TAIL SIDE #1 – DON'T LEAVE ME

Disclaimer: Shingeki no Kyojin is not mine. It all belongs to Isayama-Sensei.

.

.

.

[Pulau Paradise, Tahun 851]

Setelah keberhasilan menutup lubang besar didinding Maria dan menguak kebenaran yang ada didunia tersebut, Scout Legion terus membersihkan dinding Maria dari Titan yang berada didalamnya. Perekrutan squad baru juga terus dilakukan. Kali ini banyak yang ingin bergabung dalam Scout Legion setelah pencapaian yang telah mereka lakukan untuk umat manusia.

Hanji Zoe yang terpilih untuk menggantikan komandan Scout Legion sebelumnya Erwin Smith, mulai mempersiapkan ekspedisi keluar dinding untuk pertama kalinya pasca kemenangan atas perebutan kembali dinding Maria. Ekspedisi ini ditandai sebagai ekspedisi pertama karena memiliki tujuan berbeda yang sudah dikembangkan dari sebelumnya. Yaitu untuk meneliti Titan dan mempelajari segala hal tentang pulau dimana mereka tinggal, Pulau Paradise.

Ekspedisi ini mencapai titik jelajah terjauh yang pernah mereka tempuh dari sebelumnya. Mereka adalah rombongan pertama dalam sejarah penghuni dalam dinding yang bisa mencapai dipantai pulau tersebut. Tempat dimana sejarah mengisahkan Kaum Eldian diubah menjadi Titan oleh bangsa Marley. Semua mata mereka terpaku pada pemandangan indah yang mereka temukan ditempat itu, lautan yang sangat luas.

Berbagai macam ekspresi-pun terpancar diwajah mereka. Ada yang sangat bahagia karena impian mereka tercapai, ada yang hanya menatap birunya laut itu dengan tatapan yang kosong, ada yang murni terkagum-kagum dengan keindahannya, ada yang terlalu bahagia untuk mencari tahu sesuatu dibaliknya, bahkan ada yang sangat kelaparan membayangkan ada ikan yang sangat besar dalam hamparan laut luas tersebut.

Setelah mereka puas dengan panorama yang tersaji dihadapan mata mereka. Sang Komandan Hanji Zoe, memerintahkan berkumpul untuk pembagian tim dan pengarahan. Pekerjaan utama dibagi menjadi dua tim, Tim Pertama dipimpin oleh Jean bertugas untuk memetakan keadaan geografis sekitar wilayah tersebut untuk penelitian membuat peta pulau, beberapa anggota senior Scout Legion seperti Eren, Mikasa, Connie dan Sasha serta beberapa anggota baru ditunjuk Hanji untuk ikut serta didalamnya.

Tim Kedua dipimpin langsung oleh Hanji dan wakilnya Armin akan bertugas mempelajari Ekosistem yang ada disana, sedangkan beberapa anggota baru yang tidak mendapat salah satu dari dua tugas utama itu diperintahkan siaga sebagai back-up, mengawasi parimeter, mempersiapkan tenda dan makan malam. Mereka akan bermalam setidaknya hingga memiliki data yang cukup untuk dibawa pulang kedalam dinding, koordinasi lapangan ini ditangani langsung oleh Sang Veteran Kapten Levi Ackerman.

Saat para kadet mendirikan tenda tentunya memisahkan antara perkemahan pria dan wanita, Levi turut mendirikan tenda ditempat yang berbeda. Agak jauh dari tenda para anggota, lebih tepatnya jauh diatas dinding pembatas pelabuhan. Hal ini diperuntukkan pada Komandan Scout Legion, Hanji Zoe dan bertujuan untuk mempermudah pengawasan terhadap anggotanya yang berada dihamparan pasir tepat dibawah tendanya.

Matahari sudah hendak kembali ke tempat tidurnya diujung horizon saat mereka semua sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Perjalanan menuju kesana saja sudah memakan waktu lebih dari 8 jam dengan sedikit gangguan dari beberapa Titan, disaat ini barulah terasa formasi pengintai yang diwariskan Erwin sangat berguna. Saat Levi sedang asyik berbenah untuk tenda yang dipasangnya, seorang anggota baru menghampirinya dengan penghormatan.

"Kapten, semua tenda telah berdiri. Apakah anda memerlukan bantuan untuk mendirikan tenda anda setelah selesai dengan tenda Komandan ini?" tanyanya dengan lugas dan bersemangat.

"Tenda? Aku tidak memerlukannya. Aku akan berjaga dan memprioritaskan keamanan Komandan disini…" Levi menunjuk tempat dimana dia sedang berada, tepat disamping tenda Hanji. "Jika kau ingin membantu bawakan aku kursi dan beberapa kayu bakar keatas sini, itu sudah cukup" lanjutnya tanpa ekspresi seperti biasa.

"Siap Kapten!"

Setelah selesai dengan semua hal yang sedang disiapkannya itu, Levi segera menuruni dinding pembatas untuk berpatroli. Dari kejauhan dia dapat melihat Hanji yang nampak lebih bahagia dibanding melihat Titan, Hanji yang menenggelamkan kedua kakinya kedalam air dipantai lalu merogoh apa yang ada dibaliknya sedikit membuat Levi lega, setidaknya ini tidak seberbahaya saat dia tertawa riang didepan Titan yang ditangkapnya.

Levi memandang langit diatas hamparan lautan yang semakin memerah karena senja, dia bahagia bisa berada disini, hanya saja sulit untuk mengekspresikannya. Sembari mengingat kenangan tentang teman-temannya yang gugur dia bergumam, "Kuharap kalian semua bisa menikmati indahnya laut seperti sekarang…" kemudian dia berjalan mendekati Hanji.

Hanji mengambil beberapa kerang dan apapun yang nampak asing dimatanya, terus berjalan di air laut bergelombang tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Hanji, hentikan. Kita masih belum tahu apakan itu beracun atau tidak…"

Levi terus mengkhawatirkan kecerobohan Hanji, dia tahu jika Hanji sudah terlalu antusias dengan hal baru dia tidak dapat dihentikan dan tak akan menyadari betapa cerobohnya dirinya. Levi selalu berpikir mengapa orang ini (Hanji) selalu merepotkan dirinya, dia sudah terlalu tua untuk tingkah konyol kekanakannya itu. Belum sempat Hanji menoleh ke arah Levi, ombak yang lumayan besar menghempas lalu menyeret tubuh Hanji semakin jauh menuju kedalaman laut.

"Hanji!" Levi berteriak… Dia tahu Hanji tidak mahir dalam berenang. Semua mata anggota Scout Legion yang mendengar langsung mencari sumber suara tersebut, tak ada satupun yang menyadari Komandan mereka terseret arus kecuali Levi. Levi segera melepas jubah dan perlengkapan yang dirasanya berat lalu tanpa pikir panjang segera berenang menuju Hanji yang sudah terbawa arus dan melambaikan tangan menandakan meminta tolong.

Setelah perjuangan yang lumayan berat melawan arus kuat ombak, Levi akhirnya mampu menarik Hanji kembali menuju daratan berpasir itu dan memapah Hanji yang nampak setengah sadar. Hanji merasa pandangannya sangat kabur, pendengarannya juga jadi agak buruk, mungkin karena air asin yang masuk dalam tubuhnya saat dia terseret arus tadi. Beberapa anggota nampak mengerumuni pasangan Veteran dalam Scout Legion ini dan menawarkan bantuan.

"Oi kalian para bocah… Dia tidak apa-apa, hanya terlalu banyak minum air asin disana, aku bisa mengurusnya. Lakukan pekerjaan kalian, jangan sampai ada hal buruk yang terjadi karena kelalaian kalian." tegur Levi sedikit agak keras terbawa emosi dan membuat semua yang mengerumuninya bubar kembali pada aktifitasnya.

Levi lalu membawa Hanji yang basah kuyup ke tenda yang telah dia buat sebelumnya, membaringkannya diatas karpet jerami tebal dengan alas yang sangat bersih lalu menyelimutinya. Hari yang semakin gelap membawa udara dingin untuk menyerang setiap tulang manusia.

"Hey, mata empat keparat. Cepat kumpulkan kesadaranmu… Gantilah bajumu sebelum kau masuk angin dan sakit." Sapa Levi menarik pandangan Hanji padanya.

"Ah~ Le-va-iii… Sepertinya badanku mati rasa, aku bahkan tidak bisa membuka kancing bajuku, bagai mana mungkin aku bisa melepas tali perlengkapan manuver 3D di tubuhku ini?" jawab Hanji memaksakan senyumnya lalu terbatuk karena tenggorokannya masih gatal oleh asinnya air laut yang diminumnya.

"Tch, kau selalu merepotkan…"

Walau berkata seperti itu Levi tetap berjalan menuju tas perlengkapan Hanji untuk mengambil baju ganti. Dari semua orang yang berada dalam pasukannya saat ini, hanya Levi yang tahu dengan pasti gender Hanji. Namun dia sudah terbiasa karena kemalasan makhluk satu itu.

.

.

.

Hal ini terjadi saat Levi memaksa Hanji untuk mandi sesaat rapat strategi di markas Scout Legion berakhir. Levi yang dikenal sebagai maniak kebersihan tak tahan dengan Hanji yang sudah tidak mandi selama berhari-hari untuk meneliti Titan. Hanji tetap bersikeras tidak mau mandi dan melanjutkan penelitiannya, ini berhasil membuat kesabaran Levi habis dan akhirnya dia membuat Hanji tak sadarkan diri lalu memandikannya.

Pada awalnya Levi menganggap Hanji itu adalah seorang lelaki sampai saat dimana dia melepaskan pakaian Hanji. Dia merasa aneh lalu menelan liurnya tanpa berkata-kata, mengapa ada sedikit tonjolan didada Hanji, padahal saat dia berseragam dadanya cukup bidang pikirnya.

Levi memberanikan diri untuk membuka celana Hanji. Betapa terkejutnya Levi saat mengetahui bahwa meriam dan dua peluru yang biasa bersiaga diselangkangan lelaki tidak dapat dia temukan pada Hanji. Disinilah dia menemukan fakta tentang gender Hanji, Hanji adalah wanita. Levi lalu melanjutkan aktifitasnya untuk memandikan Hanji, sambil berkeringat dingin untuk menahan liarnya hasrat lelaki saat mengetahui fakta itu.

.

.

.

Levi dengan sigap mengganti pakaian Hanji yang basah dengan pakaian baru yang hangat. Keduanya tak berbicara, keheningan yang lebih menusuk dibanding dinginnya hari yang mulai menggelap. Tanpa penerangan Levi semngganti pakaian Hanji dari atas hingga bawah, sebelumnya Levi selalu mengeluhkan kalau dia risih dengan Hanji yang tidak pernah mengenakan pakaian dalam apapun bentuknya, lebih tepatnya dia tidak punya. Namun kali ini apa yang dipikirkannya sedikit berbeda.

"Hanji, biasakanlah dirimu bersih. Aku tidak bisa selalu menggantikan pakaianmu setiap saat. Bagaimana jika ada anggota Scout Legion yang melihat ini? Pasti akan terjadi keributan diluar sana."

Yang ditanya hanya memasrahkan tubuhnya untuk dipasangi pakaian oleh sang penanya, tatapannya kosong, seakan jiwanya sudah lama tenggelam saat tubuhnya menggigil kedinginan, bibirnya kaku dan lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan itu.

"Biarlah, aku tidak peduli akan hal itu…"

"Tch, tetap saja itu sangat merepotkan untukku." Jawab Levi menyudahi proses penggantian pakaian sang Komandan.

Dia lalu berdiri menyisihkan baju kotor lalu menyalakan sebuah lilin untuk menerangi dan menghangatkan Hanji yang berada didalam tenda.

"Kau, tetaplah disitu, hangatkan dirimu dan istirahatlah. Aku akan mengatur anak-anak diluar, apalagi jika mereka tahu induknya sedang sakit mereka akan lalai dalam tugasnya. Aku akan kembali."

Hanji merasakan sesuatu yang aneh, dia tidak ingin Levi pergi. Walau hanya sebentar temanilah aku pikirnya, namun secuil katapun tidak keluar dari mulutnya. Tangan kanan yang masih gemetar terangkat seakan ingin meraih bagian tubuh Levi yang telah berbalik meninggalkan tendanya.

Kenapa? Kenapa aku merasa takut? Takut ini sangat berbeda dari saat pertama kali aku keluar dinding untuk ekspedisi. Ditengah kacaunya pikiran dan perasaan Hanji, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seakan ingin menampung rintik hujan yang jatuh dari pelupuk matanya.

Levi menuruni tembok pembatas pelabuhan dan menuju titik tengah perkemahan, api unggun. Tempat dimana sebagian pasukannya berkumpul menghangatkan diri, saat seseorang melihat Levi menuju kearah mereka, semua langsung berdiri dan memberi penghormatan pada Levi.

Armin yang melihat ketidakhadiran Komandan mereka langsung melempar pertanyaan kepada sang Kapten.

"Kapten, bagaimana keadaan Komandan, kudengar dia sempat terbawa arus saat dipantai tadi." Kebetulan saat kejadian itu Armin sedang bertugas meneliti flora yang tumbuh disekitar pantai dan tidak menyaksikannya.

"Dia baik-baik saja. Hanya saja aku tidak mengizinkannya untuk terjun kelapangan untuk sementara waktu. Jadi untuk Tim Peneliti Ekosistem semua tanggung jawab akan kuserahkan padamu Armin.

"Ba-baik kapten."

Setelah pernyataan itu, Levi melihat Tim Pemetaan kembali. Tanpa membuang waktu Levi memberikan pengarahan singkat untuk misi esok hari dan rotasi penjagaan malam ini. Setelah selesai para pasukan dipersilahkan untuk menyantap makan malam mereka, namun beberapa harus tetap mengawasi parimeter yang mereka buat. Levi mengambil sepiring makanan dan dua cangkir teh panas yang baru saja dibuatnya lalu kembali menuju tenda.

Sesampainya di tenda, Levi mendapati Hanji terduduk di atas pembaringannya masih terbalut selimut, hanya saja kali ini matanya nampak lebam, merah dan sedikit berair.

"Hey, sudah merasa baikan?" Sapanya sesaat memasuki tenda.

"Um-ah… Iya…" jawab Hanji mengusap kedua kelopak matanya.

"Kenapa matamu?" sembari menyuguhkan sepiring makanan dan teh yang baru dibuatnya.

"Ah, ini… Sepertinya pengaruh air asin tadi sore… Levi? Ini teh manis?

"Hm… Kenapa? Kau tidak suka?

"Aah, tidak, aku suka sekali gula. Apalagi setelah beraktifitas yang melelahkan. Kupikir kau akan memberikan teh tawar nan pahit andalanmu itu…"

"Darimana kau tahu aku suka teh manis?" terjadilah keheningan sesaat karena pertanyaan Hanji tersebut, Levi melempar pandangannya ke cangkir tehnya sendiri.

"Aku hanya membuatkanmu teh yang standar di lidah manusia pada umumnya, aku bahkan tidak tahu kalau kau suka dengan teh manis."

"Ah, begitu ya… Berarti lidahmu itu termasuk abnormal untuk ukuran manusia ahahaha…"

Saat tawa absurd Hanji mulai kehilangan gema, kembali terjadi keheningan… Entah mengapa atmosfir diantara mereka menjadi berat. Hanji menundukkan kepalanya.

"Na, Levi… Apa yang terjadi saat aku sudah tidak ada di Scout Legion lagi?"

Brrrrrrffffffttt… Levi menyemburkan teh yang diminumnya saat kalimat itu keluar dari mulut Hanji.

"Ka-kau… Apa yang baru saja kau katakan? Asal kau tahu, aku tidak berminat mewarisi posisimu saat ini sebagai Komandan Scout Legion. Lagi pula apa-apaan itu? Kau ingin segera mati, hah?"

"Aku tak menyangka kematian itu sangat dekat, bahkan bisa dengan cara apapun…" masih menundukkan kepalanya, Hanji berucap sangat pelan dan samar-samar untuk terdengar ditelinga Levi.

"Hah? Yang keras bodoh…"

"A-aaah~ Maaf, maksudku itu, seperti, hmmm ah iya… Seperti dirimu yang ingin membuka kedai teh disuatu tempat saat semua ini berakhir. Ya ya, seperti itu, mungkin suatu saat kita akan pensiun dari kesatuan ini, kau lihat Veteran yang tersisa hanya kita saja bukan?" Jawab Hanji terlihat panik, mencari penggati gumaman pesimisnya barusan.

Levi mendengus, "Oh, kukira tentang apa… Lakukan saja apa yang mau kau lakukan kacamata sialan…"

"Seperti?"

"Tch, putarlah otakmu itu. Sesekali buang semua Titan yang ada dikepalamu dan pikirkanlah masa depanmu."

"Hmm… Begitu ya…"

Hanji hanya kembali tertunduk dengan lesu, mengapa jawaban itu tidak seperti yang dia harapkan, tidak bisa menenangkan hatinya yang sedang kacau ini. Ini semua bermula karena dia hampir di ambang kematian saat hampir tenggelam tadi, dia hampir menyeberang kedunia yang berbeda, hampir menyusul rekan seperjuangannya yang telah gugur mendahuluinya.

Saat kesadarannya kembali karena Levi menariknya dari arus ombak yang kuat itu… Semua gambaran tentang teman-temannya itu satu-persatu menghilang. Erwin, Moblit, Petra dan yang lainnya hingga hanya menyisakan dirinya dan Levi, namun sesaat kesadarannya kembali, Levi dalam lamunannya itu juga memudar dan meninggalkannya seorang diri. Entah mengapa dia sangat takut akan kesendirian, entah mengapa dia tidak sanggup membayangkan sisa hidupnya dalam kesepian.

Kembali terhanyut dalam lamunannya, tak disadari Levi sudah berada disampingnya dan mengguncang-guncang tubuhnya.

"Hoi… Hoi… Hanji! Sadarlah… Ada apa?"

"A-ah… Tidak apa-apa…" meski dia berkata seperti itu, wajahnya tambah memucat.

"Hey, makanlah ini. Lalu setelahnya pejamkan matamu, cobalah untuk tidur…" Levi bangkit dari posisinya dan berjalan menuju keluar, sebelum keluar dia kembali berkata, "Kau tidak perlu berjaga malam ini, para bocah itu saja sudah cukup. Aku akan mengawasi diluar tendamu. Jika kau perlu sesuatu, aku ada diluar, cukup panggil saja aku jika kau memerlukan sesuatu."

Hanji yang mendengar itu mengangguk dan membuat Levi keluar dari tendanya. Mengabaikan makanan yang ada didekatnya, dia kembali berbaring dan menutupi dirinya dengan selimut lalu bergumam pelan, "Jangan tinggalkan aku… Levi…"

Titik puncak kelelahan tubuh yang menguasai Hanji membawanya segera berlayar dalam alam bawah sadarnya, terhanyut dalam tidur, bersiap untuk menyongsong hari esok dan menerima sebuah kenyataan baru yang akan diberikan tuhan kepadanya, sebuah keajaiban yang akan mengubah segalanya pada hari itu…

TAIL SIDE #1 END

-To be Continued-

.

.

.

Author Notes:

Yo, whassap para reader sekalian.

Setelah sempat vakum selama sebulan, saya mulai mengetik kembali namun dari Fandom yang berbeda, yaaaa… Fandom Attack on Titan! Banzaaaai!

Para reader FF Gintama saya sebelumnya, saya minta maaf karena meng-hiatus-kan beberapa story. Hal ini bukan karena saya malas, hanya saja saya tidak bisa membuat dan berkreasi dengan ship saya karena keadaan Manga gintama lagi kacau, Cyborg Sorachi menghancurkan ship yang ada disana!

So, ini adalah pelarian saya untuk tetap menulis sampai Gintama kembali kondusif.

Tenang, walau pelarian, saya mengusahakan agar tidak mengecewakan dan setengah-setengah. Oleh karenanya, saya meminta teman-teman reader untuk tetap memberikan review, atau bahkan pm saya untuk memberi kritik atau saran. Kepuasan anda dalam membaca tetap jadi prioritas saya.

Untuk Story ini, bertema Time-Swap. Hanya saja chapter ini berperan sebagai prolog. Kedepan setting bakal jadi AU dan AR. So persiapkan diri kalian untuk membaca lanjutannya yah. Hahahaha.

Mungkin sekian dari saya, terimakasih sudah membaca FF abal-abal saya. Semoga anda dapat terhibur.

Arigato-Gozaimasu

~Justaway-Madao