Sudah menjadi rahasia umum tentang gerakan orgnisasi gelap di setiap negara. Tak terkecuali Korea Selatan. Ditengah hiruk pikuknya kehidupan di negri gingseng itu, berdirilah organisasi besar bernama Black Fox , sindikat jual beli narkotika dan senjata yang sudah berdiri sangat lama. Siapa yang tak kenal dengan organisasi berlambang rubah hitam itu.
Pasarnya yang mencakup Korea dan negara negara tetangga membuat Black Fox menjadi satu satunya organisasi dominan di Korea. Namun, beberapa tahun kemudian, organisasi ini akhirnya memiliki pesaing yang tangguh, Red Dragon. Berkuasa di China dan menaklukan setengah pasar di Amerika, membuat organisasi ini menjadi satu satunya lawan berat.
Red Dragon menancapkan cakarnya di Korea selatan, setelah persaingan sengit beberapa bulan, ia bermaksud menggilas organisasi Black fox untuk memonopoli pasar. Dan akhirnya mereka pun berhasil menaklukannya. Membuat Black Fox menjadi hanya sebuah nama.
Dan tampaknya, pemimpin mereka berniat menghabisi setiap nafas yang tersisa dari organisasi rubah hitam itu..
.
.
HUNT YOU DOWN
MainCast: Chanyeol, Baekhyun,Sehun, Dll
Pairing: Chanbaek/Hunhan/Chenmin/Taoris
Rated: M
Warnings: typo, cerita abal, istilah aneh.
Yaoi, boys love, DLDR
enjoy
.
.
Chapter 1
Suara berisik menggema disebuah ruangan berpencahayaan minim. Terlihat 1 orang pria berkulit putih yang sedang berduel dengan 3 orang bersenjata balok kayu yang mengepungnya. Serta lusinan pria berpakaian serba hitam yang tergeletak tak sadarkan diri. Pria berkulit putih itu penuh memar di Tubuhnya yang topless, beberapa goresan benda tajam juga terlihat di lengannya, membuat darah sedikit keluar dari luka itu.
Tampak seorang pria dengan kemeja putihnya sedang bersedekap, menonton duel itu dengan tatapan datar, dikelilingi beberapa pria lain dengan sikap siaga.
Di arena duel seorang lelaki yang mengepungnya itu menyerang dengan ayunan Balok kayu mengarah ke kepalanya, dengan sigap ia menghindar dan menyerang sampai lelaki itu terjatuh dan balok kayu yang dipegangnya terlepas. Sebelum dapat berkutik, si pria putih menginjak leher lelaki yang tersungkur. Menyelesaikan pria itu dalam hitungan detik. Begitu juga dengan kedua pria yang lain. Membuat nya menjadi satu satunya pria yang berdiri di arena duel itu.
Lelaki yang dari tadi memperhatikannya kemudian bertepuk tangan dengan lambat. Clap clap clap.
"Impressive, no 738. Latihan mu tak sia sia. Ingin sekali aku mengepung mu dengan lusinan orang lagi tapi…. Kau hanya membuang buang anak buah ku." Kata pria itu sambil bersedekap lagi dengan angkuhnya. Sementara Mr. 738 ini hanya memandang si pria dengan wajah stoic nya.
"panggil tim elit ku." Perintah si pria ini pada seorang anak buahnya. Anak buah itu membungkuk patuh dan berbicara pada seseorang lewat earphone nya.
Tak lama, pintu menjeblak terbuka dan 4 orang pria masuk dengan angkuh. Beberapa anak buah yang mereka lewati membungkuk patuh. Sesampainya mereka di hadapan si pria yang masih berdiri di balkon itu, ke empatnya menunduk hormat.
"no. 738, perkenalkan ini tim elit kebangganku. The phoenix. Dan kalian, 738 adalah anggota baru untuk mengisi kekosongan sebelumnya. Perlakukan dia dengan seharusnya." Kata si pria, tim elit tersebut mengangguk patuh.
"kalian boleh pergi" katanya lalu mereka berempat dan no. 738 pun pergi.
.
.
"akan kuburu semua orang mu, Siwon." Kata pria itu sambil tersenyum menyeramkan
ooo
Tim elit barusan masuk kedalam markas mereka dengan no. 738 yang mengikuti di belakang. Markas itu sangat luas, penuh dengan peralatan canggih, senjata yang tersimpan dengan rapih, serta penuh dengan makanan dan alcohol.
Pria yang paling pendek duduk disofa, memperhatikan no 738 dengan pandangan menilai, lalu Pria dengan muka kotak berjalan ke kulkas, mengambil beer dan duduk disofa disamping pria pendek itu. sementara pria berkulit tan mengambil keripik di sebuah lemari dan duduk di kursi tak jauh dari sofa.
"Ini markas utama, diperuntukan untuk The phoenix. Kapanpun kau dipanggil untuk tugas, aku tak peduli kau sedang sekarat atau tidur dengan Rihanna, kau harus datang kesini. Dan, kupikir kau sudah mengetahui siapa kami, jadi, mari kita mulai denganmu." Kata pria yang paling tinggi diantara mereka.
"sehebat itukah dirimu sampai kau berfikir aku mengenalmu?" kata no. 738. Si muka kotak langsung berdiri dan berjalan dengan berapi api kearah no 738. "JAGA BICARAMU ANAK BARU" Kata pria itu sambil mengambil pistol disakunya secepat kilat dan mengarahkan tepat didahi no 738, sementara si pria yang ditodong oleh pistol itu masih memandang lawannya dengan wajah datar.
"JASON!" tegur pria yang paling tinggi. Jason mendengus keras, menarik kembali tangannya. "jangan pikir karna tuan Kris mengangkatmu langsung kau mendapatkan tempat special disini. Tunjukan rasa hormatmu pada ketua. Mungkin kau lupa dia calon pemimpin selanjutnya." Kata Jason gusar lalu kembali duduk.
Sekarang gantian si Pria tinggi tadi yang menghampiri no.738 dengan tangan dimasukan ke saku.
"baiklah jika kau tak mengenalku. Aku Clark ketua tim ini. Jason yang baru saja hampir meledakkan kepalamu adalah pemimpin dari pasukan pertempuran jarak jauh. Matthew yang duduk di dekatnya adalah ahli strategi pertarungan kami, kepala tim observasi dan jangan meremehkan dia dalam persenjataan. Jason dan Matthew kadang pergi "berburu" bersama, kau tau? Dan mereka tak pernah gagal sekalipun.
Sementara pria yang sibuk mengunyah keripik itu adalah Kenneth, dia juga merupakan ahli petarung jarak dekat dan ketua tim pertahanan. Sergio, anggota kami yang kau gantikan tempatnya ahli dalam persenjataan. Nah, bagaimana denganmu anak baru?" kata Clark sambil mengangkat sebelah alisnya, menilai si pria putih ini.
No 738 diam tak menjawab, lalu dengan sigap ia menyerang Clark, melayangkan tinju nya yang dengan cepat ditangkis oleh si ketua. No 738 tak menyerah, ia mengincar leher Clark, dan titik vital lain. Namun bisa dilumpuhkan dengan hitungan detik oleh si ketua, dan ia pun menyerang balik no 738 sampai si putih berlutut dan memegangi dadanya yang sakit. Dia bahkan sempat terbatuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.
"cara yang unik untuk menunjukan spesialisasimu. Jelas sekali kau adalah petarung jarak dekat." Kata Clark santai sambil melipat kedua tangannya.
"pilih namamu. Nama yang akan kau gunakan saat bertugas. Tak mungkin kami memanggil nama aslimu atau menyebut nomor bodohmu itu kan?" Celetuk Matthew.
Sekelebat bayangan terpintas di benak no 738, sampai akhirnya ia memutuskan pilihan. "Steve." Katanya singkat sambil mencoba bangun, menahan rasa sakit dan malu akibat kecerobohan yang dia lakukan tadi.
"Baiklah Steve, Benahi lagi kuda kudamu. kau butuh ratusan latihan jika ingin menyerang ku" Kata Clark lalu berbalik pergi dengan santai. Jason memberikan senyum remehnya dan mengikuti Clark. Disusul dengan Matthew. Kenneth yang tadi sibuk menonton, segera bangkit dan menghampiri Steve.
"kau tak berfikir dia diangkat menjadi ketua tim hanya karena dia spupu Tuan Kris kan? Dia adalah kepala dari pemimpin setiap bidang. Terbaik dari kami semua. Pikir dua kali jika kau ingin bertindak seperti tadi." Kata Kenneth sambil menepuk pundak Steve lalu pergi.
ooo
Beberapa bulan kemudian
Matahari sudah terbit di Seoul. Cahayanya mengintip masuk dari celah celah tirai sebuah kamar apartemen dengan suara desahan yang menghiasi datangnya pagi. Diatas Kasur, tampak 2 orang pria yang sedang terbakar oleh gairah.
"argh…. Eung… Yeolie.. " desah pria yang lebih kecil, menikmati setiap tusukan di hole nya dari sang kekasih. Badan mereka sudah lengket dengan keringat yang bercampur sperma dari pergulatan ronde sebelumnya. sebenarnya pria itu sudah cukup lelah, namun sang seme sepertinya belum menunjukan ingin berhenti.
"argh…. Kau masih saja sempit Baek" kata Laki laki yang lebih tinggi sambil terus menggerakan pinggulnya. Setelah beberapa kali hentakan, mereka berdua pun sampai pada klimaksnya.
Chanyeol, lelaki yang lebih tinggi itu, segera merebahkan dirinya disamping Baekhyun, kekasihnya. 3 ronde di pagi hari cukup melelahkan. Mengingat hampir semalaman mereka tidak tidur karena melakukan kegiatan yang sama.
"kau bergairah sekali akhir akhir ini, kenapa eum?" kata Baekhyun manja sambil merebahkan kepalanya di dada Chanyeol. Ia bisa mendengar jantung Chanyeol yang berdegup cepat, mencoba mengatur oksigennya setelah kegiatan mereka barusan.
"aku hanya rindu padamu sayang." Baekhyun terkekeh, bagaimana bisa Chanyeol merindukan Baekhyun disaat mereka bertemu setiap hari.
Chanyeol dan Baekhyun sebatang kara, mereka bertemu di subway dalam perjalanan pulang, beberapa kali bertemu mereka akhirnya baru tau bahwa keduanya tinggal di apartemen yang sama dan hanya berbeda lanati. Dan mulai dari saat itu, mereka pun sering menghabiskan waktu bersama, berkencan, lalu memutuskan untuk pindah dan tinggal berdua.
Menjalani hari sebagai pasangan kekasih di sebuah apartemen sederhana namun sangat nyaman didaerah Seoul.
"wae? Kau tak suka?"
"bukan begitu… hanya saja bagaimana mungkin kau merindukanku disaat kita bertemu setiap hari."
"entahlah. Mungkin Karena aku mencintaimu."
"aku juga." Kata Baekhyun sambil mengecup bibir Chanyeol. Si tinggi membalas ciuman itu, membuat Baekhyun tersenyum dicelah ciumannya.
"baiklah, aku sudah terlambat, aku akan mandi dan bersiap" kata Baekhyun bangun, bergegas untuk mandi. Melihat tubuh naked uke nya yang berjalan ke kamar mandi membuat junior Chanyeol menegang lagi. Saat Baekhyun sudah berada di bawah pancuran, lelaki tinggi itu diam diam masuk dan ikut mandi bersama. Tentu saja disertai kegiatan yang mengharuskan mereka mandi lagi.
Itulah kehidupan Chanyeol dan Baekhyun, penuh cinta. Sangat bahagia.
Setidaknya untuk sekarang
.
.
Baekhyun sedang membuat pesanan pelanggan nya saat itu, ia bekerja sebagai barista di sebuah Coffee shop yang cukup terkenal. Karena sifatnya yang ramah dan senyumnya yang menggemaskan, membuat para pembeli terus datang dan menjadi pelanggan tetap. Setiap hari adalah hari sibuk untuk Baekhyun, namun dia sangat menikmati hal itu.
"1 cappucino latte. Take away." kata seorang wanita, Baekhyun yang sedang sibuk meracik melihat wanita itu sepintas, dan mendapati wanita itu juga sedang memandangnya.
"mau apa dia?!" batin Baekhyun. Namun pria itu tetap menampilkan senyum terbaiknya sambil meracik pesanannya. "1 cappucino latte untukmu nona, terima kasih, selamat menikmati" kata Baekhyun menyerahkan capucino buatannya, wanita itu tersenyum manis sekali sambil memberikan uang pada Baekhyun.
"tip untuk barista menggemaskan sepertimu" kata nya, Baekhyun mengambil uang itu lalu memasukannya ke saku. "terima kasih banyak nona. Jangan lupa datang lagi." Dan wanita itu pun pergi dengan smirk yang sangat menyebalkan dimata Baekhyun.
"menggemaskan katanya? Tunggu sampai ku jambak habis rambut nya itu." Batin Baekhyun. Lalu segera menguasai dirinya lagi dan melanjutkan bekerja.
.
.
Shift Baekhyun sudah selesai, ia segera bersiap untuk pulang.
"hai Baek, kau baru mau pulang ya?" kata Luhan, teman barista Baekhyun yang luar biasa cantik meskipun dia laki laki. Beberapa orang bahkan salah mengira bahwa Luhan itu perempuan.
"iya aku baru saja mau pergi. Kau mengambil extra shift?" pria bermata rusa itu mengangguk. Luhan bukan warga negara asli Korea, ia tinggal dengan paman dan bibinya disini, beberapa bulan lalu, Pamannya meninggal dunia, dan Luhan lah yang harus menafkahi bibinya, semenjak kedua orang tuanya menghilang, Paman dan Bibi nya lah yang merawat pria itu.
"arraso, kalau begitu aku pulang dulu ya. Sampai bertemu lagi." Kata Baekhyun sambil memberikan senyum ramahnya.
"sampai jumpa Baek."
Ia pun keluar dari Coffee shop itu dan merapatkan mantelnya, saat itu sudah malam dan Seoul akan memasuki musim dingin. Pasti sangat menyenangkan pulang kerumah, mandi air hangat, minum susu dan berpelukan dengan Chanyeol diatas ranjang, menghangatkan satu sama lain.
Tapi, sepertinya ia belum bisa pulang sekarang.
"mau apa dia kemari" gumam Baekhyun sambil merogoh saku celananya, mengeluarkan uang tip yang diberi wanita tadi, Baekhyun mendengus saat melihat uang itu. uang kumal penuh coretan yang tak layak digunakan. Ia memandang lekat lekat. Sampai sebuah deretan kata menangkap perhatiannya. Baekhyun mengernyit, itu adalah Sebuah alamat.
Baekhyun menjejalkan uang itu ke dalam sakunya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan singkat:
To : Chanyeolie
Chagi, maaf aku pulang terlambat, ada yang harus kuselesaikan. Aku tak akan lama. Sampai bertemu di rumah. Saranghae :*
Ia menghapus pesan itu, mematikan ponselnya dan memasukannya kembali ke saku mantel., setelah memperhatikan sekeliling, ia langsung berjalan dengan sedikit terburu buru. Menuju ke sebuah alamat yang tertulis di uang itu.
"aku tak pernah menyukai nenek sihir itu." Gumamnya
ooo
Ia sampai disebuah apartemen reyot di sudut kota, ia mengetuk pintu itu dan wanita yang datang ke coffee shop tadi membukakan pintunya.
"hai tuan barista" kata wanita tadi meledek. "diam kau." Semprot Baekhyun malas sambil masuk ke ruangan itu. ditengah ruangan terdapat sebuah meja dengan beberapa gelas dan botol vodka. Matanya menangkap seorang pria yang sedang duduk. Seseorang yang ia kenal.
"teranyata benar kau menjadi barista? bukankah dengan uangmu sekarang kau bahkan sanggup membuka belasan Coffe shop" kata pria itu, Donghae, atau yang biasa Baekhyun panggil dengan sebutan Dylan.
"aku lebih memilih hidup biasa saja. agar tak mencolok." Sahut Baekhyun santai sambil mengambil kursi dan duduk di dekat Donghae.
"tetap saja kau barista menggemaskan." Kata si wanita tadi sambil berjalan mendekat kemeja. "berhenti memanggilku menggemaskan atau kutarik keluar lidahmu!"
"ah, kau masih sama seperti dulu. Tunjukan rasa sopan santunmu pada yang lebih tua" kata Donghae sambil terkekeh. Wanita tadi adalah Victoria dengan kode nama Vic, salah satu pemimpin divisi di organisasi Baekhyun (dulu) berada.
"kau tau, aku tak pernah mengharapkan untuk bertemu dengan kalian dalam waktu dekat" kata Baekhyun sambil mengambil gelas dan menuangkan vodka ke gelas itu lalu meminumnya.
"kami pun begitu." Kata Victoria dengan tampang menyebalkan.
"langsung saja pada intinya, apa yang kau mau dariku?"
"ada sesuatu yang harus kau tau Brian" kata Donghae sambil meminum Vodkanya.
"apa itu? Dan, Jangan memanggilku Brian, aku sudah tak menggunakan nama itu."
"sepertinya kau akan menggunakan nama itu lagi" lanjut Donghae, bersamaan dengan Victoria yang mengeluarkan sebuah map coklat dari tasnya dan melemparkan map itu ke atas meja, tepat di depan Baekhyun.
Baekhyun membuka map itu, matanya melebar. "Hadwin, dia tewas beberapa hari lalu." Kata Donghae menjelaskan sementara Baekhyun masih sibuk membaca. Berkas tentang kematian Kim Heechul atau Hadwin. Salah satu agen yang cukup dekat dengannya. Foto foto yang ada dalam berkas itu sangat jelas menggambarkan luka luka Heechul, kondisi tubuhnya menunjukan pria itu disiksa dulu sebelum dibunuh.
"bagaimana mungkin?" Baekhyun menatap Donghae tidak percaya, Heechul merupakan salah satu anggota tim utama di Divisi yang Baekhyun pimpin. Heechul bukan anggota kelas bawah yang bisa dienyahkan begitu saja.
"hanya ada satu jawabannya, dan kau sendiri tau itu kan?" kata Donghae serius sekali. Dia juga sebenarnya tak menyangka dengan insiden ini.
"Serena juga mendapatkan serangan, seseorang berniat membom kediamannya. beruntung wanita itu mengosongkan rumah beberapa menit sebelum ledakan itu terjadi." Timpal Victoria, wajahnya terlihat khawatir, Serena, atau Soyou adalah agen yang sudah tidak aktif lagi. Kenapa dia diserang?
"jadi kau pikir, kelompok Red Dragon yang melakukan ini, Dylan, bukan kah ini terlalu…. kentara? Maksudku, cara mereka tidak seperti biasanya. Red Dragon terkenal dengan-
"serangan diam diamnya, hening dan mematikan. Melenyapkan bukti dengan mudah. Ya ya ya, kita tau itu Brian" kata Victoria sambil memutar bola matanya malas. "lalu siapa lagi? Musuh bebuyutan Black Fox yang masih berdiri Cuma Red Dragon." Lanjutnya. "tapi itu tak bisa dijadikan satu satunya indikasi!"
"lihat foto ini." Kata Victoria kesal, sambil menunjukan sebuah foto, foto punggung Heechul dengan luka sayatan berbentuk lambang naga merah. ya, ciri khas Red Dragon.
"lalu apakah yang lain sudah tau?"tanya Baekhyun sambil mengusap kepalanya frustasi.
"belum. Kami masih mencoba menghubungi mereka, kami menemukanmu lebih dulu karena kau lah satu satunya anggota tim elit yang tinggal dikorea setelah aku dan Vic."
"lalu.. apa mau mu? Kau tau, aku sudah pensiun" Baekhyun sudah pensiun dari tugas ini, ia hanya ingin hidup normal, Terlebih ia memiliki Chanyeol sekarang.
"tidak ada kata pensiun dalam dunia ini Brian, entah kau suka atau tidak. Hal itu seperti permen karet yang menempel pada sepatu mu. Ia akan terus mengikutimu kemanapun" jelas Donghae.
"kami harus membentuk kembali kelompok Indigo, tak ada pilihan." Sahut Victoria, serius sekali. Sudah lama ia tak melihat Vic seserius ini.
"dan bagaimana jika aku tak mau?"
"kau harus mau jika dirimu ingin selamat. Akan tiba giliran dimana mereka menyerangmu. Kita harus mempersiapkan diri. Bukan untuk organisasi, tapi untuk nyawa kita ."
"sejujurnya aku tak mau memohon padamu, tapi posisimu sangat dibutuhkan disini." Kalau begitu coba mohon padaku batin Baekhyun. Tapi melihat Victoria yang sedang serius seperti ini tampaknya ia tak bisa diajak bercanda, salah sedikit leher Baekhyun akan digorok olehnya.
"seyakin itu kah kau? Bahwa Red Dragon akan menyerang kita"
"ya. Karena mereka sedang memburu kita sekarang." Kata Donghae, Baekhyun bisa melihat sedikit kekhawatiran di sinar matanya
.
.
Sementara itu disebuah tempat yang lain
Chanyeol tengah membaca pesan yang dikirimkan kekasihnya, ia menghapus pesan itu dan mematikan ponselnya.
Ia lalu berjalan memasuki sebuah ruangan besar. Terlihat 4 orang pria sedang sibuk dengan urusannya masing masing. "semua berjalan lancar?" tanya Chanyeol sambil melepas mantelnya. Ia merogoh saku celana, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Menghisap rokok itu dan menghembuskan asap yang perlahan menghilang di udara.
"yes Clark, anak buahku sudah menghabisinya. Mereka pasti sangat bersenang senang." Kata Jason terkekeh,sambil memutar mutar pistolnya di meja, seolah pistol itu adalah botol.
"dan apakah mereka sudah mendengar kabar itu?"
"ya, sudah jelas" kata Matthew yang sedang bermain billiard dengan Kenneth. "aku berani bertaruh mereka sedang mencoba menghubungi anggota timnya yang tersisa."
"itupun kalau memang masih ada sisa" sahut Jason, dan mereka pun tertawa.
"hm… apakah kalian tau siapa yang kalian buru?" tanya Steve yang sedang bersender di dinding dengan ekspresi dingin, pertanyannya membuat suara tawa berhenti., Kenneth menahan tawanya , tersenyum maklum, sementara Jason menoleh dengan senyuman remehnya.
"tentu saja kami tau siapa yang kami buru" kata Jason sambil melipat tangannya, melemparkan pandangan "kau ini bodoh sekali atau apa"
"tapi ada perubahan dalam misi ini." Sahut Chanyeol sambil duduk di sebuah sofa. Sekarang semua mata tertuju padanya.
"kalian pasti tau, team Phoenix hanya akan beroperasi untuk tugas penting, jarang sekali para pemimpin seperti kita dibentuk dalam sebuah tim dan turun langsung dalam pertempuran kan? Misi kita kali ini adalah Tim elit dari Black Fox"
"tim elit Black Fox? Maksudmu, yang disebut orang orang sebagai kelompok Indigo?" tanya Kenneth memastikan,
"ya. Merekalah sasaran kita sebenarnya. pria yang kalian bunuh sebelumnya hanya anggota utama di sebuah divisi. Umpan awal yang bagus untuk menarik mereka keluar."
"aku pernah mendengar soal mereka dari perbincangan singkat para agen di tempat karantina. Kelompok indigo… Mereka seperti bayangan, berada ditengah nyata dan tidak nyata. Seperti menangkap asap dengan tanganmu." Kata Steve menerawang.
"ya, kau tidak tau kemampuannya. Siapa mereka, bagaimana penampilannya. Mereka cukup hebat menutup diri sampai kami tidak bisa menembus informasi mereka saat itu."
"tapi berbeda dengan sekarang. Dan tuan Kris hanya memberikan satu misi." Chanyeol terdiam, memastikan anggotanya mendengar baik baik.
"bunuh mereka semua." Lanjut pria itu.
"kalian pemimpin di bidang masing masing, aku yakin kalian bisa menemukan strategi baru untuk memburu target kita yang satu ini" kata Clark, menghembuskan asap rokoknya. Jason tersenyum dingin, dia menyukai tugas ini, Kenneth mengangguk angguk sementara Matthew melipat tangannya sambil tersenyum kecil. Sudah lama ia tak berburu lagi. Keduanya lalu melanjutkan permainan mereka.
"Dan untuk mu Steve, jika kau cukup berani untuk menyerangku, kupikir kau sudah siap untuk terjun langsung dan memimpin tim di serangan berikutnya." Chanyeol menoleh ke Steve dengan tatapan tajam.
Lalu ia bangkit mengambil sekaleng bir di kulkas dan pergi keluar, menikmati udara malam dengan rokoknya.
"semoga berhasil dengan tugas pertama mu menjadi ketua Steve." Kata Kenneth tanpa mengalihkan pandangan dari bola.. Tidak seperti yang lainnya, Steve bukan lah seorang petinggi atau ketua. Dia hanya anggota biasa, kelas bawah. Sementara Chanyeol, Matthew, Jason dan Kenneth sudah mengabdi pada organisasi ini bertahun tahun, begitu juga dengan keluarga mereka. Tak heran mereka diangkat menjadi ketua karena loyalitas dan kemampuannya. Sementara steve, ia beruntung karna bakat membunuhnya yang luar biasa, tuan Kris meliriknya untuk dimasukan ke pelatihan khusus dan diangkat langsung menjadi anggota.
Mungkin bos besar mereka sedang sangat butuh orang karena kehilangan salah satu anggota pentingnya di insiden itu.
Jason bangkit, mengayun ngayunkan pistolnya, ia sedikit berharap pistol itu akan terlepas dan mengenai kepala si anak baru. Ia berhenti di depan Steve, memberikan smirk khasnya.
"diangkat langsung oleh Tuan Kris, ditugaskan memimpin tim meskipun kau hanya kelas bawah, kau pasti makin besar kepala" katanya sambil mendengus. Sementara Steve memandangi si muka kotak itu dengan datar. Ingin sekali ia menggorok leher pria ini.
"semoga berhasil." Kata Jason remeh sambil berjalan pergi. Baru saja 2 langkah pria itu berhenti, "oh iya" katanya sambil membalikan badan, menghadap Steve yang masih menatapnya tak minat
"tim yang akan kau pimpin dalam operasi selanjutnya adalah orang orangku. Jadi… aku harap kau tak membuat banyak dari mereka mati disana karena kebodohanmu." Kata Jason dengan nada sangat menyebalkan. Setelah selesai meremehkan si anak baru, Jason berjalan keluar, meninggalkan markas itu.
"aku tak percaya dengan keputusan Clark ini." Kata Matthew bermonolog lalu menyelesaikan permainan dengan kemenangan ditangannya. "dia menyuruh orang spesialisasi pertempuran jarak dekat memimpin tim pertempuran jarak jauh? Tidak pernah memimpin pula" lanjut Matthew terkekeh sambil geleng geleng kepala. Ia meninggalkan meja billiard dan berjalan melewati Steve. "ayo, kurasa kau butuh mencoba beberapa koleksi senjata" katanya sambil lewat.
"dan kenapa aku harus menurutimu?" tanya Steve sambil mengangkat sebelah alisnya
Matthew berhenti, menolehkan kepalanya "kau bicara seolah punya pilihan saja." kata Pria itu sambil mendengus. Lalu melanjutkan jalannya.
"asal kau tau, banyak orang rela membunuh untuk bisa menyentuh senjata koleksi Matthew, turuti saja!" kata Kenneth antusias, membalikan badanya sambil melipat tangannya. Steve menimbang nimbang, akhirnya ia pun setuju dan mengikuti Matthew keluar ruangan
"hm.." gumam kenneth saat melihat punggung Steve menjauh. Sesuatu tentang pria itu menarik perhatiannya.
.
.
Chanyeol yang sedang berada di halaman belakang markasnya sedang menikmati rokok dan memandang langit malam. Dia bukan tipikal pria yang mengagumi indahnya bulan. Chanyeol bukan orang speerti itu. dia pria bengis yang telah menghilangkan banyak nyawa ditangannya.
Tapi beberapa bulan ini ia bertemu seorang pria mungil yang mencuri hatinya. Meskipun baru bersama dalam hitungan bulan, Chanyeol sangat menyayangi pria itu. Dia tidak pernah jatuh cinta
Dan Baekhyun adalah orang pertama yang mencuri hati Chanyeol. Dengan wajah menggemaskan, senyumnya yang manis dan sikapnya yang ramah pria itu membuat Chanyeol merasakan kehidupan normal. Layaknya orang pada umumnya.
Chanyeol merupakan seorang fotografer freelance. Hal itu memudahkannya untuk pergi kemanapun jika tugas memanggil. Tentu uang bukan masalah baginya, tumpukan won dan dollar menggunung di rekeningnya, pekerjaan ini hanya sebagai kedok.
Biasanya setelah memotret sana sini Chanyeol akan pulang kerumah dan menjadi orang yang berbeda, menghabiskan hari harinya bersama Baekhyun.
Namun.. mengingat tugas mereka sekarang, Chanyeol ragu dapat memiliki kehidupan normal seperti yang dia inginkan.
ooo
Baekhyun baru saja sampai di apartemen, ia segera mandi, tak mau Chanyeol mencium bau alcohol menguar dari mulutnya. Baekhyun bukan peminum, setidaknya itu yang Chanyeol tau.
Baekhyun terdiam dibawah pancuran shower. Pikirannya berputar putar. Sudah 2 tahun lebih kejayaan organisasi runtuh setelah pemimpin mereka, Siwon, gugur dalam penyerangan itu. Kepala tim menyuruh mereka untuk pergi, karena team Indigo harus tetap menjadi rahasia.
Para ketua divisi dan team indigo yang tersisa akhirnya berkumpul dan menentukan langkah selanjutnya. beberapa dari mereka tetap menjadi anggota aktif dibawah puing puing Black Fox, membuka bisnis hitam sendiri dan sisanya memutuskan untuk membubarkan diri, menjalani hidup normal yang mereka inginkan. Namun ternyata si psikopat gila pemimpin Red Dragon tak berhenti sampai situ
Mereka menargetkan Team Indigo dengan yang lainnya sekarang. Mengingat buruan Red Dragon adalah para pemimpin di organisasi , Baekhyun yakin sekali lawan naga merah itu akan mengumpulkan orang orang terbaiknya, orang orang yang Baekhyun tak tau seperti apa.
Dalam dunia bisnis gelap, identitas adalah hal yang harus kau jaga. Karena sekali saja terbocor latar belakangmu, lawan akan sangat mudah melumpuhkan dirimu. Red Dragon dan Black Fox merupakan organisasi terbaik dalam hal itu.
.
.
Chanyeol masuk ke kamar mandi dengan tubuh naked, entah sejak kapan lelaki itu sampai dirumah. Baekhyun terlalu sibuk dengan pikirannya. Dia sedkit terlonjak saat merasakan tangan Chanyeol memeluknya dari belakang.
"kau mandi duluan?" kata Chanyeol berbisik sambil menciumi dan memainkan daun telinga serta menyesap leher Baekhyun. Baekhyun hanya tersenyum malu. "aku malu… aku kan bau" kata Baekhyun manja. Chanyeol memutar badan Baekhyun, membuat si pendek itu menghadapnya sekarang. Lalu dalam hitungan detik Chanyeol meraih bibir baekhyun, memagutnya dengan lembut, beberapa lumatan sampai pagutan itu terlepas.
"I want you." Kata Chanyeol dengan suara beratnya dan pandang tajam. "i'm yours." Jawab Baekhyun, Chanyeol kembali memagut bibir Baekhyun dengan rakus, dan hal itu berlanjut sampai kegiatan panas mereka di kamar mandi.
Tanpa mengetahui apa yang ada di pikiran pasangannya.
.
.
Apakah ada… masa depan untuk kita bersama?
.
.
TBC/END?
A/N
Halo. Aku membawa ff rated m pertamaku. Mungkin cerita nya abal, mainstream, banyak typo dan semacamnya tapi ini murni dari imajinasi gembel ku. Huehehe. maaf kalo banyak istilah aneh dan ganyambung.. aku tak pintar~
Untuk yang kecewa adegan ena ena nya seemprit doang, tenang aja, semakin berjalan cerita akan semakin bertebaran.
Gimana nih menurut kalian dilanjutin atau ga?
Untuk ff aku yang masih process tenang aja, tetep aku lanjutin kok.
Mueheheh. Mohon review nya Chinguduel. Review mu penyemangatku :"3 (seriusan)
Chanbaek is real!
-Moza
