Those Cards Know About Us
.
Summary
Benar, Lee Jihoon hanya iseng. Ketika Seungkwan—teman sekelasnya yang mengaku bisa meramal dengan kartu, Jihoon mencoba dengan ketua kelasnya—Choi Seungcheol. Jihoon seratus-persen yakin hasil ramalan Seungkwan salah….atau mungkin tidak?
.
Cast
(obviously) Lee Jihoon x Choi Seungcheol
Jeon Wonwoo x Kim Mingyu supeeeeeeerslight
Seungkwan as yang ngeramal hehe
dll
.
WARNING
School-life!AU & Genderswitch for some members! Yang pasti Jihoon sama Wonwoo fem~
Percakapannya bahasanya tidak terlalu baku, ya J
.
Enjoy, guys.
—
Chapter 1/?: King, Heart, Heart, AS, Queen.
Pernahkah kamu menyukai seseorang? Jihoon juga pernah.
Pernahkah kamu jatuh cinta? Jihoon juga pernah, mungkin.
Tapi, pernahkah kamu merasakan kamu menjadi alasan seseorang jatuh cinta? Kalau ini Jihoon belum pernah.
Belum pernah—sepengetahuannya.
.
Tidak ada hal baru yang terjadi di kehidupan Lee Jihoon. Selama enam belas tahun lebih hidupnya tidak ada hal yang benar-benar baru. Mungkin hanya pindah sekolah dari Busan ke Seoul. Bertemu teman-teman baru di Seoul, menjadi siswa biasa-biasa, dan mengidolai lelaki-lelaki tampan.
Tidak lebih, ya hanya itu.
"Jihoon, kau harus coba juga!" Wonwoo menarik tangan Jihoon, membawanya ke meja pojok kelasnya.
"Kau percaya dengan hal semacam itu, Wonwoo?"
"Kenapa tidak?" Wonwoo mendudukkan Jihoon di kursi yang berhadapan langsung dengan meja pojok kelas itu. Di hadapan Jihoon terdapat 1 set kartu bridge dan temannya yang katanya jago meramal.
Jihoon menghela nafas, ia menuruti semua yang diperintah Seungkwan—teman 'peramal'-nya itu.
Tambahkan jumlah huruf namamu dan nama orang yang kau suka. Kocok sebanyak itu sambil memikirkannya.
"Aku tidak tau harus mencoba dengan siapa," kata Jihoon sambil menyerahkan kartu itu dan hampir beranjak pergi kalau saja tangan Seungkwan tidak menahan pergelangan tangannya.
"Pilihan semua orang, kau mau? Ketua kelas kita." Oh Jihoon benar-benar tau jika kelasnya sangat mengidolakan ketua kelasnya—Choi Seungcheol disamping Kim Mingyu, pemain bola basket tim sekolahnya.
Entah mengapa semuanya menyukai Seungcheol. Tentu saja Jihoon menyukainya juga, maksudnya itu ketua kelasnya, tentu saja Jihoon menyukainya. Ditambah wajahnya lumayan juga, boleh juga sebenarnya dijadikan pacar.
Hei, tapi Jihoon tidak, atau belum, jatuh cinta dengan Seungcheol.
"Baiklah." 16 kocokan untuk nama mereka berdua, Jihoon ditambah Seungcheol.
Kartu akhirnya berpindah tangan dari Jihoon ke Seungkwan. Setelah entah bagaimana caranya Seungkwan memilah-milah kartu menjadi beberapa bagian, memilahnya lagi, dan lagi.
Tersisa 5 kartu.
King, Heart, Heart, AS, Queen
"Beritau aku."
"King dan Queen. King adalah Seungcheol dan Queen adalah kau. Kau lihat ini," Seungkwan menunjuk kartu King yang muncul pertama, "dia menyukaimu duluan."
Mustahil.
"Kalau ini, heart dan heart. Bersebelahan artinya hati kalian cukup dengan namun kalian sendiri cukup jauh."
"Memang kami tidak dekat! Tid—"
"Tunggu, Ji. Kalau AS disebelah kartumu, artinya ada orang yang sangat menyukaimu, entah siapa. Bisa jadi Seungcheol, atau orang lain."
"Begitu. Terima kasih, Seungkwan." Jihoon beranjak lagi ke tempat duduknya dan membenamkan kepalanya di meja.
"Jadi bagaimana ramalannya?" Wonwoo tiba-tiba duduk di sebelah Jihoon. Di sekolah mereka memang duduk berdua-dua. Teman duduknya diundi dengan lotre yang tidak benar-benar 'sehat'. Jika mereka mendapat nomor undian di depan meja guru, mereka akan menukarnya sampai dapat nomor keinginan mereka.
"Bodoh."
"Ceritakan padaku!"
"Tidak. Aku yakin ini salah."
"Ayolah Ji," Wonwoo menusuk-nusuk pipi Jihoon, "sebagai gantinya kau boleh mendengar ramalanku."
Oh? Hal baru. Wonwoo tidak pernah bercerita apa-apa, apalagi tentang cinta.
Jihoon duduk menghadap Wonwoo, "Aku tidak benar-benar menyukainya, jadi bukan masalah. Hasilnya dia menyukaiku duluan, hati kami dekat tapi kami jauh. Entahlah tidak terlalu penting? Oh, ada satu orang yang menyukaiku. Begitu."
"Jihoon, kau sadar betapa cepatnya kau berbicara barusan?"
"Maaf, intinya ramalanku tidak benar, Wonwoo. Aku tidak benar-benar menyukainya, kok."
"Kau tau Jihoon, kau belum memberitauku siapa 'dia' itu."
Masuk akal, "Um, Choi Seungcheol, ketua kelas kita," Jihoon sedikit berbisik, "kata Seungkwan semua siswi disini mencoba dengannya. Jadi apakah kau juga mencoba dengannya?"
Wonwoo menggeleng, "Tidak."
"Oh, kau benar-benar mencoba dengan crush-mu."
"Hasilnya jauh berbeda denganmu Ji. Tentu saja aku yang menyukai duluan. Lalu, kami juga jauh. Banyak juga penghalangnya. Kau taulah orang popular gimana Ji?"
"Aku tau, goodluck, Jeon Wonwoo." Tanpa diberitahu-pun Jihoon tau siapa 'orang populer' yang disukai Wonwoo.
"Tidak masalah. Aku juga tidak berharap."
"Well, kalau kau benar-benar suka aku akan membantumu, Wonwoo."
"Kita lihat nanti." Wonwoo kembali ke tempat duduknya setelah melihat guru bahasa Inggris mereka memasuki ruang kelas.
Guru mereka, Guru Baek membagikan kertas kosong dengan tulisan bold besar di paling atas 'MY IDEAL TYPE'.
"You see that title above. Go and spend your 30 minutes thinking about your ideal type. Probably later we will choose one of you to present."
Jihoon tidak menyukai pelajaran Inggris. Tentu saja karena alasan pertama ia tidak fasih berbahasa Inggris. Kedua karena Mr. Baek sering menyuruh muridnya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil tulisannya. Tidak penting menurut Jihoon.
Jihoon mengambil bolpoin dan mulai menulis.
1.I want him to be taller than me! Of course.
Jihoon tidak benar-benar punya tipe ideal. Seseorang yang lebih tinggi darinya sudah lebih dari cukup. Maklum, Jihoon 160 sentimeter saja belum sampai.
2.Cute and handsome in one person~
3.Care about me, a lot.
4.Big-eyed. Because mine are too small.
5.Please, not a cheesy type.
Jihoon memilih yang tipikal, yang ia yakin semua orang juga mempunyai pilihan yang sama: seseorang yang lebih tinggi, yang tampan namun juga bisa cute, perhatian, bermata besar (oke, yang ini sedikit subjektif), dan bukan seseorang yang cheesy.
Jihoon mengumpulkan tugasnya ke Mr. Baek. Typical, komentar Mr. Baek setelah membaca singkat tulisan Jihoon. Ia tidak protes karena memang yang ia tulis adalah jawaban-jawaban yang tipikal.
"Should we choose someone now? Give me one name!" Pemilihan siapa yang maju tidaklah sulit dan Jihoon tidak khawatir tentang hal itu. Ia sangat yakin jika ia tidak akan maju, tentu saja. Yang paling berpotensi maju adalah,
"Choi Seungcheol! Choi Seungcheol! Choi Seungcheol!"
Nah kan, Jihoon sudah menduga. Ketua kelas selalu 'dikorbankan' pertama. Dan anehnya Seungcheol tidak pernah protes.
"So my ideal type is a girl who shorter than me, cute and fluffy, sings and plays music well, and actually I would accept anything from her if I really like her." Nah kan, jawaban tipikal juga.
"Do you have someone in your mind, Seungcheol?"
"Of course I do but, I still don't know. Isn't this obvious enough?" Oh, ternyata Seungcheol sedikit 'ngode'.
Setelah presentasi singkat Seungcheol jam pelajaran Inggris selesai sudah.
"Sini yang mau ambil undian!" Jihoon baru ingat ini hari Senin. Tentu saja hari Senin mereka mengundi dengan siapa teman duduknya seminggu kedepan.
Jihoon menghampiri meja Jina, sekertaris kelas sekaligus pembuat undian, dan mengambil satu dari banyak kertas-kertas.
Delapan belas.
Karena dirasa tidak terlalu depan, Jihoon memutuskan untuk tidak menukarnya. Jihoon kemudian bergabung dengan Wonwoo dan teman-teman yang lain. Mungkin menggosip.
"Tadi aku mencoba dengan Cheol, aku yang suka duluan."
"Sama!"
"Sama aku juga!"
"Tapi ada yang Cheol yang suka duluan, lho." Kali ini Seungkwan selaku peramal yang berbicara. Kerumunan itu penasaran, kecuali Wonwoo tentunya karena ia sudah tau.
"Ngapain sih?" Jihoon ikut 'nimbrung' disana juga.
"Nah ini dia orangnya!" Seungkwan menunjuk Jihoon.
"Aku kenapa?" Jihoon kebingungan. Baru datang langsung ditunjuk entah mengapa.
"Pantesan tipe idealnya Cheol gitu. Masuk akal sih," Jiyeon berkomentar.
"Lho bukannya Cheol udah punya cewek ya?"
"Bukan! Cuma temen itu!"
"Oh bukan? Kirain ceweknya."
"INI NGOMONGIN APA SIH?" Jihoon frustasi tidak mengetahui apa yang teman-temannya ributkan. Yang pasti berhubungan dengan Seungcheol karena ia mendengar 'Cheol'.
"Maaf Ji. Kamu satu-satunya orang yang dapat ramalan Cheol yang suka kamu duluan. Jangan-jangan dia benar-benar suka?"
"Interupsi! Kalian dapat nomor berapa aja?" Jina sebagai sekertaris selain membuat undian juga mencatat undian.
"Aku delapan belas," kata Jihoon sambil menunjukkan kertas undiannya.
"Delapan belas," Jina menuliskan nama 'Lee Jihoon' di kolom perempuan nomor delapan belas, "oh, dengan Seungcheol ternyata."
Lelucon macam apa ini?
to be continue
NEXT CHAPTER | Chapter 2/? LOADING…
notes:
*sebenarnya ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, ya. enggak semua sih, tapi beberapa ada yang benar-benar terjadi.
**sudah lama ingin menulis fanfic, tapi takut tidak selesai dan lost interest di tengah-tengah. (semoga yang kali ini selesai) dan maaf kalau banyak kata-kata inggrisnya, jujur lebih nyaman dan lebih sering baca fanfic inggris tapi belum PD kalau nulis pakai inggris hehe.
***minor-pairing couple, jicheol. memang minority banget tapi aku sayang :')
**** btw, aku pingin tanya ini: kalian lebih senang bahasa yang benar-benar baku (kayak chapter ini atau yang percakapannya agak nyantai? misalnya kenapa tidak jadi kenapa nggak. bagaimana? atau campur karena kadang ada yang cocok santai ada yang cocok baku banget hehe (jujur bingung)
****last: read and review? pretty please~
