Hai haii, minna! Ketemu lagi dengan Kisa desu! Bagaimana pendapat kalian dengan fict Same Confession Same Love? Agak kecepatan ya? Maaf, soalnya aku juga baru saja selesai ujian. Untuk fict kali ini aku janji deh ngga bakal koler. Karena habis ujian jadi mungkin banyak waktu untuk melanjutkannya. So, ikuti terus ya karyaku! XD
.
.
.
.
Beautiful Word
Kuroko Tetsuya x Shirou Tetsuya (OC)
.
.
.
Kuroko no Basuke
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
.
.
.
.
Warnings: typo(s), OOC, OC, I don't take any advantage by this fanfiction.
.
.
.
Januari 20xx
Awal tahun yang cukup dingin. Surai biru muda bergoyang tersentil angin manja. Pemuda tersebut tengah menunggu seseorang di samping lapangan basket jalanan. Sesekali ia melihat jam tangannya dan menghela nafas. Tak lama terdengar langkah kaki berderap mendekat ke arahnya. Pemuda tersebut mengangkat kepalanya dan menoleh menangkap sosok tinggi pemuda lain yang bersurai merah gelap dan alis bercabang.
"Kuroko!"seru pemuda itu. Kuroko pun berdiri dari duduknya. "Lama sekali, Kagami-kun,"ucapnya datar.
"Sori, aku ada masalah sebentar dengan Alex. Dia benar-benar berisik saat mau berangkat ke bandara,"ujar Kagami kesal sambil menggaruk-garuk kepalanya. Kuroko hanya menyahut dengan 'oh' saja dan mengangguk pelan.
"Oh ya, bagaimana kalau kita ke Majiba? Dingin banget di sini,"tawar Kagami.
"Baiklah,"
Keduanya berangkat menuju sebuah restoran cepat saji yang bernama Maji Burger atau disingkat Majiba. Setelah memesan makanan, mereka pun duduk di meja dekat jendela. Terlihat orang-orang berpakaian tebal berjalan lalu-lalang dengan cepat untuk mencari tempat untuk menghangatkan diri. Sambil menyesap vanilla shake kesukaannya, Kuroko menatap datar luar jendela.
"Oi, Kuroko,"panggil Kagami.
"Hm?"
"Kemarin kamu bertemu dengan Akashi lagi kah?"tanya Kagami.
"Iya, aku bertemu dengannya,"
"Terus ngapain aja?"
"Kepo banget sih kamu,"sahut Kuroko sambil menyesap kembali minumannya.
Reflek Kagami langsung mendengus kesal sambil memberi tatapan kesal dengan muka kayak aspal (maaf yaa).
"Haha, maaf, maaf, kemarin dia hanya meminta untuk ditemani jalan-jalan di sekitaran Tokyo. Katanya sih kangen,"ujar Kuroko.
"Kangen sama kamu atau kangen sama Tokyo-nya?"ejek Kagami.
"Kagami-kun, aku ngga maho tahu,"sahut Kuroko kini kesal.
Kagami pun tertawa renyah melihat temannya digoda seperti itu. "Maaf, maaf, aku bercanda saja kok,"ujar Kagami.
"Hati-hati nanti keselek loh kalau kamu seperti itu makannya,"ucap Kuroko kembali menyesap vanillashakenya.
"Keselek gimana maksud-muh-...uhuk! Uhuk!"ucap Kagami tersedak.
"Baru saja dibilangi. Kamu ini benar-benar, Bakagami,"ujar Kuroko sambil mengambil tisu di sebelahnya dan menyerahkannya pada Kagami yang terbatuk-batuk karena tersedak burger miliknya.
Tak lama kemudian, Kagami kembali tenang dan menikmati burgernya seperti biasa. Kuroko kembali menatap pemandangan luar jendela yang kini sudah berembun karena panas ruangan membuat jendela menjadi hangat dan membuat salju yang berada diluar meleleh beberapa butir menjadi uap air.
"Oh ya, Kagami-kun. Nanti bisa ke toko buku sebentar tidak? Aku ingin membeli novel yang baru saja diterbitkan oleh pengarang favoritku,"tanya Kuroko.
"Boleh saja, tapi jangan kelamaan loh ya. Jangan sampai aku pulang ternyata kau masih disana gara-gara kukira kamu sudah ninggalin aku duluan,"
"Kan karena pake missdirection, makanya ngga kelihatan,"sahut Kuroko datar.
"Ya siapa suruh kamu ngga kelihatan?!"
"Ngga ada yang nyuruh,"jawab Kuroko sedatar aspal. Oke, ini menyebalkan dan Kagami pun menjerit seperti orang kerasukan.
"Aaaah! Sudahlah pusing aku kalau diajak berdebat sama kamu!"
"Aku ngga ada nyuruh berdebat kok. Kagami-kun aja yang teriak sendiri,"
"Salah siapa coba?!"
"Salahmu sendiri,"
"Kurokoooo...!"
"Itu sih deritamu yah,"ucap Kuroko makin memanasi suasana.
Perbincangan mereka terus berlanjut hingga membuat satu restoran tertuju pada mereka –terutama Kagami- sedangkan Kuroko menyesap vanillashakenya dengan tenang. Namun, dalam hatinya ia sangat senang bisa medapatkan suasana ramai saat berbincang seperti dia saat ini. Bukan hanya ramai, ia juga merasakan betapa hangatnya hatinya disaat-saat bersama temannya yang selalu menyemangatinya seperti ini. Yah, meskipun bukan dalam artian sahabat sebenarnya karena persahabatan antara sesama laki-laki dengan sesama perempuan itu berbeda, terutama cara komunikasinya. Meski terlihat bahwa keduanya sering berdebat, namun itulah cara mereka mengkomunikasikan isi hatinya. Karena kalau cara komunikasinya sama seperti perempuan nanti dikiranya homo lagi.
Saat di toko buku.
"Kuroko, aku akan ke bagian majalah basket ya. Nanti kutunggu di dekat kasir dan jangan pakai missdirectionmu lagi loh,"ujar Kagami sebelum mereka berpisah.
"Baik, Kagami-kun,"sahut Kuroko.
Kemudian, keduanya pun berpencar ke bagian buku masing-masing. Kagami berada di deretan majalah sedangkan Kuroko berada di deretan novel remaja. Di rak buku novel tersebut berderet sejumlah besar buku-buku novel beraneka cover dan judul. Matanya dengan jeli membaca cepat judul demi judul buku-buku dengan tebal hingga seratus halaman itu. Hingga akhirnya ia menemukan yang ia ingin dan Kuroko segera mengambilnya.
Tiba-tiba ada sebuah tangan lain yang juga hendak mengambil buku tersebut, bahkan tangan orang tersebut lebih cepat dari dirinya. Hingga akhirnya kedua tangan mereka bertemu dengan tangan Kuroko berada di atas tangan orang tersebut.
"Ah,"ucapnya bersamaan dengan orang tersebut.
Kuroko menoleh ke arah orang tersebut dan matanya terbelalak saat mata mereka bertemu. Orang yang lebih dulu memegang buku yang sama adalah seorang gadis yang tingginya hingga pundaknya, berparas manis dengan keduanya yang berwarna biru langit sepertinya, rambutnya berwarna krim cerah lembut dan panjang bergelombang hingga pinggulnya diikat ekor kuda menggunakan pita biru muda.
Lama saling bertatapan gadis itu langsung merona merah dan langsung melepaskan tangannya panik. "Ma-ma-maafkan aku! Aku seenaknya saja mengambil. Ka-ka-ka-kalau kamu mau...kamu boleh ambil kok. Hu-huwaaa! Bukunya jatuh!"jerit gadis itu panik lalu berjongkok untuk mengambil buku tersebut.
Kuroko yang baru sadar dari lamunannya juga ikut mengambil buku tersebut. Dan lagi-lagi kedua tangan mereka bertemu lagi dengan Kuroko yang kini menggenggam tangan pucat gadis itu. Mereka kembali bertatapan lagi untuk beberapa saat.
"Indah.."
"Eh?"
"Indahnya mata itu.."ucap gadis itu menatap Kuroko tepat di matanya. Kata-katanya membuat Kuroko tak sadar bahwa ia juga merona karenanya.
Menyadari bahwa yang diajak bicara juga merona, gadis itu kembali merona."Ma-maafkan aku, ano...itu...aku bukannya bermaksud bilang begitu. Umm...maafkan aku!"ujar gadis itu panik setengah mati.
Entah kenapa bila Kuroko yang melihatnya gadis itu sungguh manis di matanya. Dan tingkahnya yang kaku itu mengingatkannya pada salah satu pemain Touo yang sering meminta maaf pada para kakak kelasnya hingga membuat mereka agak kerepotan menghadapinya. Kuroko tersenyum, lalu ia meraih tangan kanan gadis itu dan menggenggamkannya pada buku novel yang mereka pegang bersama.
"Tak apa, kamu boleh memilikinya. Lagipula gadis sepertimu pantas membacanya karena isinya cocok untukmu,"ucap Kuroko lembut pada gadis itu hingga membuatnya merona.
"A-a-a-ano, apa tidak apa-apa?"tanya gadis itu ragu-ragu dan tetap dengan wajah memerahnya.
"Um...tak apa,"jawab Kuroko mengangguk pelan seraya mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu.
"Te-te-te-terima kasih banyak!"ujar gadis itu membungkuk dalam-dalam.
"A-ano...sudahlah tidak usah terlalu berlebihan. Ayo berdiri,"ucap Kuroko bangkit dari jongkoknya dan membantu gadis itu berdiri.
Dengan kaku gadis itu berdiri dibantu oleh Kuroko dan kepala tertunduk. "Nah, sudah ya."ucap Kuroko mulai melangkah menjauhinya.
"A-ano!"
"Hm?"
"Ano...namaku Shirou Tetsuya. Terima kasih ya...ummm, namamu?"tanya gadis itu ragu-ragu.
"Kuroko Tetsuya, sama-sama Shirou-san,"jawab Kuroko sambil tersenyum simpul.
"Eh? Na-nama kita sama, ya...umm, terima kasih, Kuroko-kun!"ujar gadis itu kini tersenyum lebar padanya. Kemudian ia pergi meninggalkannya setelah membungkuk hormat.
Sesaat sebelum gadis itu pergi, Kuroko menatap gadis itu berjalan ke arah temannya. Ia memakai seragam yang berbeda dengan baju seragam perempuan di sekolahnya. Bisa dibilang bahwa gadis itu berasal dari sekolah yang berbeda dengannya. Seragam yang ia pakai berjas coklat muda dengan rok selutut bermotif kota-kotak berwarna merah dan hitam. Rasa penasaran akan gadis itu pun muncul dibenak Kuroko untuk yang pertama kalinya. Dari mana asalnya, dimana sekolahnya, dan dimana ia tinggal, pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di otaknya untuk yang pertama kalinya pula. Dalam seumur hidup ia tak pernah berpikir tentang wanita sebelumnya.
Ia bahkan masih sempat bertemu pandang dengan gadis bernama Shirou Tetsuya itu dari tempat rak buku novel dengan Shirou yang berada di kasir. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke bawah dan mencoba menatap Kuroko kembali untuk memastikan apakah benar ia sedang di lihat oleh Kuroko atau tidak. Saat mendapat respon dengan Kuroko tersenyum gadis itu pun tersentak dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak keras memompa darah. Kemudian temannya menepuk pundaknya dan menyadarkan dirinya. Dengan panik ia segera membayar bukunya dan lagi-lagi ia membungkuk meminta maaf karena malu. Kemudian, ia dan temannya pun pergi meninggalkan toko buku tersebut.
Kuroko menghela nafas panjang dan kembali menuju kasir tempat dimana Kagami menunggunya.
"Yo,"
"Ha'i, Kagami-kun,"
"Udahan? Mana belanjaanmu?"tanya Kagami.
"Sudah dibeli orang,"
"Hah? Maksudnya?"
"Buku yang kucari sudah yang terakhir, tapi ada gadis yang juga ingin membelinya. Jadi aku mengalah,"jelas Kuroko.
Tiba-tiba Kagami memasang wajah menyengir yang mencurigakan. "Apa?"tanya Kuroko. "Cie, yang mengalah untuk perempuan, ciee..."goda Kagami.
Alhasil, Kagami dihadiahi ignite pass oleh Kuroko dan dengan santainya Kuroko meninggalkan lokasi kejadian.
To be continued (dengan tidak elitnya)...
