Bleach © Tite Kubo

Sunset bukan milik Ota

A Walk To Remember bukan milik Ota

White Flag © Mitsuki Ota

Fanfic ini © Mitsuki Ota

.

.

.

Prolog

Lelaki yang sudah berusia senja itu meneliti satu per satu deretan foto yang terpajang apik di ruang tengah rumahnya. Jarinya yang memang sudah keriput menghapus jejak debu yang tertinggal di bingkai foto mendiang sang istri. Istri yang sudah meninggalkannya selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Meninggalkan luka, kesedihan, kepahitan dan penyesalan yang menggerogotinya di setiap deru napasnya. Foto sang istri masih terlihat cantikdi sana. Belum ada jejak keriput di wajah mudanya. Tak seperti dirinya yang sudah keriputan seperti ini. Maklumlah, dia sudah kakek-kakek. Jadi, wajar saja bila ada keriput yang menyapanya.

Matanya beralih ke foto anak kecil yang tersenyum manis di depan kamera. Dia adalah duplikat dari istrinya. Kurosaki Makie, itulah namanya. Tapi, sekarang sudah berganti menjadi Shiba Makie. Putrinya memang mirip dengan Rukia. Tapi, matanya tidak. Warna matanya sama dengannya. Coklat. Entah sudah berapa lama ia tak bertemu dengan putri kecilnya—salah—sekarang dia sudah dewasa dan menjadi seorang ibu. Ichigo tak ingat. Penyakit pikun kadang mendera dirinya yang memang sudah tua. Makie masih berusia lima tahun saat itu. Oh, Makie anakku, pikir Ichigo. Ia amat merindukan putri dan cucunya. Shiba Sasaki. Putri kecil Makie bersama Kaien, menantunya.

Apa sih yang diharapkan Kurosaki Ichigo selain bisa bercengkrama dengan putri, cucu dan menantunya? Tidak ada. Ichigo tak mengharapkan apa-apa, kecuali bisa bersama keluarganya yang amat ia kasihi. Ia sudah kehilangan masa-masa itu. Masa-masa bersama wanita yang ia kasihi sepanjang hidupnya. Wanita yang belum sempat melihat putrinya tumbuh dewasa. Ah, tak ada gunanya mneyesal, bukan begitu? Toh, jika Ichigo menyesal waktu pun tak bisa diputar kembali. Kesakitan yang menggelayut manja di hatinya tak akan terobati. Dan Rukia tak akan kembali lagi. Tak akan.

Kakek Ichigo kembali duduk di kursi goyangnya setelah mengambil foto sang istri. Tubuhnya bergetar tak karuan jika terlalu lama berdiri. Ichigo tahu, saatnya sudah tiba. Saat di mana malaikat maut datang menyapanya, lalu mengambil nyawanya untuk kembali ke pelukan sang istri. Kurosaki Rukia. Wanita yang bahkan belum sempat melihat putri kecilnya tumbuh dewasa karena ajal yang menjemputnya kala melahirkan Makie. Sungguh ironis memang, tapi Ichigo yakin sang istri pasti bahagia di sana begitu melihat Makie tumbuh menjadi seseorang yang baik, tak seperti dirinya—Ichigo.

Kakek tua itu mengecup bingkai foto sang istri, berharap ia bisa melepaskan rindu yang menelusup di relung hatinya. Tak Ichigo sadari, ternyata ia menangis. Rukia malang. Rukia-ku, batin Ichigo. Memorinya kembali memutar kenangan masa lalu mereka. Ichigo dan Rukia. Dua insan yang terjerat dalam sebuah pernikahan dengan mengandalkan satu cinta. Satu cinta dari Rukia, karena Ichigo tak mencintai istrinya itu. Karena Ichigo hanyalah pria brengsek yang suka mempermainkan hati perempuan, termasuk Rukia. Malaikat kecilnya.

Ichigo menghapus jejak air mata yang jatuh sempurna dari ke dua matanya. Andai, ia cepat menyadarinya. Menyadari kalau Rukia dan janin yang ada di perutnya adalah kebahagiaan yang sempurna untuknya. Makie yang dulu masih dalam kandungan sempat ia sia-siakan. Maafkan aku, Rukia, Makie, batin Ichigo perih.

####

Langit senja menyapa Ichigo begitu kakek tua itu keluar dari rumah mungilnya yang tepat menghadap pantai. Ia sengaja mendirikan rumah mungilnya untuk ia persembahkan kepada Rukia. Meskipun ia tahu, Rukia tak akan pernah menempatinya. Hanya ada dirinya, sang kakek tua. Ichigo duduk di kursi di beranda rumahnya. Menikmati indahnya senja yang memikat jiwanya. Karena hanya senja yang bisa mengingatkannya pada Rukia. Hanya matahari terbenam yang membuat keinginannya untuk menemui sang istri bisa terwujud.

Di bibir pantai, Ichigo dapat melihat gambaran Rukia dan dirinya tengah asyik berlarian mengejar satu sama lain. Ichigo tua tersenyum getir. Masa lalu, pikirnya. Kepingan masa lalunya bersama Rukia memang tak pernah ia lupakan. Bahkan, ia tak kuasa untuk melupakannya. Terlalu manis, tapi juga terlalu pahit untuk dikenang. Rukia adalah wanita yang dikirim Kami-sama untuk dirinya. Rukia berhasil mengubahnya. Tapi, di saat ia akan memulai kehidupan barunya bersama Rukia dan Makie, ia malah meninggalkan Ichigo. Hancur sudah. Rukia membawa luka yang dalam bagi Ichigo.

Angin sepoi-sepoi membuat Ichigo merasa kedinginan. Dengan gemetaran, Ichigo mengangkat tubuhnya yang memang sudah ringkih. Hati-hati, ia membawa langkah kakinya menuju pintu rumahnya. Di sana, ia bisa melihat Rukia berada diambang pintu. Menanti dirinya. Ia memakai gaun putih. Cantik.

"Rukia..." sosok Rukia itu tersenyum manis.

.

.

.

TBC

.

.

.

Lanjut atau tidak?

Review Please!