Diabolik Lover © Rejet & Otomate


~ (^O^) ~

Pair(s) : ShuuxAyato, SubaruxAyato

DONT LIKE, DONT READ!

~ (^O^) ~


~ PROLOGUE ~


Salju pertama yang turun dibulan November, katanya membawa keberuntungan bagi orang yang menyentuhnya. Maka tak heran jika banyak orang yang akan berbondong-bondong keluar rumah ketika musim dingin tiba. Mereka berlomba menjadi yang pertama menyentuh salju yang turun supaya keinginan mereka terkabul.

"Ayato-kun..."

Seorang pemuda bersurai merah sontak menolehkan kepalanya saat tiba-tiba mendengar sebuah suara memanggil namanya. 'Siapa? Tidak ada siapapun, ah mungkin aku salah dengar,' pikirnya ketika tak mendapati seorangpun yang berada di sekitarnya. Taman tempatnya berada saat ini memang selalu sepi ketika sore hari menjelang. Namun suara tadi terdengar terlalu nyata.

Ayato kembali menyibukkan diri dengan buku yang ada di tangannya. Besok dia ujian dan dia tidak boleh gagal. Harga dirinya terlalu tinggi jika harus menanggung malu hanya karena tidak lulus ujian.

"Ayato-kun..."

Secara spontan Ayato menutup bukunya dengan kasar. Dia berdiri dan mencari asal suara itu. "Siapapun kau, jangan menggangguku! Aku tidak peduli walau kau hantu sekalipun! Aku tidak akan takut!" serunya kesal sambil menendang-nendang deretan semak yang ada di taman itu.

"Ayato-baka! Berikan crystal itu padaku!"

Suara itu datang lagi, namun sekarang suaranya berbeda. Apakah 'mereka' tidak hanya satu orang? Ayato mengacak rambutnya frustasi. Namun sedetik kemudian dia terhenyak saat menyadari kalau kalung crystal-nya mulai bersinar. Kalung crystal sewarna batu es itu dia temukan dua hari yang lalu di depan pintu apartment-nya. Waktu itu dia tergerak untuk memakainya dan anehnya kalung itu tidak bisa dilepaskan dari lehernya walau sudah ditarik-tarik sekuat tenaga.

Cahaya yang keluar dari crystal itu semakin terang, tak ayal membuat Ayato panik hingga jatuh terduduk di atas tanah. Setelah itu dia merasa tubuhnya kaku dan sulit digerakkan, penghilatannya juga tidak berfungsi karena cahaya itu terlalu menyilaukan.

"Ayato-kun, akhirnya aku bisa menyentuhmu."

Sebuah sentuhan lembut membuat tubuh Ayato kembali bisa digerakkan. Ayato terbelalak saat melihat pemuda yang sedang menyentuhnya—sangat tampan dan memiliki sepasang sayap putih di punggungnya. Tubuhnya yang atletis dibalut jas semi-formal berwarna putih. Indah sekali.

Pemuda itu tersenyum lembut sambil mengelus pipi Ayato. "Kau baik-baik saja kan, Ayato-kun? Maaf ya sudah membuatmu kaget. Namaku Shuu... aku Angel."

Ayato langsung menepis tangan pemuda itu. "Jadi kau yang dari tadi menggangguku?! Beraninya kau mengambil waktu berhargaku! Aku tidak akan memaafkanmu kalau besok aku tidak lulus! Pokoknya kau harus tanggung jawab—Hmmmppphh..."

Shuu membekap mulut Ayato dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang satunya melingkar ke pinggang Ayato. "Kau cerewet sekali. Kawaii~" ucapnya lalu mengepakkan sayapnya, membawa Ayato terbang bersama dirinya. Hanya dalam hitungan detik mereka sudah sampai di apartment Ayato yang jaraknya lebih dari 4km. Shuu menurunkan Ayato di balkon apartment.

"Sebentar lagi matahari akan terbenam, aku harus kembali masuk ke dalam crystal itu. Besok pagi aku akan menemuimu lagi," ucap Shuu sambil menyentuh kalung crystal yang dipakai oleh Ayato. Tubuh Shuu melebur menjadi sinar keemasan seiring dengan tenggelamnya matahari.

"Ughhh!" Ayato menyandarkan tubuhnya ke dinding di belakangnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat pening dan nafasnya sesak. Di sekitar tempatnya berdiri muncul asap hitam pekat yang membuatnya semakin sesak—bahkan hampir tak bisa bernafas.

"To—tolong..." lirihnya sambil berpegangan kuat pada tembok. Asap itu semakin banyak bagai ingin menenggelamkan dirinya. Hingga tak lama kemudian Ayato tak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya lagi. Dia jatuh pingsan di lantai.


~ (^O^) ~

Tepat pukul dua belas malam, Ayato terbangun dari pingsannya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar sadar kalau dia sedang berbaring di atas ranjangnya. Dia kembali teringat pada peristiwa 'ajaib' yang menimpanya tadi sore. Tanpa sadar jemarinya meraba kalung di lehernya. 'Eh? Kenapa aku bisa berada di dalam kamar? Bukannya tadi aku pingsan di balkon—'

"Ayato-baka, akhirnya kau bangun juga. Aku kira kau sudah mati."

Tiba-tiba saja ada seorang pemuda yang muncul di hadapan Ayato. Pemuda itu memandang Ayato dengan arogan, sepasang sayap berwarna hitam pekat tampak kokoh di punggungnya. Kulitnya yang pucat sangat kontras dengan pakaiannya yang serba hitam. Dan auranya yang menakutkan membuat Ayato sedikit bergidik ngeri.

"Namaku Subaru, aku Demon. Dan aku akan terus berada di sisimu sampai crystal itu terlepas dari tubuhmu," ucap Subaru dengan nada datar.

"Ettooo... Kau temannya Shuu ya?" tanya Ayato.

"Itu pertanyaan terbodoh yang pernah kudengar. Asal kau tau saja, Shuu itu musuhku! Dan kami sedang memperebutkan crystal yang sedang kau pakai itu."

"Memangnya ini crystal apa? Kenapa tidak bisa terlepas dari leherku?"

Subaru mengacuhkan pertanyaan Ayato. Dia berjalan menuju ke balkon sambil memainkan dua buah apel di tangannya. "Tidak usah banyak bicara! Lebih baik kau tidur saja sana!"

"Jawab pertanyaanku dulu—"

"Diam! Atau aku akan melemparkan apel ini ke kepalamu! Ingatlah besok kau itu ujian, BAKA," seru Subaru membuat Ayato terdiam seketika.

"Hnggg? Kau mempedulikanku ya?" tanya Ayato sambil tersenyum miring.

Subaru mengernyitkan dahinya bingung, namun sedetik kemudian dia mendengus kesal lalu mulai memakan apelnya sambil memandangi langit malam. "Ayato-baka, aku ingin memberitahumu satu hal mengenai crystal itu. Di dalam crystal itu terdapat jiwaku dan jiwa Shuu. Shuu akan muncul ketika matahari terbit, sementara aku akan muncul ketika matahari terbenam. Tolong persiapkan dirimu karena mulai sekarang kami akan selalu bersamamu dimanapun kau berada."


~ T B C ~