Mengorbankan sahabatnya demi kebahagiaan cintanya...
"Ya, ini salahmu."
"?" Mamoru terkejut, mendapati sosok berjubah hitam berdiri tepat disampingnya.
"Kau membuat sahabatmu sendiri jadi korban atas perasaanmu... Kau tak bisa dimaafkan..."
"Tak ada carakah... Supaya Ichirouta mau memaafkanku...?" Tanya Mamoru tanpa ekspresi.
"Ada..."
"Akhirilah nyawamu sendiri... Tebuslah pengorbanan temanmu itu dengan memberikan nyawamu padaku..." Orang itu memberikan sebuah pisau berukiran iblis pada Mamoru.
"Selamat tinggal, semuanya..." Tanpa ragu-ragu Mamoru mengarahkan pisau itu tepat di jantungnya, kemudian menghunuskannya...
The End or To be Continued?
Ooh! Ini fic angst!
Gyaa! Author gak maksud bashing siapapun! Masalahnya, genre fic ini angst, jadi... Mau gak mau harus ada yang meninggal atau kecelakaan kan? (Author bacoked)
Sebenernya mau dibuat one-shot, tapi kayaknya ada sedikit perkembangan cerita, jadi... enaknya diterusin atau dibiarkan putus disinikah...?
Tolong polling untuk mau dilanjutkan atau tidaknya cerita ini dan kasih review buat bahan evaluasi... ^^
Kalau dilanjutkan, mungkin nggak akan panjang-panjang amat kok ceritanya... ^^
~with Kuriboh's egg piece~
Dika the Reborned Kuriboh
