A PRESENT FROM JIMIN
Warning! PWP.
Yoongi tengah melihat-lihat buku di deretan membosankan perpustakaan, tidak ada yang melakukan hal sama sepertinya di tempat ini, kebanyakan dari mereka hanya lewat untuk melirik sebentar tanpa benar-benar memilih. Tapi berbeda dengannya, ia memang sangat menyukai buku tentang sejarah Korea atau mitos-mitos lama, tidak benar-benar peduli apa itu hanya dongeng atau memang cerita nyata. Ia senang membaca tentang hal seperti itu, itu sebabnya beberapa pengunjung perpustakaan menyebut deretan itu adalah deretan–Min–Yoongi, hanya Yoongi seorang yang berminat pada tempat itu.
Seorang laki-laki dengan tubuh sedikit lebih tinggi datang di sebelah Yoongi, bermain peran seolah tertarik pada buku-buku membosankan dengan warna kusam dan bau khas buku lama yang nyaris hancur. Itu Park Jimin, dengan rambut hitamnya yang tampan dan senyuman menawan saat Yoongi menoleh ke arahnya. Ia selalu datang untuk menghampiri Yoongi, kekasihnya yang nyaris tidak pernah bersikap baik meski mereka sepasang kekasih.
"Apa maumu?" Yoongi berkomentar pada Jimin, memberi tatapan tajam dengan bibir bahkan tak melengkung sedikit pun untuk mengindahkan senyuman yang Jimin berikan.
Jimin tentu terkekeh kecil, senang melihat kekasihnya yang galak dan penuh tatapan sungkan yang lucu. Ia mendekat satu langkah pada Yoongi lalu memberi senyuman sederhana, "aku dengar kau berulang tahun, Yoongi-ya."
Yang ada di hadapan Jimin memutar bola matanya malas, mendengus jengkel karena Jimin. "Kau jelas tidak mendengarnya," ujarnya tenang sambil memilih kembali buku yang belum ia baca. "Kau tahu itu dengan jelas, Park Jimin. Mana hadiahku?"
Tidak seharusnya Yoongi menanyakan hadiah karena setelah ia tentang hal itu sosok Jimin menyeringai lebar dengan mata berbinar senang. Jimin sudah menyiapkan hadiah, membawanya di dalam tas yang ia sampirkan di bahu dan berniat untuk memberikan pada Yoongi sesegera mungkin. "Aku membawanya sekarang," ia tersenyum senang hingga matanya lenyap. "Bisa aku berikan padamu sekarang?"
"Eoh?" Yoongi tentu terkejut mendengar Jimin sudah menyiapkan hadiah, pun bertanya untuk memberikannya sekarang. Memang apa hadiah yang sudah Jimin persiapkan sejauh ini? Dia terlihat begitu bersemangat untuk memberikan hadiahnya. "Serius sudah bisa aku terima?"
Jimin mengangguk dengan tetap mempertahankan senyumnya, ia kemudian melangkah lebih dekat pada Yoongi hingga tangannya mampu untuk mengungkung tubuh itu di antara rak buku dan dirinya. Yoongi memekik tertahan dengan mata melebar, menatap bingung Jimin meminta penjelasan, tapi Jimin hanya menyeringai dengan tatapan berbahaya.
Dalam hati Yoongi panik, ia ingin berontak dan mendorong Jimin sambil meneriakinya karena ini tempat umum. Sayangnya ini tempat umum yang jika kau ribut kau justru menjadi pusat perhatian, maka Yoongi dengan tenaga seadanya memukuli dada bidang Jimin. Tentu bukan suatu masalah besar bagi Jimin mendapat penolakan macam itu dari Yoongi, lagi pula tubuhnya tidak bergerak sedikit pun tiap mendapat penolakan dari Yoongi.
"Ini hadiahku," Jimin mengeluarkan dua bungkusan dari dalam tasnya dan menemukan dua buah mainan yang membuat Yoongi terbelalak lebar. Itu vibrator dalam sebuah dildo dan cockring! Yoongi tahu apa yang akan terjadi berikutnya, jadi ia mendesis penuh peringatan sebelum akhirnya Jimin melumat habis bibir tipis kekasihnya hingga suara erangan tipis lolos dari bibir yang di kungkungan.
"Jangan berisik, hyung," Jimin terkekeh kecil melihat Yoongi yang berantakan setelah mendapat ciuman panas darinya tadi. Mata sipit itu terlihat sayu dengan bibir terbuka untuk mengambil oksigen sebanyak mungkin karena hidungnya tidak bisa bekerja terlalu berat mengisi paru-parunya. Indah sekali, hingga rasanya Jimin ingin melakukan ciuman itu lagi untuk membuat Yoongi makin berantakan. "Kalau kau berisik bisa-bisa orang berlarian ke sini, hyung."
"Brengsek," Yoongi mendesis tajam sambil menatap Jimin. Sialnya Jimin tiba-tiba saja sudah berjongkok di hadapannya dan bersiap membuka celana. Tidak, ini tidak boleh di biarkan. Di sisi sini memang termasuk blind spot dari CCTV, ia tahu dan ia yakin Jimin juga tahu. Tapi ini bukan tempat yang tidak mungkin didatangi oleh mahasiswa lain kan?
Jimin di bawah sana mendongak, menepis tangan Yoongi yang mencoba melindungi dirinya dan memberi tatapan penuh peringatan hingga yang masih bersandar pada rak buku itu mengalah. Senyuman menang terpasang paik di bibir Jimin beberapa saat hingga ia kemudian membuka celana Yoongi.
Yoongi tahu apa yang akan Jimin lakukan, jadi ia mengigit bibirnya sebelum ia membiarkan desahan lolos dari mulutnya karena Jimin kini membawa keluar miliknya dan memasukkannya ke dalam mulut. Sial. Rasanya luar biasa dan Yoongi ingin mendesis sekedar menjelaskan bahwa ia selalu senang saat Jimin membasahi miliknya dengan saliva dan membuatnya terasa hangat dalam mulut.
Jimin menyeringai senang saat matanya melirik ke atas dan menemukan Yoongi dalam keadaan frustasi. Ia menghisap lebih kuat milik Yoongi hingga suara erangan tertahan bisa terdengar. Ia senang melihat kekasihnya yang tersiksa dan frustasi seperti itu. Lidahnya bergerak aktif untuk melilit penis Yoongi dan membuat tangan kurus itu meremas sisi rak.
Setelah merasakan milik Yoongi mulai berkedut dan mengeluarkan sedikit spermanya, Jimin menarik satu sudut bibirnya dengan seringaian dan menarik ke luar cockring di dalam tasnya untuk di pasangkan ke pangkal penis Yoongi.
"Sialan!" Yoongi mendesis tajam setelah ia merasa siap keluar tapi justru di halangi jalannya. Jimin pun sudah mengeluarkan milik Yoongi dari dalam mulutnya. Mata itu menatap sayu sosok Jimin dengan air mata tipis berada di pelupuk matanya, terlihat frustasi karena tidak bisa mencapai kenikmatannya setelah mendapat rangsangan.
Jimin terkekeh kecil sambil berdiri, ia kemudian mengeluarkan dildo dengan vibrator untuk di masukkan ke dalam hole Yoongi dengan paksa. Yoongi memekik tertahan dan mengigit bahu Jimin kuat untuk menahan teriakan karena rasa sakit. Belum lagi Jimin langsung menekan tombol untuk menyalakan getaran dan membuatnya dalam posisi getaran tertinggi. Yoongi rasanya ingin jatuh dan berguling-guling karena getaran yang ada di lubangnya benar-benar menyiksa. Itu enak dan ia ingin segera keluar. Cockring sialan!
Jimin kembali terkekeh sambil memakaikan celana Yoongi, membuatnya kembali rapi seperti sebelumnya dan menurunkan bajunya yang tadi ia singkap. "Ini hadiah pertamamu. Ayo masuk ke kelas, hyung," Jimin tersenyum sambil menggenggam lengan Yoongi, mengabaikan suara rintihan atau keluhan dari yang di pelukannya. Ia justru menarik tangannya dan membawa Yoongi pergi ke luar. Karena Yoongi masih tertatih dengan langkahnya, Jimin pun merangkul tubuh itu dan membantunya berjalan. Sayangnya Jimin selalu dengan nakal meremas pinggang itu hingga membuat Yoongi mendesis keras, remasan di pinggang jelas sesuatu yang mampu menggodanya.
.
Jimin sialan. Bagaimana bisa ia dengan tega membiarkan Yoongi berada di dalam kelas seorang guru galak dalam kondisi seperti ini? Keringatnya menetes dari pelipisnya dengan tangan meremas kuat alat tulis. Jimin yang brengsek duduk di sebelahnya memainkan kecepatan dengan sesekali membuat getarannya naik–turun tidak beraturan. Hadiah apanya, ini siksaan!
Badan Jimin sedikit dicondongkan pada kekasihnya melihat Yoongi yang bergerak gelisah, ia berbisik pelan. "Jangan terlalu banyak bergerak, hyung. Dildonya bisa makin masuk," ia mengecup cepat telinga Yoongi yang memerah lalu kembali fokus pada buku dan pelajaran.
Kelas berakhir setelah satu setengah jam, membuat Yoongi nyaris mati tersiksa karena tubuhnya mendapat getaran nikmat namun tidak bisa mencapai apa yang ia cari sejak tadi. Jimin sialan, kelas sialan, mainan seks sialan, hadiah sialan. Apapun yang ada pada hari ini benar-benar sialan!
Jimin yang sudah selesai dengan barangnya kemudian menatakan barang Yoongi saat menyadari kekasihnya masih sibuk dengan dunia menggerutunya. Ia terkekeh kecil melihat rambut belakang Yoongi yang agak lepek dan membuatnya merasa begitu bahagia. Ia menepuk bahu Yoongi dan sengaja berbicara di dekat telinganya setelah menata barang milik kekasihnya itu, "ayo pulang dan aku beri kau hadiah kedua, hyung."
Siapa sangka Yoongi langsung berdiri cepat dan menarik tasnya untuk ia gendong. Ia melirik pada Jimin kemudian membuat isyarat pada kekasihnya untuk langsung ke luar dari tempatnya dan membawanya pulang. Entah pulang ke apartemen Jimin atau ke apartemennya, siapa peduli, yang terpenting hadiah kedua harus menguntungkannya atau Yoongi akan berlari ke dapur dan mengambil pisau untuk menusuk jantung seorang Park Jimin.
TBC.
Saya pikir tidak bisa menyelesaikannya sebelum ulang tahun Yoongi berakhir, jadi saya buat ini TBC dan saya lanjutkan nanti. Tapi kalau memang tidak ada peminta, oke, saya tidak perlu melanjutkan karena menulis ini pun harus melewati banyak siksaan (giggles).
Saya yakin ini aneh dan sedikit berantakan, saya tiba-tiba kehilangan kemampuan saya dan jadi bingung merangkai kata-kata. Kenapa ya? Entahlah, sepertinya dalam masa kehilangan selera. Semoga masa ini cepat lewat jadi saya bisa membuat sesuatu lebih banyak dari ini.
Yeah—btw di akun ini saya memang hanya post fiksi rated M, jadi maafkan! Hehehe.
