Disclaimer:
Naruto©Masashi Kishimoto
Highschool Dxd©Ichi Ishibumi
Rated : T
Genre : aku nggak terlalu paham genre itu apaan
Pair : -
Summary : aku selalu menangis tanpa tahu sebab aku menangis/ dia hanya iblis yang tidak tahu ada apa dengan dirinya sendiri / aku akan segera menemuimu ... shion
Ini hanya prolog dari cerita yang ingin saya buat
Dan juga merupakan cerita pertama yang berhasil saya buat
Karna semua cerita yang pernah saya buat
Tidaklah pernah selesai
Saya bersyukur dari sekian banyak ide yang ada di otak
Hanya cerita ini yang terselesaikan
Oke, untuk semua kesalahan saya mohon maaf ...
HAPPY READING ...!
.
.
.
Start story ...
Akeno pov
Tes.
Tes.
Tes.
Eh? Ada apa denganku? Kenapa aku menangis lagi?
Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku selama ini hingga selalu menangis ketika sendirian seperti ini, ketika aku sendiri di kuil saat hendak tidur. Ini sangat nyaman tapi juga sesak di saat bersamaan. Aku merasa sangat ingin bertemu seseorang, tapi siapa? Aku tidak perah tahu dengan siapa aku ingin bertemu. Perasaan apa ini yang membuatku selalu berdebar seolah aku akan menemui seseorang yang sangat aku rindukan.
.
.
.
Waktu menunjukan telah pagi dan seperti di hari sebelumnya, pagi akan tetap biasa saja yaitu matahari kembali terlihat dan semua yang hidup akan kembali ke aktivitas mereka seperti kemarin. Aku tidak tahu apa yang di pikirkan oleh orang-orang bahwa pagi adalah seesuatu yang indah, walau terkadang aku senang ketika pagi kembali tiba tapi hanya sebatas itu. Pagi dan hari senin, berarti aku harus kembali berangkat sekolah seperti biasa, bertemu teman-temanku di kelas, membolos di ruang klub, dan hal menyenangkan yang sering ku jadikan pelarian dari kosong yang selama ini ku rasakan.
Aku telah selesai dengan seragam yang baru ku kenakan dan siap untuk berangkat. Aku mengambil tas dan segera membuat portal sihir menuju apartmentku. Dari apartment aku berjalan menuju ke sekolah karna jarak yang tidak terlalu jauh. Di sepanjang perjalanan selalu saja ada mata yang menjijikkan memandangi tubuhku, dan itu membuatku risih. Aku selalu menutup semua rasa risihku dengan senyum yang ku buat-buat. Satu-dua siswa-siswi junior menyapaku karna aku termasuk siswi yang di hormati, tentunya selain karna aku sekarang ada di tahun terakhir sebagai siswi Kuoh Academy.
"Akeno-neesama!" teriak para siswi saat aku telah melewati gerbang academy, aku hanya tersenyum melihat kelakuan mereka yang begitu menaruh hormat padaku. Tapi, tak jarang anak tahun terakhir yang memandangku dengan tatapan iri, dendam, dan tidak suka. aku sudah biasa dengan semua itu. Aku memasuki kelas dan ikut pelajaran di kelas dengan tenang dan pergi ke ruang klub ketika istirahat pertama. Di sana aku sudah melihat buchou sedang melamun sambil melihat keluar jendela. Hah, pasti masalah pertunangan itu.
"buchou! Fu ... fu ... fu ..."
"ah! Akeno, kau membuatku kaget saja"
"ara ... ara ... apa yang sedang kau fikirkan?"
"kau sudah tahu Akeno!" perlahan, aku kembali mensekatinya dan sekarang aku sudah bersandar tembok di belakangnya
"Rias, apa kau akan terus bersedih seperti ini?" tanyaku pelan kepadanya
"a-aku ... aku tidak tahu"
"sebagai sahabatmu, aku hanya akan mendukungmu. Aku tidak terlalu mengenal keluarga Phenex seperti apa tapi, mereka adalah keluarga yang terpandang"
"kau mengenal Raiser Phenex, bukan?" Rias bertanya kepadaku
"ya"
"melihat Raiser saja seperti itu, dan aku di jodohkan kepada seorang Phenex yang bahkan orang tersebut aku tidak mengenal namanya!"
"dan apa keputusanmu?"
"tentu saja menentangnya!"
"bagaimana caranya?"
"onii-sama akan membuat rating game antara aku dengan Raiser Phenex, jika aku menang, perjodohan itu akan di batalkan"
"souka ... bukankah peeragemu belum terisi semua?"
"itu juga menjadi masalah saat ini, tapi meski begitu rating game tetap akan di jalankan"
.
.
.
Hari terus berlanjut buchou telah mendapat seseorang yang mengisi delapan pion dan satu bishopnya. Pion tersebut bernama Hyodou Issei dan bishop seorang mantan biarawati bernama Argento Asia. Kami menjalankan tugas klub seperti biasa, memburu iblis liar, menyebar kontrak iblis, menjalankan kontrak dan kegiatan yang sering klub lakukan. Hari terus berlanjut hingga hari kedatangan Raiser Phenex menemui buchou datang.
Sing ...
Sebuah portal sihir berukuran besar muncul berwarna kuning keemasan dengan aksen lambang klan Phenex dan di ikuti portal sihir berwarna putih silver dengan aksen lambang klan Gremory.
"sudah lama aku tidak menghirup udara dunia atas" ya, itu kakak ipar Rias dan Raiser Phenex beserta peeragenya.
"sruup ... ah, teh ini begitu lezat. Seperti buatan kaa-samaku" puji Raiser
"arigatou" ucapku saat aku di puji oleh Raiser Phenex
"bagaimana keputusanmu tentang perjodohan itu, Rias-hime?"
"tentu saja aku tidak setuju! Para tetua hanya mementingka ego saja!"
"tch, aku sudah lelah membujukmu Rias! Walau aku mengenalmu dari kecil, aku tidak akan diam. Aku sudah lelah menjadi perwakilan Naruto-niisama!" Naruto? aku seperti tidak asing dengan nama itu. tunggu, kenapa aku? Kenapa aku menangis?
Boost!
Boost!
Boost!
Brak! Issei yang dari tadi menahan emosi akhirnya melayangkan pukulan kepada Raiser Phenex.
"kau tuli, hah! Buchou menolaknya! Berarti dia menolak bodoh!" bentak Issei
"heh, iblis rendahan berani menyetuhku. Kau pikir kau siapa, hah!" bentak Raiser
"aku adalah Sekiryuutei yang terhormat, dan buchou adalah calon istriku"
"semua tenang! Aku tidak akan membiarkan rencana yang telah di susun oleh Lucifer-sama menjadi kacau hanya karna pertengkaran bodoh kalian. Lucifer-sama telah menduga bahwa Rias-sama akan menolak perjodohan ini, jadi beliau memutuskan membuat rating game khusus dimana Rias-sama akan melawan Raiser-sama, jika Rias-sama menang maka perjodohan akan di batalkan-"
"dan jika aku menang maka urusan ini selesai, begitu?" tanya Raiser
"hai Raiser-sama" jawab Grayfia
.
.
.
Sejak saat itu, buchou menghentikan semua kegiatan klub dan berkonsentrasi dengan melatih semua kemampuan kami sebagai persiapan rating game yang akan kami laksanakan sekitar dua minggu lagi. Tak terasa waktu latihan kami telah selesai dan rating game telah di mulai. Semua berjalan lancar di awal karna semua peerage Raiser telah di kalahkan kecuali Raiser dan queennya. Dan akhirnya satu persatu kami tumbang hingga saat-saat terakhir buchou menyerah ketika api yang sangat besar tercipta dari portal sihir milik Raiser saat hendak menyentuh Issei yang berada di dekapan buchou.
.
.
.
"Lord Phenex-sama, a-aku ... akulah yang akan menggantikan Rias-hime" teriakku yang membuat semua pasang mata melihatku terkejut. Kami saat ini sedang berada di kediaman Phenex, semua anggota peerage Rias berada di kediaman Phenex, kecuali Issei. Saat itu Rias tetap bersikeras menolak perjodohan itu dan Lord Phenex meminta untuk ada yang menggantikannya dengan orang yang setara.
"a-aku iblis setengah malaikat jauh, dan kurasa itu cukup untuk menjadi alasan kesetaraan karna setidaknya aku memiliki energi suci murni para malaikat jatuh yang tidak para iblis miliki"
"A-Akeno! Ke-kenapa kau melakukan ini?" Rias merasa tidak setuju dengan keputusan yang ku ambil
"baiklah, aku terima. Kau akan tinggal di sini, di kediaman ini hingga calon suamimu terbangun"
.
.
.
Ya, aku sekarang merasa sangat sepi ...
Air mataku juga sering keluar ...
Aku menangis tanpa tahu apa yang membuatku menangis ...
Aku sesak ...
Aku sedih ...
Aku bahagia ...
Aku senang ...
Tapi, kenapa aku selalu menangis seperti ini?
Perasaan resah, rindu, ingin bertemu, tapi kepada siapa?
.
.
.
Aku sekarang tingal di kediaman Phenex entah sampai kapan, aku di sini di perlakukan sangat baik bahkan terkadang Raiser mengajakku mengobrol. Semua penghuni kastil Phenex memperlakukanku seperti tamu yang terhormat. Tapi tentu ada yang tidak suka melihat keberadaanku, para tetua klan Phenex.
"namamu Akeno, bukan?" tanya Raiser
"ya, ada apa memangnya?"
"tidak, hanya saja aku seperti pernah melihat dirimu di kastil ini. hm ... ya, aku pernah melihatmu di salah satu kamar di dalam sebuah lukisan tapi ia memiliki surai pirang pucat."
"benarkah? Siapa namanya?"
"aku tidak tahu" sambil mengedikkan bahu
"bisakah aku melihatnya?"
"tidak bisa, hanya Lord Phenex-lah yang bisa ke sana dan aku tahu saat aku ikut tou-sama ke dalam sana"
"souka ..." aku seperti aneh dengan kediaman ini. Pertama, aku di perlakukan dengan baik kedua, aku seperti memang di sini adalah tempatku dan ketiga, ada lukisan yang mirip denganku. Aneh!
"apa kau senang tinggal di sini?"
"ya, di sini tidak terlalu buruk"
"semoga kau senang"
'ya, aku harus senang oleh keputusan yang telah ku ambil, sekalipun nantinya akan terasa berat ...'
'semua yang ku lakukan adalah keputusanku, walau aku tak tahu apa yang baik untukku ...'
'apapun akhirnya, aku pasti akan bahagia ...'
'dan suatu saat, ak pasti tahu apa tujuan aku menangis ...'
.
.
.
Sebuah mata secara perlahan terbuka dan menampilkan mata beriris kuning terang dengan pupil berbetuk tanda minus (-)
"aku akan segera menemuimu ... shion"
Mata itu kembali tertutup dan meninggalkan dirinya yang masih duduk bersila di tepat yang gelap.
~end~
Maaf jika semua kata-kata yang terkesan datar dan kaku, dan untuk kedepannya tentu membuthkan banyak kritik dan saran. Berlanjutnya suatu karya tidaklah karna tangan yang lincah menulis atau otak yang banyak ide, tapi karna orang-orang yang mendukunglah karya tersebut tercipta.
Tidak masalah kritik dan saran itu membangun atau tidak, yang penting ada itu sudah cukup bahwa karya tersebut di hargai walau dengan kata-kata yang tidak baik sekalipun, karna kata-kata tidak baiklah yang menunjukan bagaiman orang yang menilai ngungkapin bentuk dari penilaiannya ...
Naif ? ya, karna Naruto itu naif sekali dan ia sukses dengan semua kenaifannya ...
Idealis ? ya, karna pandangan yang terlalu sederhana yang mambuatnya tetap mencoba untuk tegar ...
Sok bijak ? semoga saya nggak gitu ...
Butuh review ? tentu saja ...
Atas segala kerendahan hati ini, saya undur diri ...
Di buat 18/06/2018
Selesai 19/06/2018, 10.04 a.m.
