"Sungguh, Terima Kasih .."


.

Disclaimer : Boboiboy by Animonsta Studios/Monsta _ Story by Aniki-kun

Genre : Drama, Hurt/Comfort, & a bit of Friendship

WARNING! .. AR, AT, OOC(Med), Future!Chara's, Typo(s), No Alien, No Super Power, alur ribet, 'Judul dan summary bisa saja melenceng dari isi ceritanya', etc.

_D.L.D.R_

.

.


Chapter 1 - Part 1

Pada masa siang hari yang sedikit cerah itu, tepatnya di salah satu rumah bertingkat minimalis bernuansa ungu muda di salah satu perkomplekan kecil di Pulau Rintis, seorang wanita Muslimah berumur 30-an berpenampilan serba merah muda tengah duduk dengan tenang di tepian lantai teras rumahnya. Terus-menerus pandangannya tampak terfokus pada layar smartphone di tangannya.

Entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini, namun yang diketahui sedari tadi pandangannya lebih banyak terfokus pada layar ponsel di genggamannya, dan sebagiannya tatkala ia mengalihkan pandangannya ke arah lain,, memandangi beberapa kendaraan-kendaraan serta beberapa orang yang berlalu lalang di jalan raya di depan rumahnya.

Dan nama wanita yang anggun nan alim tersebut, adalah Yaya. Wanita dengan nama lengkap Yaya Yah Al-Farisshi.

...

#Yaya's POV

Sedari tadi ku terus duduk di tepian lantai teras rumah bernuansa ungu ini. Pandanganku masih terfokus pada layar smartphone di tanganku. Tatkala, sesekali pandanganku teralihkan oleh beberapa kendaraan yang berlalu lalang di pinggir jalan di depan rumahku. Dan juga beberapa orang yang berkebetulan lewat di depan rumahku, seraya mereka menyapaku dengan sopan dan disertai dengan sunggingan senyum keramahan.

oOoOoOo

Pandanganku masih terfokus pada layar ponsel di genggamanku. Aku terus menunggu dan menunggu, jikalau ada salah satu balasan pesan atau panggilan ataupun chat yang aku kirimkan padanya .. Seorang pria yang sangat aku rindukan. Ia yang telah mendampingi hidupku selama ini. Ia yang sudah beberapa tahun ini tidak ku ketahui lagi kabarnya. Dan ia yang terus ku pikirkan setiap waktu. Suamiku,, Boboiboy.

Ya, itulah nama dari seseorang yang sangat aku harapkan berada bersamaku saat ini.

Sudah lima tahun lamanya ia pergi meninggalkanku, demi mengemban sebuah pekerjaan di sebuah kota yang sangat jauh. Salah satu kota yang terletak di salah satu negara Timur Tengah. Negara Mesir,, tepatnya pada daerah ibukota-nya, Kairo.

Dulu, selama tiga tahun pertama Boboiboy selalu rajin mengabari keadaan dirinya padaku. Menceritakan segala suka dan duka seputar pekerjaan yang ia emban disana. Mulai dari menelpon dengan sambungan jaringan luar negeri, saling bertukar SMS, chatting di berbagai akun media sosial,, semuanya kami lakukan, hanya demi mempertahankan komunikasi serta ikatan kasih di antara kami. Antara aku dan Boboiboy.

... Namun, sejak mulai memasuki dua tahun ini, komunikasi antara aku dan Boboiboy semakin merenggang. Sudah dua tahun ini, Boboiboy tidak pernah lagi mengabari keadaan dirinya padaku. Nomor teleponnya yang biasa ku calling tak pernah aktif lagi, SMS serta chat di beberapa akun media sosial yang aku kirimi padanya juga tak pernah ia balas.

.. Dan sejak saat itulah, rasa kecemasan yang sangat besar mulai menuai dalam diriku. Aku memikirkan dirinya terus-menerus.

Mengapa dia tidak pernah mengabari keadaan dirinya lagi padaku? Apakah kegiatan dan urusan-urusannya di luar sana begitu padat, sehingga membuatnya lupa padaku? .. Ya Tuhan, kini semuanya ku serahkan padamu. Sebagai hamba-Mu yang hanya seorang manusia biasa, ku hanya bisa pasrah. Seraya terus berdoa untuk dirinya. Untuk Boboiboy.

"Uhuk, uhuk ..."

Aku terbatuk pelan, ketika ku rasakan dadaku sedikit sesak beberapa saat.

Ah ya, aku melupakan satu hal .. Aku lupa bahwa saat ini kondisi kesehatanku sedang sangat buruk. Aku sadar, bahwa sebenarnya aku tidak seharusnya berada di luar, apalagi di saat keadaan cuaca yang mulai sedikit berangin mendung seperti ini.

Benar-benar mengganggu. Aku tidak menyukai kondisiku sekarang ini .. Penyakit yang telah bersarang dalam diriku selama dua setengah tahun ini. Penyakit yang bahkan sepertinya ku rasakan semakin akut.

Tuberkulosis, atau biasa disebut TBC.

Aku benci ini. Itu karena penyakit inilah, yang telah sukses menyita semua waktu-waktu yang sangat berharga dalam kehidupanku .. Hari-hari kerjaku sebagai seorang guru, serta waktu-waktuku sebagai seorang pembuat pesanan kue.

Kini semua itu hanya tinggal omongan belaka. Untuk seterusnya, aku tidak dapat lagi mewujudkan semua minatku tersebut. Sebab kondisiku saat ini yang mengharuskanku untuk lebih banyak beristirahat dan berobat secara teratur.

Jadi, selama dua tahun ini aku hanya bisa mengandalkan uang kiriman dari kedua orang tuaku saja. Uang yang aku minta dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku,, tanpa kuberitahukan alasan lainnya aku meminta —atau mungkin meminjam— uang dari mereka. Alasan memilukan, mengenai penyakit yang ku derita saat ini.

Untuk pertama kalinya dalam kehidupan rumah tanggaku, kini aku terpaksa harus terus bergantung pada sebagian penghasilan kedua orang tuaku, yang keduanya sama-sama berprofesi sebagai seorang manager di sebuah perusahaan di Thailand.

.

oOoOoOo

"Hmmmhh ... "

Aku menghela nafas pelan, dan menundukkan wajahku sedih. Untuk yang ke terakhir kalinya, aku kembali memandangi layar ponsel di genggamanku, berharap adanya panggilan masuk ataupun balasan pesan darinya. Namun nyatanya nihil.

"Boboiboy ... "

Akhirnya, setelah beberapa menit aktivitas yang sia-sia ini mulai membuatku lelah. Aku mulai membangkitkan diri dari dudukku.

Ku rasakan sedikit nyeri pada persikuan lututku, sebagai akibat karena cara dudukku yang tidak benar dalam waktu yang sedikit lama tadi. Dan setelah merasa sedikit baikan, aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju dalam rumah. Mengistirahatkan tubuhku yang terasa semakin melemas ini.

...

CKLEKK

Aku menutup pintu di belakangku, dan mulai menyandarkan diriku padanya. Aku menatap hampa pada suasana rumahku yang bernuansa ungu dan hijau muda yang kini hanya ku huni seorang diri. Benar-benar sangat sepi ..

Sedari tadi hanya berdiam diri, dan tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah bingkai yang terletak di salah satu ruang kecil pada lemari TV di ruang tamu di depanku.

Tanpa berdiam diri lama, ku langsung menghampiri benda yang ku tuju. Ku raih benda yang berada tepat di depanku kini.

Bingkai biru ini, yang mana di dalamnya terselip sebuah foto yang berterakan gambar keluarga kecilku yang saling tersenyum dengan ria-nya di hadapan jepretan kamera .. Aku, Boboiboy, dan anak kami, yang kini sudah tenang dan bahagia di surga sana. Namanya ialah Raka, dan ia masih berumur tiga tahun saat itu .. Jadi, intinya ini adalah foto keluarga kami yang pertama. Foto beberapa tahun lalu.

Aku hanya tersenyum sendu, ketika memandangi wajah-wajah ceria yang terpampang pada bingkai lama ini. Membiarkan segala memoriku mengenai kebersamaan di masa lalu ini terlintas dalam kepalaku, lagi.

"Raka ... Boboiboy ... " ucapku pelan.

TESS TESS

Hanya perasaanku saja, atau apakah atap rumahku bocor sehingga air hujan merembes ke dalam rumahku? Karena tiba-tiba, aku melihat setitik cairan bening menetes pada permukaan kaca bingkai di tangan kiriku kini. Ah, tapi sepertinya tidak begitu .. Sebab sesungguhnya, tetesan benda bening ini, adalah,, air mataku sendiri.

Yah, seperti yang ku duga,, aku menangis.

..

Tidak ku sangka, bendungan air mata yang sedari tadi ku pertahankan pun akhirnya pecah. Semua beban pikiran dan perasaan ini, membuatku tak dapat lagi menahan benteng kesedihanku .. Ahh, benar-benar tak dapat tertahankan.

Aku menutup mulutku dengan tangan kananku seraya menutup rapat mataku sesaat,, berusaha menahan tangisan lirih ini sebelum mulai menjadi-jadi. Aku terus mengusap-usap air mata yang berlinang di pipiku, seraya terus menghisap cairan bening yang berusaha keluar dari kedua lubang hidungku. Oh, benar-benar tak dapat tertahankan.

DEGG

" .. ?!.! ... Uhukk! Uhukk, uhukk ..!"

Oh, tidak. Mendadak tiba-tiba dadaku kembali terasa sesak. Disaat-saat seperti ini, aku tidak menyangka bahwa penyakitku akan kambuh lagi.

Sontak, aku langsung mengunci rapat mulutku dengan tangan kananku, berusaha menahan batuk yang semakin menjadi-jadi ini.

"Uhhuk, uhukk! .. Uuhuukk, Uhuukk ..!.!"

PRAANK!

Ya Allah, ini sangat menyakitkan. Semua rasa sakit yang amat sangat ini telah membuatku kehilangan kendali keseimbangan diriku. Hingga tanpa ku sadari, akhirnya aku menjatuhkan bingkai yang sedari tadi ku pegang.

Aku mencoba untuk menopang tubuhku yang gemetar pada sisi lemari TV di dekatku. Aku memaksakan diriku untuk mencoba menghentikan batuk-batukku yang sudah semakin parah ini. Masih dengan nafas yang tersengal, perlahan aku mencoba untuk membuka kedua tanganku yang sedari tadi mengunci rapat mulutku.

Dan ketika akhirnya mataku bisa menangkap gambaran nyata telapak tanganku yang gemetar, sungguh aku sangat menyesal ketika akhirnya sesuatu yang sangat tidak ingin ku lihat nyatanya kini tertampak jelas oleh kedua mataku ..

"Ya Allah .. Darah?! " batinku, kaget.

"Uhukk, uhukk! Uuhukk, uhukk, uhuukk ..!"

Rasa sesak di dada yang diiringi dengan batuk yang semakin menjadi-jadi ini semakin tak dapat tertahankan olehku. Aku sudah lelah dengan semua rasa sakit ini.

Perlahan ku rasakan pandanganku mulai kabur. Ku lihat semua yang ada di depanku mulai tampak samar. Aku pasrah.

"Boboiboy ..." batinku, lagi.

Ku rasakan tubuhku mulai melemas. Kini yang bisa ku lakukan hanyalah membiarkan tubuhku yang melemas ini menjatuhkan dirinya perlahan, seraya membiarkan pandangan mataku yang terasa berat ku rasakan menutup perlahan. Gelap.

... Membiarkan alam bawah sadar datang menjemputku, dan membawaku ke dalamnya.

.


#Normal POV

Di sisi lain, seorang wanita dengan penampilan bernuansa biru kuning terlihat memasuki halaman rumah bernuansa ungu muda di depannya, bersama dengan sebuah motor matic berwarna hitam kuning yang ia kendarai.

Setelah kemudian ia mendapatkan tempat yang tepat untuk memarkirkan motornya, wanita itu langsung mematikan mesin motornya, lalu mencabut kunci yang tertancap pada motornya.

Sang wanita pun langsung melepas helm feminim yang sedari tadi membungkus kepalanya. Menampilkan paras wajah oriental yang indah dengan mata bermanik biru samudra yang terlindungi oleh kacamata bundar berkerangka birunya, serta tak lupa dengan rambut sebahunya yang terhiaskan oleh bando yang senada dengan pakaiannya dan juga terkuncir twintail belakang.

Tanpa berdiam diri lama, sang wanita langsung melangkahkan kaki rampingnya menuju pintu rumah di depannya. Menekan tombol pintu di sampingnya seraya berusaha memanggil sang pemilik rumah di dalamnya.

TING NONG

"Selamat siang ... Yaaya ..?" panggil sang wanita pada sang pemilik rumah.

Yang mana si wanita yang bisa dikatakan tamu itu merupakan sang sahabat karib dari sang pemilik rumah yang ia panggil barusan. Dan nama si wanita ini, adalah Ying.

... ...

Merasa tak ada jawaban yang ia terima dari dalam rumah, Ying mencoba menekan tombol pintu sekali lagi, sembari mencoba memanggil lagi sang wanita yang tengah ingin ia kunjungi.

TING NONG

"Selamat siang .. Yaaya? Kau dirumah ..?" serunya lagi.

... Sama seperti sebelumnya, hasilnya nihil.

Sekarang sedikit rasa kekesalan mulai muncul dalam diri sang wanita yang merupakan keturunan Cina tersebut. Raut wajahnya langsung berubah cemberut. Ia menghela nafas malas.

"Heuhh .."

Ying pun melangkahkan kakinya menuju jendela rumah di dekatnya yang berkebetulan tengah terbuka lebar. Ia tampak ragu sesaat, sebab ia juga merasa bahwa sebenarnya mengintip-intip rumah orang lain itu merupakan tindakan yang tidak terpuji. Namun, sebab rasa penasaran yang sudah mulai memenuhi pikirannya, akhirnya Ying melanggar etika tersebut.

" ... ... Yayaa ..? Apa kau di dal— .. ?! .."

Ucapannya tertahan mendadak, ketika tiba-tiba sorot pandangan Ying mendapati sesuatu yang sukses membuatnya terkejut bercampur panik seketika. Kedua matanya membulat. Ia mengunci mulutnya dengan kedua tangannya, ketika dilihatnya seseorang yang sangat ingin ia kunjungi nyatanya tengah tergeletak tak sadarkan diri di ruang tamu rumahnya.

"Yaya!" serunya, panik.

Tanpa menghiraukan lagi pantangan mengenai memasuki rumah orang lain tanpa izin, Ying pun langsung berpindah menuju pintu rumah Yaya yang tak jauh dari letak jendela tersebut.

Ia melepas cepat sandalnya, lalu segera ia meraih handel pintu di depannya.

"Ukh ..!"

Ying menggerutu kesal, ketika handel pintu yang tengah ia coba putar terasa sedikit macet, sehingga pintu yang ada di depannya tak dapat buka terbuka.

Berbagai macam umpatan terus-menerus Ying lampiaskan dalam hatinya, seraya ia terus mencoba memutar-mutar handel pintu di tangannya dengan paksa. Hingga kemudian ...

BRAAKK!

Dengan sedikit dobrakan paksa, akhirnya pintu yang telah sukses mengubahnya menjadi makhluk kesurupan sesaat tadi pun berhasil terbuka.

Tanpa berpikir lama Ying langsung memasuki rumah dan segera menemui sang sahabat berhijab pink yang tengah tergeletak tak berdaya dengan wajah dan kedua tangan yang sangat pucat dan berkeringat tersebut. Dan dengan cepat Ying langsung menarik wanita itu dalam pangkuannya.

"Yaya! Yaya!? Apa yang terjadi padamu?! .. Tolong sadarlah! Yayaa.. " serunya, sambil menggoyah pelan tubuh sang wanita yang bernama Yaya itu.

Namun usaha yang dilakukan Ying percuma, karena saat ini Yaya sudah terlanjur jauh di dalam alam bawah sadarnya.

Tak lama pandangan Ying teralihkan pada sebuah bingkai yang sudah pecah kacanya di dekat Yaya yang tak sadarkan diri. Ia mengambil bingkai itu dan menatap bingung pada benda tersebut sesaat.

Ying meletak cepat bingkai foto yang telah sedikit hancur tersebut di dekatnya. Ia kembali menggoyah pelan tubuh Yaya, berusaha untuk membangunkannya lagi. Namun apa daya, usaha yang terus ia lakukan itu percuma.

"Darah? ... Huh?! Jangan-jangan ..." gumam Ying kaget, ketika kemudian ia mendapati adanya gumpalan darah yang sedikit dan sudah mengering pada telapak tangannya.

Rasa cemas dalam hati Ying semakin menjadi-jadi, ketika akhirnya ia mengetahui darah apa itu sebenarnya. Sebagai seseorang yang telah menjadi sahabat karibnya sejak lama, Ying sudah tahu dengan jelas,, bahwa sahabat karibnya yang bernama Yaya ini, telah mengidap suatu penyakit akut yang di sebut TBC.

Tidak ingin memboros waktu, Ying langsung membangkitkan dirinya sembari ia membopoh tubuh lemas Yaya di sisi kirinya.

"Bertahanlah, Yaya .." ucap Ying pelan, sembari mulai berjalan menuju kamar Yaya yang berada tak jauh di dekat ruang tamu.

Untuk saat ini, tak banyak yang bisa dilakukan gadis berdarah Cina tersebut selain berharap pada Tuhan demi keselamatan sang gadis berumur yang tengah ia rangkul tersebut.

Yah, hanya itulah yang bisa ia harapkan untuk saat ini ..

.

.

To Be Continued

.


A/N:

Fyuuh, akhirnya Chapter 1 untuk fic. sad pertama Aniki kelar! Dan ini masih Part 1-nya.

Jadi, Chapter 1 ini terbagi menjadi dua bagian,, karna jumlah katanya yang udah lebih dr 6rb, jadinya terpaksa di-part ajaa utk chapter 1 ini. Dan karna dua part ini termasuk dlm satu chapter,, gak tanggung2 jadinya saya publish-nya multi-part deh.

Kalo' utk Chapter slanjutnya,, kagak tau. Kmungkinan sih jugak bakalan bgitu. #ditembak

Aniki jugak bingung gih,, gimana pulak Aniki bisa dpt imajin yg beginian?! .. Nonton sinetron gk pernah, liat film2 drama yg kyak drama China, Korea, Jepang, Indo jugak jarang banget, bahkan nonton 'n baca2 anime2-manga yg genre-nya Shoujo, Romance jugak kyaknya cuma' sekali dua kali (karna emang gk sukak genre yg bgituan kalo' utk anime-manga. #dicekik),,

Tapi, yaa beginilah,, saya jugak kagak ngarti' .. Kalo' yang Aniki rasanin sih, kmungkinan karna Aniki-nya yg akhir2 ini jugak sering baca fic.2 dr fandom BBB nih yg kebetulan ada genre Drama-nya yg nyempil. Jadinya bgini deh :v _ #yaa,bisajadi

.

.

Yaudah deh, gitu ajaa. Yg mau baca Part 2-nya, silahkan klik Next.

.