Disuatu negeri besar yang di pimpin oleh berbagai negara kecil diantaranya adalah Keluarga Midorima, Murasakibara, Aomine, dan Kise namun diantara para pemimpin diatas yang paling di takuti adalah Keluarga Akashi, Keluarga terkuat dari negara-negara lainnya.
Di negeri ini tidak hanya manusia saja yang mendiami, namun makhluk mistispun sering muncul di hadapan manusia, tidak terkecuali dengan Succubus yang tengah di hukum oleh keluarga Akashi, di kediamannya saat ini.
"Ini adalah hukuman karena makhluk rendahan seperti kalian, berani menggoda keluarga dekat Akashi, beraninya menggoda Keluarga Nijimura!" suara bariton yang, pria dengan surai merah menyala masih memegang senjata api mencoba mengancam sosok yang sudah terkulai lemas di depannya, dengan kedua kaki dan tangan terikat rantai jeruji besi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu di buka paksa.
BRAAAKKK
"Akashi? Apa yang kau lakukan?!" Kepala keluarga Nijimuralah yang mendobrak pintu dengan wajah pucat, memandangi makhluk yang tengah terkulai lemah.
"Shuzo! Berani sekali kau masuk, aku tengah menghukum makhluk rendahan ini"
"Nij-imura?"
"Chihiro-"
"Chihiro-nii!" tiba tiba suara lain menyaut.
PRAAAKKKKK
Seketika suara kaca dari jendela yang pecah menimbulkan keributan, dengan pemuda yang menerobos masuk dengan sayap hitam seperti vampir namun berpenampilan layaknya succubus.
Rambut baby blue melayang layang di udara, tubuh ramping tak tampak seperti seorang pemuda, melayang di udara langsung menerjang sosok lemah di tanah yang tengah menahan rasa perih yang teramat, menerobos masuk mencoba menyelamatkan sosok tak berdaya.
Semua yang memandang pemuda bersurai baby blue tidak terkecuali Akashi Seijuuro sang Kepala kaluarga Akashi, dirinya yang sempat terpesona dengan succubus langsung menyadarkan diri setelah melihat pemuda bernama Kuroko Tetsuya yang tengah menolong Chihiro.
"Chihiro-nii, ayo kita pulang" ucap Tetsuya, memandangi tubuh penuh luka sang kakak sepupu, dengan gemetar.
Bagaimana luka benda tajam dan memar terlukis jelas di atas tubuh, goresan cambuk dan pedang terpampang jelas membuat Kuroko Tetsuya geram akan perbuatan para manusia di belakangnya.
"Tak kan ku biarkan, makhluk hina seperti kalian pergi! Setelah apa yang kalian lakukan" Tegas pemuda bernama Akashi Seijuuro, memerintahkan semua penjaga untuk menghalau pintu keluar mencegah Tetsuya untuk pergi membawa Chihiro.
Tetsuya yang mulai panik melihat Chihiro yang tengah sekarat, berbanding terbalik dengan ekspresinya yang masih tenang.
Tetsuya tidak mungkin mengangkat Chihiro, di lihat dari manapun Kuroko Tetsuya adalah succubus lemah.
"Akashi sudah biarkan mereka pergi"
tiba-tiba Shuzo pun akhirnya bersuara, setelah semua yang terjadi dia hanya menjadi saksi bisu.
Namun Akashi yang tidak terima, di tentang mulai mengangkat senjata apinya.
"Aku tidak menerima perintah dari siapapun, Shuzo!" Mata dwi warna yang mengkilat tajam, seolah haus akan darah.
"Makhluk rendahan yang tak tahu malu, berani menggoda kepala keluarga Nijimura yang merupakan kerabat terdekat dari keluarga Akashi, harus menerima hukuman yang pantas"
"Berhentilah mengatakan kami hina" Kuroko tidak terima.
"Pada dasarnya itu memang kenyataannya"
"Seperti halnya tanaman yang memberikan udara di siang hari, maka dimalam hari ia memberikan racun. Lalu mengapa tidak ada yang menyebut mereka pembunuh?
Kami memang menggoda manusia, namun bukankah manusia sendiri yang mau untuk di goda!
Bukanlah mereka sendiri yang meminta kenikmatan dan kami hanya menawarkan, lalu mengapa kalian tidak menyebut diri kalian hina juga"
"Kau beraninya!" ucap Akashi hendak mendekati Kuroko sang sccubus yang tengah mencoba untuk menolong kakaknya.
"Akashi, hentikan! Chihiro pergilah cepat!" ucap shuzo menahan Akashi, sedang para penjaga bingung harus menuruti yang mana.
"Nijimura-san?" ucap Chihiro. Menatap sang kekasih yang mencoba menyelamatkannya.
"Nii-san, ayo!" ucap Kuroko sudah melepaskan rantai yang membelenggu Chihiro.
Lalu dengan secepat mungkin menghilang dari hadapan mereka.
"Kalian akan membayarnya dengan nyawa" ucap Akashi menatap tajam Kuroko yang Tenga bersusah payah, menopang tubuh Chihiro.
.
Setelah itu mereka kembali ke kastil tempat mereka tinggal. Jauh di ujung jurang yang curam, hingga hampir mustahil dapat di jamah oleh manusia.
Sudah 2 bulan setelah kejadian itu berlalu.
"Nii-san, ini aku" ucap Kuroko mengetuk pintu.
"Masuklah, Kuroko" ucap Chihiro tengah mengenakan pakaiannya.
"Nii-san, mau kemana?" Kuroko menatap sang kakak tajam.
"Tenanglah, aku tak akan menemui Nijimura-san lagi. Kau tahu itu bukan?" ucap Chihiro menatap kosong sang adik sambil, mengelus kepala sang adik lembut.
"Baguslah, kau tahu sepupunya itu, siapa namanya? Ah Akashi sangat membahayakan!" ucap Kuroko bahkan merinding, menyebut namanya.
"Ehmp aku tahu" ucap Chihiro, memiliki perasaan yang sama dengan Kuroko.
"Kalau begitu, aku akan ke desa membeli bahan makan. Nii-san berhentilah menggoda manusia lagi!" Kuroko, memperingatkan.
"Hai hai hai"
"Nii-san!" Kuroko kesal.
" Baiklah~ aku akan di sini gak akan kemana mana" ucap Chihiro.
.
.
"Ba-san, seperti biasa" ucap Kuroko berbelanja ke tempat langganannya.
"Ara, baiklah. Sebentar aku ambilkan dulu bahan bahannya" ucap wanita tua itu memilah milah bahan, yang di butuhkan Kuroko.
Namun belum selesai berbelanja yang lain, hujan turun cukup deras.
"Ahhh! Pertanda buruk" ucap Kuroko menggerutu karena belum apa apa, pakaiannya sudah basah kuyup.
"Aku harus kembali ke kastil" ucap Kuroko berlari, tanpa menghiraukan derasnya hujan yang menerpa.
"Nii-san!" ucap Kuroko.
Namun yang ia temui bukan lagi kastil miliknya. Melainkan puing puing kastil, dengan sang kakaknya sudah tergeletak di tanah, bersimbah darah.
Bukan hanya dirinya, sang kekasih pun sama. Kedua makhluk yang saling menyukai itu bersatu dalam kematian.
Tapi, Akashi yang menatap kedua jasad itu seolah sama terkejutnya dengan Kuroko.
"Nii-san?" Kuroko terduduk lemas, belanjaannya berserakan.
Akashi berada tak jauh dari kedua jasad. Berbeda dengan waktu itu. Kini Akashi seorang diri.
"Apa yang kau lakukan!" ucap Kuroko menyalahkan Akashi, satu satunya yang bisa di salahkan di sana.
"Aku-" ucap Akashi seperti tak tahu apa yang telah terjadi.
"Apa kau puas sekarang! Manusia!" ucap Kuroko masih menyalahkan.
"Diamlah, bukan hanya kau yang tak tahu apa yang terjadi! Akupun tak tahu!" ucap Akashi kembali berteriak.
"Nii-san, nee~. Nii-san tolong bangun~ jangan tidur di tengah hujan seperti ini~" Kuroko mengguyang goyangkan tubuh Chihiro yang sudah tak bernyawa.
Akashi yang melihatnya, merasa kasihan.
"Nii~"
"Hentikan, mereka sudah tak akan bangun lagi" ucap Akashi.
"Nii~ Nii-san~ Chihiro-"
Bruk!
"OII!" Ucap Akashi, sadar bahwa Kuroko pingsan, di samping ke dua jasad mereka.
.
Hujan sudah reda, matahari kembali bersinar. Namun keluarga Nijimura dan Akashi tengah berkabung akibat meninggalnya pewaris tunggal dari keluarga Nijimura.
Sedang Kuroko terbangun di dalam ruangan mewah tanpa siapapun kecuali satu orang, yang paling di benci Kuroko.
"Ugh~" ucap Kuroko mulai terbangun.
"Kau sudah bangun" Akashi duduk jauh di dekat pintu kamar, sedang Kuroko mulai terbangun di atas kasur.
"Hmpp?" wajah Kuroko menampakkan ekspresi yang sulit diartikan.
"Selama kau ada di sini, maka kau tidak akan di hukum. Setelah aman pergilah" ucap Akashi dingin.
"Maaf, anda siapa?" ucap Kuroko seolah tak mengenal Akashi.
"Apa tuan tidak melihat kakak saya?" ucap Kuroko melihat sekeliling, dan Akashi menatap Kuroko dengan wajah terkejut.
"Kau? Apa kau tidak tahu siapa aku?" ucap Akashi mulai menyadari sesuatu.
". . ." Kuroko menggeleng perlahan.
"A-?!"
"Ano~"
"Kau!Benar benar moster, bagaimana kau bisa melupakan-" ucap Akashi berteriak.
"Go-gomennasai, gomennasaiii" ucap Kuroko menunduk sambil menahan air mata. Tubuh Kuroko bergetar, seolah ketakutan.
Akashi sendiri tak percaya, sccubus yang sebelumnya begitu membencinya, kini berubah 360 derajat.
"Oii"
"Gomen-"
"Berhentilah meminta maaf" potong Akashi.
"Nii~san" bisik Kuroko.
"Berhentilah, bicara! Kau membuat kepalaku pusing!" ucap Akashi langsung berdiri.
". . ." Kuroko langsung diam.
"Kau masuk ke kamar mandi dan jangan sampai ada yang tahu kau disini! Jangan bersuara, jangan berbuat apapun tanpa perintah dariku!" ucap Akashi pergi keluar dan menutup pintu kamar kasar.
Dengan berurai air mata Kuroko menurut.
.
Setelah itu untuk melampiaskan kekesalannya, Akashi meninggalkan istana. Bersama para jendral nya pergi ke tempat berkabung.
Setelah itu banyak hal lagi yang di lakukan hingga, sampailah pukul 2 subuh, Akashi baru kembali ke ruangannya.
Mendapati ruangannya kosong, ia panik. Bagaimana bisa membiarkan sccubus, moster yang berbahaya itu kabur!
Akashi mulai berdiam, memikirkan sesuatu apa yang dia lupakan. Sampai pada ia teringat kalau-
Bukk!
Suara pintu kamar mandi di buka keras, menampakan Kuroko yang tengah duduk di sudut paling gelap dengan duduk menekuk lutut, tubuhnya tampak menggigil tapi ia tak bersuara sama sekali.
"Ka-u?" Akashi tidak habis pikir, bagaimana bisa Kuroko begitu menurutinya.
". . ."Kuroko yang menyadari Akashi datang, mulai mengangkat wajahnya.
"Kenapa kau- tidak melarikan diri?"
"Jawab!"
'Jangan bersuara!' Akashi ingat kalausanya, ia memerintahkan Kuroko untuk tidak bersuara, karena itu ia tetap tak menjawab.
Meski Kuroko ketakutan hingga, tubuhnya gemetar hebat ia tetap tak akan menjawab sampai-
"Kau sudah bisa berbicara, jadi jawablah"
"Go-gomennasai~ gomennasai~" ucap Kuroko dengan tubuh menggigil.
"Sudahlah, kemari lah" ucap Akashi kini merasa iba.
Akashi mengulurkan tangannya, namun belum sampai di raih oleh Kuroko, tubuhnya sudah jatuh ke lantai.
Bruk!
"O-i?"
.
"Nii-san~" dengan air mata Kuroko mengumamkan sang kakak.
"Tetsuya, bangun Tetsuya" ucap Akashi kini dengan suara, yang lebih redah.
"Engh?" Kuroko mulai membuka matanya, dan meratap sekeliling.
"Makanlah ini dulu, sebelum kau tidur" ucap Akashi menaruh bubur di sisi kasur .
"Emp" Kuroko mengangguk, dengan wajah terkantuk kantuk ia memakan bubur itu, dengan sangat perlahan.
"Empp anoo~" ucap Kuroko seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa, katakanlah bila kau ingin mengatakan sesuatu" ucap Akashi menatap tajam, disaat yang bersamaan Kuroko kembali takut.
"A-no, saya belum tahu nama tuan-?"
"A-apa!?" Tanpa sengaja, Akashi kembali meninggikan suaranya.
"Gomennasai gomennasai-" Kuroko kembali ketakutan, tanpa berani menatap wajah Akashi.
"Berhentilah meminta maaf! Dengarkan baik baik namaku, mungkin kau akan mengingat sesuatu. Namaku Akashi Seijuuro"
"Emp, gomenasai~" ucap Kuroko masih ketakutan.
"Kalau begitu tidurlah, aku akan tidur di ruangan lain" ucap Akashi keluar dari kamar.
TBC
