I Love You, I'll Protect You Cewek Sialan

Levi x Tomboy Reader ( Atsuko Lent )

By : AnemoneARO

PROLOG

Mobil orang tuaku menjauh dan semakin menjauh. Mulai besok aku pindah ke SMA di kota yang cukup jauh dari kota asalku. Aku memandangi pewangi ruangan vanilla yang dibawakan Mamaku.

Mulai sekarang aku tinggal di apartemen sederhana dekat sekolah. Karena aku butuh uang untuk tinggal di sini, jadi aku butuh pekerjaan paruh waktu secepatnya. Aku berusaha membujuk Mama, pertama Mama tidak mengijinkan. Tetapi dengan keras kepala aku terus merengek, akhirnya diperbolehkan. Aku tidak suka bergantung dengan orang tua.

"Waktunya beres-beres," aku menaruh tangan di pinggang. "Tempat ini sangat kotor dan... bau."

# # #

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah, mencari kelas baruku. Aku senang sekali, sekolahku tidak ada seragam. Aku harus bersyukur karena tidak perlu memakai rok sialan. Aku lebih suka memakai celana, lebih bebas bergerak. Hari ini aku memakai jeans dan kemeja berompi, rambut panjangku ku kuncir kuda. Sejujurnya, aku tidak suka rambut panjang tapi Mama melarangku memiliki rambut pendek. Menyebalkan!

Aku menggeser pintu kelas (kelas 2-3), suara riuh terdengar sangat keras. Itu tidak menggangguku malah aku suka suara riuh. Membuatmu merasa kau tidak sendirian.

# # #

CHAPTER 1 (Pertemuan Pertama)

Perpustakaan

Tulisan itu tertera jelas di atas pintu suatu ruangan. Aku suka ke perpustakaan. Di sana tidak banyak orang, hanya penjaga perpustakaan, dan seorang pemuda bermata abu-abu. Pandangannya tajam, tanpa ekspresi.

"Syukurlah di sini sepi. Aku bisa membaca dengan tenang," aku menjelajahi rak penuh buku. Sebenarnya tujuan utamaku kesini bukan untuk membaca buku, melainkan mengisi formulir klub. Sialnya, aku bingung ingin ikut klub apa.

Setelah mengambil novel horror, aku duduk dekat jendela. Mengetuk-ngetuk pulpen ke pelipisku.

"Arrgggh, formulir sialan!" aku membanting pulpen hingga meluncur ke tengah meja.

"Bicaramu kasar juga untuk anak perempuan, cewek sialan," aku mendengar suara dari arah kiri. Pemuda bermata tajam itu fokus dengan bukunya, kemudian melirikku.

"Cewek sialan?! Kau pikir kau siapa? Manggil-manggil orang cewek sialan. Kenal aja enggak! Dasar cebol!" aku mengamuk sambil menunjuk pria itu yang sepertinya seangkatan denganku.

Aku pikir ekspresinya berubah, seperti dia berkata 'aku akan menghancurkanmu, mencincangmu, dan memberi makan anjing terlantar dengan potongan tubuhmu. Aku akan benar-benar melakukannya jika kau memanggilku cebol lagi'. Aku menelan ludah.

'Ups, aku sudah membuat masalah dengan orang yang salah'.

Aku berjalan meninggalkan pria sialan itu menuju penjaga perpustakaan. Awalnya aku berniat untuk membaca buku itu di sini. Gara- gara cowok cebol itu, mood-ku hilang.

"Sensei, aku pinjam buku ini." Aku melirik cowok cebol itu dengan tatapan penuh amarah. Dia juga melirikku dengan tatapan sinis. Arrgghh menyebalkan!

# # #

Aku berjalan menuju ruang guru. Aku berniat untuk menyerahkan formulir klub. Pada akhirnya aku mengisi karate. Yahh, untuk membela diri saat sesuatu terjadi.

Saat akan masuk ruang guru, aku hampir menabrak seseorang. Wajah yang tak asing, tanpa ekspresi walaupun sinar Matahari menyinari dari ufuk barat dengan hangatnya.

"Minggir cewek sialan," si cebol itu menggeser pintu duluan kemudian masuk.

'Dasar cebol! Aku di sini duluan! Kalau ketemu lagi, akan ku hancurkan kau! Hiihhh!'

Aku berjalan menuju meja wali kelasku.

"Ini sensei, maaf aku telat mengumpulkan," aku memaksakan senyum ke wali kelasku yang baru. Wali kelasku tersenyum.

"Atsuko Lent ya? Kau akan terlihat manis kalau kau merapikan cara berpakaianmu," wali kelasku yang bernama Yuki-sensei tersenyum lagi. Aku akui, beliau cantik dan baik. Dan aku beruntung tidak mendapat wali kelas yang berkumis dan killer, itu mengerikan.

"Saat aku melihat negeri unicorn di mana semua unicorn saling menendang bokong aku akan merapikan cara berpakaianku," kalimat itu keluar begitu saja. Spontan aku menutup mulut.

Si cebol yang berdiri di seberangku melirikku dan menyeringai. Sepertinya dia mendengar kata-kataku tadi. Dasar cebol sialan.

"Maaf sensei, kalimat itu keluar begitu saja. Maafkan saya sensei," aku membungkuk. Aku sudah membayangkan sensei akan menghukumku membersihkan toilet atau yang lain. Tetapi aku mendengar suara tawa.

"Atsuko, kau lucu sekali. Kau mengingatkanku pada seseorang," Yuki-sensei menyeka air mata di sudut matanya, Yuki-sensei masih tertawa. Aku tidak mengerti.

"Yuki-sensei tidak marah? Aku sudah berbicara tidak sopan."

"Tidak," Yuki-sensei akhirnya berhenti tertawa. "Aku yakin kau tahu bahwa negeri unicorn di mana para unicorn saling menendang bokong itu tidak nyata Atsuko-chan. Cobalah merubah penampilan, oke?"

"Akan aku coba, terima kasih sensei. Saya pamit."

Aku melirik tempat si cebol tadi berdiri. Tidak ada orang. Syukurlah dia sudah pulang. Aku keluar ruang guru dan melangkah pulang. Aku berbalik saat mendengar suara menyindirku.

"Perkataan yang bagus, cewek sialan."

Aku membalikkan badan. Rupanya si cebol sialan. Mau apa dia? Aku tidak suka gayanya. Dia menyender di tembok sebelah pintu ruang guru sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Maksudmu tentang negeri unicorn di mana para unicorn saling menendang bokong? Itu memang kalimat yang bagus. Dan aku punya nama, namaku bukan CEWEK SIALAN," aku berkacak pinggang, menatapnya dengan tatapan tajam.

"Atsuko Lent." dia menyebut namaku dengan nada datar.

"Kau pasti mendengarnya dari Yuki-sensei. Tidak mengejutkan. Sekarang beritahukan namamu, kalau kau tidak ingin ku panggil cebol sepanjang waktu," aku menyandang tasku yang sempat ku seret.

"Cari tahu sendiri, cewek sialan," si cebol itu berjalan menjauh tanpa menjawab pertanyaanku.

"Tch, cebol sialan," aku memendam kedua tanganku ke saku jeans. Melangkahkan kakiku menuju Apartemenku yang nyaman.