Title : Hope
Pair : AkaxFem!Kuro, slibing AkaxFem!Furi, AoxFem!Kuro
Genre : Hurt/Comfort, Romance
Rate : T
Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi
Warn : OOC, Typos, abal-abal, angst gagal(?) Romance hancur lebur/?. AU!Hospital, Doctor!Akashi, Pasien!Kuroko, Pasien!Furihata
.
.
.
Happy Reading
Seorang gadis bersurai senada langit musim panas tampak sedang duduk di atas ranjang putih dengan selang infusan menancap di lengan kirinya. Iris senada dengan warna lautan itu mengobservasi lingkungan di luar jendela ruang rawat kelas 1 miliknya.
Kuroko Tetsuna, 20 Tahun, mengidap penyakit HIV hingga membuatnya tidak bisa bermain di luar dengan bebas. Tiga tahun belakangan, penyakit Kuroko semakin parah hingga ia terus dirawat di Tokyo Hospital City yang merupakan salah satu Rumah Sakit besar di Tokyo.
Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu dan sosok bersurai senada api merah menyembul dari balik pintu, kemeja biru muda dan jas putih khas dokter muncul. Sosok itu masuk dan menutup pintu ruang rawat Tetsuna dengan perlahan.
"Bagaimana kondisimu sekarang, Kuroko-san?"
"Aku baik, Akashi-sensei."
"Syukurlah kalau kau merasa begitu, aku akan memeriksamu dulu."
Akashi Seijuro, 23 tahun seorang dokter muda yang bekerja di Tokyo Hospital City. Dokter yang khusus merawat Kuroko. Sejak awal Kuroko masuk rumah sakit itu, Akashi lah yang selalu ada di sampingnya untuk menemani Kuroko untuk sekedar berbincang atau saling berbagi.
Tetsuna tersenyum tipis. Diam-diam Tetsuna menyimpan perasaan pada dokter muda itu sejak awal ia masuk ke Rumah Sakit.
"Hari ini membaik ya? Kurasa kau akan segera pulang, Kuroko-san" Ujar Akashi dengan senyuman khasnya.
"Benarkah? Aku sudah tidak sabar." Senyum tipis mengembang di paras minim ekspresi Tetsuna.
"Kuroko-san, aku ada permintaan."
"Apa itu?"
"Bisa kau menemaniku ke Pusat Kota besok pagi?"
"Mau apa memang?"
"Kouri-chan ulang tahun, aku ingin memberinya hadiah" semburat kemerahan mampir di wajah tampan Akashi. Tetsuna hanya bisa tersenyum tipis sambil menahan sakit yang luar biasa di dalam dadanya.
Furihata Kouri adalah pasien penyakit paru-paru di bilik sebelah. Orang yang terlampau penakut namun berwajah imut. Dan Akashi menyukainya. Sudah lama. Tetsuna selalu mendengarkan jika Akashi mulai bercerita tentang Kouri dan meminta saran Tetsuna untuk mendapatkan Kouri. Bahkan, tidak jarang Tetsuna membantu Akashi untuk membujuk Kouri.
Itu menyakitkan.
Tapi, Tetsuna selalu menahannya. Ia tidak mau orang yang ia cintai sedih. Setidaknya, cukup Tetsuna saja yang merasa sakit. PHP itu rasanya seperti dibawa kelangit lalu di hempaskan ke bumi dengan sangat sadis. Tetsuna merasakannya.
Tetsuna mengangguk tanda setuju untuk mengantar Akashi ke pusat kota besok pagi. Lagipula, sudah lama Tetsuna tidak pergi keluar. Menyesakkan memang. Tapi, entahlah Tetsuna sendiri tidak mengerti kenapa bisa begitu.
"Jadi menurutmu aksesoris adalah hadiah yang bagus?" Tanya Akashi pada Tetsuna saat mereka sedang berjalan menelusuri trotoar pagi itu.
Tetsuna mengangguk. "Biasanya gadis-gadis akan menyukai itu"
"Baiklah, terima kasih Tetsuna. Nanti bantu aku memilihkannya ya?"
"Hai' Akashi-kun"
Jangan heran kenapa nama panggilan mereka berubah ketika mereka diluar karena diluar rumah sakit mereka tak ubahnya seperti sepasang adik-kakak bagi Akashi. Tetsuna sendiri sudah mengerti posisinya. Kouri berusia 22 tahun sementara dirinya masih berusia 23 tahun, tentu saja Akashi akan memilih Kouri. Sejujurnya, Tetsuna ingin sekali memberitahu Kouri betapa beruntungnya ia yang dicintai oleh Akashi.
Tapi Tetsuna bisa apa? Ia hanya bisa tersenyum dan mendukung Akashi. Walaupun konsekuensinya adalah rasa sakit yang sangat menusuk dan menyesakkan dadanya.
Toko Aksesoris Daiya itu besar dan terkenal dengan harganya yang melambung tinggi. Hanya orang-orang berlebihan uang yang berbelanja di toko ini. Bahkan Tetsuna tidak habis pikir kenapa orang-orang kaya itu selalu menghabiskan uang mereka dengan berbelanja hal yang tidak penting.
Akashi menarik tangan Tetsuna mendekat ke etalase, tersenyum lembut ke arah gadis berambut soft blue itu.
"Pilihlah apapun yang kau suka"
"Akashi-kun, disini mahal kan?"
"Tidak apa-apa, pilih saja"
Tetsuna lupa tujuannya kemari untuk membeli aksesoris hadiah untuk Kouri. Tetsuna terlalu terbawa suasana, itu adalah hak Akashi untuk membelikan hadiah apapun untuk Kouri.
'Kau bodoh, Tetsuna'
Berkeliling sebentar di dalam toko itu sudah membuat kaki Tetsuna pegal. Ia ingin cepat-cepat pulang dan tidur, tapi sepertinya Tetsuna harus menelan keinginan itu dulu sekarang.
Iris aquamarine Tetsuna menyusuri etalase aksesoris cincin dan kalung. Semuanya terlalu mewah hingga Tetsuna tidak begitu yakin Kouri akan menyukainya. Irisnya kembali menjelajah ke etalase yang lain. Ia sedikit tersenyum menatap sebuah cincin pasangan bermotif indah. Ia memegangnya dan memasangnya di jari manisnya.
'Seandainya aku dan Akashi-kun yang memakainya'
"Tetsuna?"
Sang empunya nama terlonjak kaget.
"A-akashi-kun?! Sejak kapan ada disana?"
"Sejak kau senyum-senyum sendiri sambil melihat cincin itu"
"Maafkan aku..."
"Kau ada recommend? Aku belum menemukan apapun yang cocok"
"I-ini bagus. Akashi-kun mau lihat?"
Cincin dilepas dari jari manis. Akashi menerimanya, ia melihat cincin itu dengan seksama lalu tersenyum. Sepertinya Akashi tertarik pada cincin pilihan Tetsuna.
"Ini pilihan bagus, Tetsuna. Terima kasih"
Ciuman di pipi menjadi penutup acara jalan-jalan singkat Akashi dan Tetsuna.
'Ciuman yang tidak berarti apa-apa ya?'
Tringgg
Tubuh membungkuk mengambil benda yang tergeletak di atas lantai. Tetsuna sedikit menatap nanar pada benda itu dan menyembunyikannya dibalik saku bajunya.
'Aku tidak ingin... Akashi-kun meninggalkanku'
Keegoisan Tetsuna memenangkan pergelutan hatinya.
Hal yang tidak ingin dilihat Tetsuna saat ini adalah Akashi -orang yang dicintainya- sedang berdiri di depan gadis berambut cokelat yang belakangan dekat dengannya. Si pemuda merah menunjukan cincin yang dikagumi Tetsuna kemarin, lalu si gadis cokelat tersenyum malu malu dan menerima cincin itu. Tetsuna hanya bisa membisu menahan sakit hatinya. Lalu tersenyum.
'Syukurlah, Akashi-kun pasti gembira sekarang'
Tungkai digerakkan meninggalkan ruangan dimana Kouri dirawat, pupus sudah nafsu makannya padahal itu pertama kalinya sejak 3 hari terakhir ia tidak mau makan. Tatapan tidak fokus hingga tak sengaja tubuh ringkih menubruk pemuda yang berjalan ke arahnya.
"Tetsu?"
"Aomine-kun?"
To be continued
A/N : hi, minna. Maaf Seita baru sempet post ff terbaru seita dan ga bisa ngelanjutin lagi yang detective level S nya. Tapi, kalau mau ada yang collab bareng seita ngelanjutin ff itu kalian bisa pm seita ke akun ffn seita, sebenernya seita juga butuh bantuan sih. /nyengir/
Makasih udah mau nyempetin baca, mereview dan memfavorite karya seita yang abal-abal.
Salam hangat,
Hasegawa Seita
