Dasar lelaki dingin yang kaku dan membosankan.

Sungguh, seandainya kau adalah pria terakhir di planet ini, aku tetap tidak akan mau memilihmu.

Meski begitu, kau dan seluruh sifatmu menjadi alasanku mengapa aku jatuh untukmu.


The Reasons

===OO===

The Reasons project

Story © Giselle Gionne

Harvest Moon by Natsume

Genre: Romance / Drama

Rate: T

===OO===


Seorang manusia yang dingin, tidak pandai bicara, terasingkan, dan serentetan kalimat negatif lainnya, hanya akan menuai komentar negatif pula dari mereka yang berada di sekeliling orang tersebut, tanpa memiliki komentar positif untuk mencintai orang itu secara seutuhnya.

Aku, termasuk dari salah satu mereka yang turut memberikan komentar negatif mengenai orang-orang dingin semacam ini.

"Kau, sangat kaku. Kau juga dingin dan tidak peka."

Lain waktu, aku kembali melayangkan pendapat negatifku.

"Kau tidak mengerti, ya, kalau kau itu sangat sarat kata, alias membosankan."

Dan di waktu yang lain lagi, mulutku kembali meracau.

"Pria dewasa yang tidak menarik."

Namun, entah kalimat sakti hasil penyihir apa yang merasukiku, hingga akhirnya aku termakan senjata makan tuan sendiri.

Aku jatuh cinta dengan lelaki yang kerap aku komentari secara pedas dan terlalu jujur tersebut.

Pesona dirinya sangatlah kuat. Aku hanya bisa memindai kembali kalimat-kalimatku yang mengusik hatinya.

Begitu indah ciptaan Tuhan untuk yang satu ini.

Diantara sekian banyak lelaki yang terlahir di dunia, hanya ia satu-satunya lelaki yang mau memaafkanku atas segala perbuatan dan kalimat tidak sedap yang aku persembahkan untuknya di masa lampau.

Ia bahkan dengan sabar menunggu diriku yang termasuk lamban dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Kedewasaan dirinya mengantarkan keuntungan bagiku, dan bagi dirinya. Hanya ia pria lajang namun tampan ini yang menurutku paling dewasa. Penuturan kalimat maupun tindakan dan ketenangan sikapnya dalam mengambil keputusan, tidak ada yang mampu menandinginya.

Bahkan, ketika aku bersikap ceroboh dan kekanakan sekalipun, ia akan tetap meniti diriku agar melihat dunia melalui beragam perspektif. Ia menunjukkan pandangan positif dan negatifnya mengenai topik yang tengah beredar, maupun topik yang tengah kami bahas. Dengan cara demikian, aku mampu berpikir banyak.

Sikapnya yang kaku dan dingin tersebut, tidak lain dan tidak bukan terbentuk akibat masa lalu yang dulu ia alami, dan ia lewatkan dalam tekanan berat serta kekecewaan. Ia menjadi seorang pribadi yang tidak pandai bertutur kata, pribadi yang tertutup, bahkan terlihat seolah menjauhkan dirinya dari sesuatu hal yang terlalu eksotis.

Dengan lancang aku pernah mengejeknya, mencemoohnya, tanpa mengetahui alasan pasti mengenai sikap pria tersebut.

Kini, aku belajar mengenai kesalahan sikapku yang bisa dinilai terburu-buru dalam menilai seseorang.

Dan, aku memiliki banyak alasan untuk membencimu, dan juga mencintamu.