Title: Rubik's Curse
Author: kyoonel0472
Main Casts: HunHan
Genre: Mystery, Horror (gagal)
Length: Chaptered
Disclaimer: Sehun milik Luhan, Luhan milik Sehun. Titik.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sehun menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Ia sudah cukup—sangat sabar dengan sikap kekasihnya—Luhan— yang kerap kali bersikap kekanakan. Faktanya, pria cantiknya itu lebih tua empat tahun darinya. Karena dua hari belakangan ini, Luhan terus meminta Sehun untuk membelikannya sebuah benda kubus dengan aneka warna disetiap kotaknya dan permainan itu bernama rubik. Luhan menjelaskan awal mula ia tertarik pada benda kubus warna warni itu adalah ketika ia menonton salah satu acara televisi tengah malam yang menyiarkan tentang rubik serta cara mempelajari rumus yang kelihatannya—memang sangat sulit untuk dipecahkan itu. Sehun bukannya tak ingin membelikannya untuk Luhan, ia hanya khawatir jika ia sudah membelikan Luhan rubik, kekasih mungilnya itu akan mengabaikannya dan hanya terfokus pada permainannya, —mengingat sifat Luhan yang kalau sudah fokus pada suatu hal, yang lain hanya dianggapnya angin lalu. Dan Sehun sangat sebal hanya dengan membayangkannya saja, dirinya dinomor duakan oleh Luhan hanya karena sebuah rubik! Ouh, apakah seorang Oh Sehun sedang cemburu terhadap sebuah rubik? Jawabannya iya.
Dan lihat saja sekarang, Luhan tengah gencar-gencarnya melakukan aegyo supernya dipangkuan Sehun. Membuatnya beribu kali lipat lebih menggemaskan dan imut. Sehun berusaha mati-matian untuk tidak memperdulikan Luhan dan matanya hanya menatap lurus pada layar televisi—tidak menontonnya—
"Sehunnie, sayang~ ayolaahhh belikan rusamu ini rubik~~ ya..ya..ya? bbuing bbuing~" Luhan rupanya tak menyerah. Ia terus saja mengahalang-halangi pandangan Sehun ke layar televisi dengan aegyo mautnya. Luhan sebenarnya bisa saja membeli rubik itu seorang diri, tapi mengingat Sehun yang sangat protektif terhadapnya—terlebih ia kekasihnya ia harus meminta persetujuan kepada Sehun.
Sehun menghela nafas panjang. Ia memilih untuk menyerah pada kekasih imutnya. Tiba-tiba saja Sehun memegang kedua pergelangan tangan Luhan yang sedang melakukan 'bbuing bbuing' otomatis gerakan Luhan pun terhenti
"Eh?" Spontan Luhan bingung dengan tingkah Sehun yang memegang kedua tangannya sambil menatapnya tajam
"Rusa kecil, kau ingin aku membelikanmu sebuah kubus tak penting itu kan?" Luhan mengernyit tak suka mendengar ucapan tajam Sehun "Namanya rubik, kau ini." Koreksi Luhan sebal. Sehun menatapnya tak peduli kemudian mengalungkan tangan Luhan yang digenggamnya tadi ke lehernya kemudian ia menipiskan jarak keduanya serta mengalungkan tangannya dipinggul ramping—posisi mereka lebih intim sekarang— Luhan dan kembali menatapnya tajam
"Aku akan membelikanmu kubus itu. Asalkan kau memenuhi dua syarat dariku." Terangnya datar. Luhan berpikir sejenak, kemudian menganggukan kepalanya antusias, "Apapun itu." Balasnya imut. Sehun mendengus kemudian menarik tengkuk Luhan dan mengecup bibirnya agak lama. Luhan diam saja tak merespon. Tak lama Sehun menarik kembali bibirnya.
"Pertama, setelah kau memiliki kubus tak penting itu, kau tidak boleh mengabaikanku dengan embel-embel kau hanya terfokus pada si kubus. Mengingat sifatmu yang hanya terfokus pada satu hal yang kau tuju dan yang lain hanya kau anggap angin lalu." Ucapnya tajam. Luhan menahan tawanya, karena ia tahu bahwa Sehunnya sedang—bisa dikatakan cemburu. Kemudian ia menatap Sehun geli, "Tentu saja, Oh-ssi, kau kan prioritas utamaku." Jawab Luhan manja. Sehun tersenyum senang, "Dan yang kedua.." Tiba-tiba ia mencium bibir Luhan lagi—kali ini melumatnya dengan menuntut dan sedikit kasar. Setelah itu ia kembali berkata,
"Bercintalah denganku, sepanjang malam." Ucap Sehun santai dan sengaja mengatakan dua kata penutup kalimatnya dengan nada bicara yang sedikit ditekankan. Luhan menatap datar Sehun, kemudian ia membisikan sesuatu ditelinganya
"Sepanjang malam? Well, aku rasa tak masalah, mas..terh~" Ucap Luhan berupaya menggoda Sehun. Sehun mengumpat mendengarnya dan ia membawa tangan Luhan untuk memegang kejantanannya yang sudah tegak sepenuhnya itu. Luhan pun kembali menatap Sehun dengan pandangan sayu. "Lakukanlah apa yang seharusnya kau lakukan, sayang." Ucap Sehun berat. Luhan menampilkan seringaiannya dan dengan segera ia meremas lembut kejantanan Sehun. Sehun memejamkan matanya mulai menikmati pijatan lembut Luhan.
Dengan semangat Luhan membuka ikat pinggang Sehun dan membuka resleting celananya dan segera melorotkan celana dalam Sehun beserta celana panjangnya hingga sebatas lutut. Dan menyembullah Sehun kecil yang sudah sangat keras itu menantang Luhan untuk segera melumatnya
"Oi, Oh-ssi, kau ingin punyamu kulumat atau kupijit seperti tadi, huh?" Sehun kembali membuka matanya dan melihat Luhan yang sedang menatapnya nakal. "Lakukanlah apa yang kau sukai, bitch-chan." Desis Sehun. Luhan terkekeh pelan dan segera melakukan aksi blowjobnya. Luhan turun dari pangkuan Sehun dan berlutut diantara kedua kaki Sehun kemudian ia langsung meraup kejantanan Sehun dengan ganas.
Luhan memaju mundurkan kepalanya untuk memanjakan penis Sehun dan setengahnya lagi ia kocok dengan gerakan brutal. Sehun menahan desahannya agar tak terlihat payah sebagai seorang seme, ia hanya sesekali mendesis serta mengumpat karena lumatan, jilatan, serta kocokan ukenya yang semakin menggila. Dan tak lama setelah itu ia mencapai klimaksnya, serasa putih dan melayang.
"Hah..hah..perkembangan yang baik, eh, bitch-chan." Bisik Sehun setelah Luhan kembali berada dipangkuannya, dan Luhan hanya terkekeh kecil sebagai tanggapan. Dengan cepat Sehun membuka kaos polos Luhan serta celananya. Luhan sudah full naked dalam sekejap. Mereka pun berciuman panas dan saling meraup rakus bibir masing-masing. Luhan selalu dibuat mabuk kempayang oleh ciuman lihai Sehun. Sehun memasukan lidahnya kedalam mulut Luhan dan mulai bergulat dengan pemiliknya. Ia juga mencubit serta memelintir puting Luhan bergantian. Tak lama ciuman itu terlepas ,
"Hah..hah..langsung saja, Oh-ssi." Ucap Luhan terengah. Sehun tersenyum mesum. Kemudian dengan perlahan ia mengangkat pinggul Luhan dan menurunkannya kembali dalam sekali hentakan,
JLEB
Tertanam sempurna. Luhan meringis pilu merasakan penis keras Sehun langsung membobol lubangnya. Ia memukul dada Sehun sebal, "Sialan rupanya, sakit Oh-ssi." Rengek Luhan. Sehun tersenyum kecil mendengarnya dengan cepat ia pun langsung melumat bibir Luhan untuk mengalihkan perhatiannya dan sesekali mengerjai putingnya. Luhan sudah mulai terbiasa dengan kehadiran penis Sehun. Tanpa melepaskan ciuman panas mereka, Luhan mulai bergerak naik turun secara perlahan. Sehun menggeram nikmat seketika itu. Ia pun melepas pagutannya dan segera membantu Luhan menaik-turunkan pinggulnya. Luhan memekik nikmat saat titiknya ditabrak keras oleh Sehun,
"Ngghh..disitu, masterhh…tabrak lagi, ahh..ahh.." Desah Luhan parau. Ia makin mendongakan kepalanya seakan meminta Sehun untuk mencumbu lehernya. Sehun segera menelusupkan kepalanya dileher Luhan dan ia segera mencium, menjilat, serta menghisap leher jenjang itu dengan panas. Ia sesekali menggigit kecil leher Luhan sehingga terciptalah kissmark ala Oh Sehun. Gerakan mereka semakin brutal serta berlawanan arah, membuat penis besar Sehun semakin menghantam prostat Luhan dengan tepat, cepat, dan nikmat. Mereka rasa sebentar lagi akan…
"OH-SSI/BITCH-CHAN." Klimaks bersama. Nafas keduanya memburu. "Hah..hah..selalu nikmat ketika kunikmati, ahh..sayang." Bisik Sehun mesra, tanpa aba-aba Luhan langsung meraup bibir Sehun dengan ganas lagi. Sehun tersenyum dalam ciumannya. Dan dengan segera ia menggendong Luhan kedalam kamar mereka masih dengan keadaan menyatu. Tampaknya mereka akan benar-benar bercinta sepanjang malam.
.
.
.
.
.
"Dasar manja." Cibir Sehun. Luhan menjitak sayang kepala kekasihnya itu, "Salah kau sendiri yang benar-benar memakanku sepanjang malam, bodoh!" Balas Luhan sebal, ia semakin megalungkan kaki serta tangannya pada gendongan Sehun. Sehun yang mendengarnya mendengus samar, "Itukan termasuk persyaratanku, bitch-chan." Ucap Sehun tajam. Luhan hanya mendelik mendengarnya. Dan Sehun pun segera memasuki Luhan kedalam mobil untuk membeli sebuah rubik di toko mainan dekat apartemen mereka. Sehun pun segera menyetir melesat menuju tujuannya.
Keduanya sudah sampai di toko mainan. Luhan berjalan sedikit tertatih karena holenya benar-benar nyeri sehabis dikerjai Sehun sepanjang malam. Sehun pun segera merangkulnya dan memasuki toko tersebut.
"Dimana aku bisa mendapatkan rubik?" Tanya Sehun langsung ketika ia sudah didepan meja kasir. "Mari saya antar." Balasnya ramah. Sehun menganggukkan kepalanya dan mendapati Luhan yang sedang berbinar menatapi semua aneka ragam mainan itu. Mulai dari mobil-mobilan berremote control, playstation, boneka-boneka beruang besar yang menggemaskan dan lain sebagainya, "Dasar bocah." Ucap Sehun sakarstik, "Ayo ikuti petugas kasir itu, ia akan membawa kita menuju tempat rubik." Sela Sehun saat dirasa Luhan akan memprotes ucapannya, Luhan pun segera mengangguk imut mendengarnya. Ia tak sabar akan benar-benar memiliki rubik sebentar lagi.
"Silahkan dipilih sesuai selera anda, tuan." Ucap kasir itu ramah setelah mereka sampai di area permainan rubik. "Terima kasih." Balas Sehun sambil membungkukan badannya. Setelah itu sang kasir berpamitan meninggalkan Sehun dan Luhan diarea rubik itu. Sehun menatap gemas sang kekasih saat ia dapati Luhan menatap terpana sekumpulan rubik yang sangat wow banyak itu di rak-rak yang tersusun rapi.
"Pilihlah sayang." Bisik Sehun lembut. Luhan menoleh kearah Sehun dan menganggukan kepalanya antusias. Kemudian Luhan melihat-lihat sekumpulan rubik—yang sangat menarik perhatiannya itu ketika sudah berada disalah satu rak dengan Sehun yang masih setia merangkulnya. Tangannya terulur meraih salah satu dari sekian banyak rubik dan memegangnya dengan hati-hati, "Meskipun tampak sama, entah kenapa aku merasa bahwa rubik yang satu ini istimewa." Gumam Luhan. Sehun yang mendengarnya menatap tak percaya pada Luhan,
"Kau ini kenapa coba." Dengusnya tak habis pikir. Luhan terkekeh pelan, "Aku mau yang ini." Ujarnya, Sehun pun mengangguk kemudian mereka segera menuju kasir untuk membayar.
"Ini buku rumus serta cd berisi video tutorial menyelesaikan rubiknya, tuan. Terima kasih telah datang kesini." Ucap pegawai kasir—yang tadi mengantar mereka itu ramah. Luhan pun mengambil buku rumus serta cd itu dan mengucapkan terima kasih pada sang kasir dan mereka segera melesat pulang ke apartemen mereka. Mereka—terutama Luhan hanya tidak tahu bahwa permainan kubus itu akan segera memainkan hidupnya.
.
.
.
.
.
Sesampainya diapartemen mereka Luhan benar-benar belajar untuk mengerti buku rumus rubik itu dan bertekad akan menyelesaikan rubik itu. Sebelumnya ia meminta Sehun untuk mengacak rubiknya itu dan Sehun mengacaknya hingga rubik yang semula rapi bersamaan dengan jenis warna yang sama kini menjadi teracak sempurna. Sembari menonton video tutorial untuk rubik itu, Luhan dengan sangat teliti membaca satu persatu deretan rumus serta angka-angka rumit yang tertera didalamnya. Ia kadang menjeda videonya dan megotak-atik si rubik sesuai dengan yang ia baca dan ia tonton. Tak lama kemudian Sehun muncul dari balik pintu kamar mereka dengan membawa jus jeruk yang segar. Sehun tersenyum melihat Luhan yang begitu serius mempelajari rubik yang tadi diacaknya. Sehun pun menghampiri Luhan yang duduk dikarpet dan ikut duduk disebelahnya serta meletakkan jus jeruk tersebut di meja dihadapannya.
"Serius sekali ya." Gumam Sehun sambil terus memperhatikan Luhan dan sesekali melirik buku panduannya. Luhan tak memperdulikan Sehun, ia terus serius mengotak-atik rubiknya. "Sehun, tolong tekan play." Ucap Luhan. Sehun dengan malas-malasan menekan tombol play dan Luhan segera memerhatikan video itu,
"Oh..jadi letakkan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan di titik ketiga dan keenam warna hijau dan biru barisan kedua sisi bawah dan atas secara berurutan, jari manis dan tengah kiri dan kanan pada titik pertama diatas berwarna merah dan pada sisi keempat titik kedua berwarna kuning…." Luhan terus saja bergumam serius sambil membaca rentetan rumus itu teliti, kadang kala ia meminta Sehun untuk mengulang video tutorialnya.
.
"Ternyata diabaikan." Gumam Sehun datar. "Sudah diabaikan, diusir pula, kekasih yang sangat pengertian." Tambahnya datar. Ia kemudian melirik Luhan yang masih betah berada dikarpet sambil terus mengotak-atik rubiknya. Demi Tuhan! Ini sudah pukul delapan malam, namun Luhan masih betah bermain dengan rubiknya! Bahkan ketika Sehun menawarkan makanan, ia menjawab "Pergi kau, mengganggu konsentrasiku saja." Dengan nada yang dingin. Sehun sebenarnya sangat khawatir dengan keadaan Luhan, namun ia tak bisa berbuat apa-apa untuk kekasihnya itu karena kalau ia berani mengganggu kegiatan Luhan, Luhan mengancam ia tidak akan mendapat jatah sebulan penuh! Ouh, memikirkannya saja sudah membuatku bergidik, pikirnya.
"Sayang, ayo tidur hmm.." Sehun beranjak dari sofanya dan memeluk Luhan dari belakang. "Rubiknya diteruskan besok saja ya, kau juga belum makan seharian ini. Aku khawatir tahu." Bujuk Sehun lembut sambil sesekali menciumi tengkuk Luhan. Aktifitas Luhan pun berhenti sejenak
"Hmm..Sehun-ah, aku rasa aku tidak akan bisa menyelesaikan rubik ini." Ucapnya pelan. Dan ia pun melempar asal rubik itu dan membalas pelukan Sehun. "Aku lelah, otakku juga penat terus-terusan membaca rumus sialan itu tapi aku tetap tidak bisa menuntaskannya." Gumamnya sedih, ia menyandarkan kepalanya dibahu Sehun dan memejamkan matanya sesaat
"Ayo kita tidur, sayang." Ajak Luhan. Bahkan Luhan tak mandi setelah bermain rubik hampir seharian. Sepertinya ia benar-benar kelelahan, pikir Sehun. Mereka tidur sambil berpelukan, dan kemudian Sehun membisikan sesuatu, "Jangan menyerah, Lu. Kau pasti bisa menuntaskan permainan itu. Semangat sayang, jangan menyerah secepat ini." Luhan pun tersenyum dalam pelukan Sehun.
.
.
.
Luhan mengubah pemikirannya sejak kejadian 'putus-asanya'. Ia menjadi lebih semangat dan termotivasi sekarang karena Sehun juga ikut membantunya membaca rumus-rumus itu. Dan Luhan berhasil menyelesaikan rubiknya pertama kali dengan rekor waktu hanya satu jam! Itu adalah pencapaian yang luar biasa bagi pemula seperti Luhan. Entah mengapa Luhan merasa dirinya semakin terpikat dengan rubiknya, ia juga merasa bahwa jari-jarinya serta otaknya mampu berkombinasi dengan sangat baik untuk menyelesaikan kubus itu.
"Kenapa kau hanya memandangi rubikmu saja?" Tanya Sehun datar. Ia tak habis pikir, sejak dua hari yang lalu pencapaiannya berhasil memecahkan rubik ini, ia tidak mau lagi menyuruh Sehun mengacak rubiknya yang sudah susah payah ia susun rapi itu. Itu termasuk kebanggaan tersendiri untuknya. Tak lama kemudian teman satu kampus Sehun dan Luhan—Chanyeol menyapa keduanya yang sedang duduk di meja pojok kantin,
"A-yo, waddup, brother." Sapanya, kemudian duduk dihadapan Sehun dan Luhan. Sehun membalasnya dengan senyuman kecil dan Luhan hanya melihatnya sekilas kemudian kembali memandangi rubiknya, Chanyeol bingung dengan sikap Luhan, saat hendak bertanya kepada Sehun..
"Kekasihnya sekarang rubik, man." Sindir Sehun seakan dapat membaca isi kepala Chanyeol. Chanyeol tergelak dan Luhan pun mendengus sebal kemudian menatap tajam Sehun lalu teralih menatap Chanyeol dengan wajah yang sangat…imut sekali!
"Kau tahu tidak, Chan-kun, aku berhasil menyelesaikan rubik ini dalam kurun waktu hanya satu jam! Untuk pemula sepertiku, itu adalah awal yang bagus, kau tahu." Ujarnya bangga dengan wajah yang berseri-seri bahagia, semakin membuat degup jantung Chanyeol tak karuan karena tingkahnya.
"Benarkah? Wah, kau hebat dong, Lu!" puji Chanyeol sambil mengusak sayang rambut Luhan. Luhan tersenyum malu, Sehun mendengus tak suka dengan pemandangan didepannya, lalu dengan cepat ia menarik tangan Luhan dan menggenggamnya erat kemudian berdiri dari tempat duduk kantin, "Kami ada kelas lima menit lagi, man, sampai nanti." Ucapnya dingin kemudian menyeret Luhan menuju kelas mereka dan meninggalkan Chanyeol yang menatap keduanya bingung, kemudian ia terkekeh pelan
"Sehun seperti cemburu saja kepadaku, dia kan tidak tahu kalau aku menyukai Luhan." Kemudian ia segera meninggalkan kantin begitu saja. Ya, Chanyeol lebih dulu mengenal dan menyukai Luhan daripada Sehun, namun sayangnya Luhan malah memilih Sehun daripada dirinya. Chanyeol tidak pernah menyatakan perasaannya pada Luhan, tapi ia yakin, ada saat yang tepat untuk mengatakannya, dan Chanyeol yakin suatu saat, Luhan akan melihat hanya kepadanya.
.
.
Hari itu Luhan kembali akan berjuang lagi menyelesaikan rubiknya setelah seminggu ini vakum. Otak Luhan semakin lancar saja mencerna—ia bahkan mulai menghapal sedikit demi sedikit rumus serta teknik untuk menuntaskan rubiknya. Jari-jarinya pun semakin gesit mengotak-atik kubus itu.
"Yeaayy! Selesai! Berapa menit, Sehun?" Tanya Luhan saat ia telah berhasil menuntaskannya. Sehun menatap Luhan dengan bangga, "Dua puluh menit, Lu. Kau semakin hebat saja hmm.." Puji Sehun menghampiri Luhan yang sedang duduk dikarpet kamar mereka.
"Kau bahkan tidak mengulang video tutorialnya dan hanya sesekali melirik buku rumus itu." Tambahnya kemudian memeluk Luhan dari belakang. Luhan tersenyum senang sambil menatap Sehun yang sedang menatapnya, kemudian Luhan mencium singkat bibir Sehun.
"Kau tahu, aku senang sekali. Terakhir aku bermain waktunya satu jam, dan ketika mencobanya lagi menjadi dua puluh menit saja! Aku benar-benar tak menyangka. Dan lagi, aku merasa seperti ada yang menuntun jari-jariku saat mengotak-atik dan otakku tiba-tiba saja menjadi sangat mudah mencerna rentetan rumus itu, aku juga semakin tahu lebih banyak teknik untuk menuntaskan rubik ini berkat video tutorial itu." Ujarnya bangga
"Syukurlah jika seperti itu, menuntun? Kau bercanda saja." Kekeh Sehun diakhir kalimat. Luhan diam tak menanggapi, karena ia serius ketika memberitahu Sehun bahwa ketika ia mengotak-atik rubik itu, seperti ada yg menuntun jarinya, dan itu membuatnya semakin mudah serta terbantu untuk menyelesaikannya.
.
Rabu,
1-01-15
10:00 PM
"Berapa menit, Sehun?" Tanya Luhan semangat.
"Sepuluh menit saja. Semakin hebat rupanya." Balas Sehun sambil mengusak sayang surai Luhan. "Sekarang, simpan rubikmu dan aku tagih janjimu, bitch-chan." Ujar Sehun seksi. Luhan meneguk ludah paksa, pasalnya sebelum ia menyelesaikan rubiknya, ia telah membuat Sehun dalam mood yang tidak baik. Luhan meninggalkannya pulang duluan karena ia lapar sekali, dan begitu sampai diapartemen mereka Sehun melihat Luhan yang sedang makan dengan hikmatnya dimeja makan mereka. Sehun yang kesal pun menyita rubik Luhan dan Luhan terus merengek minta dikembalikan, namun Sehun membuat satu persyaratan yaitu, "Kau harus bercinta denganku malam ini. Nikmati hukumanmu nanti malam, bitch-chan."
Sehun menaikkan satu alisnya dan berkata, "Sudah berhasil mengingat hmm?" bisiknya seduktif ditelinga Luhan. Luhan mengangguk pasrah dan ia siap menerima hukumannya.
.
.
Sehun terus saja menggenjot lubang Luhan tanpa ampun hingga tubuh Luhan terhentak-hentak kasar dibawahnya. Ranjang mereka juga berdecit merdu. Tak terhitung sudah berapa ronde mereka bermain, namun Sehun masih saja berenergi dan seakan belum puas menghukum kekasihnya ini. Sekarang sudah menunjukan tepat pukul dua belas malam, dan Luhan masih setia mendesah hingga suaranya menjadi serak.
"Ahh…ngghh…oohhh…Sehun…hmmhhh…" Desahan Luhan semakin parau. Ia mencengkram sprei kuat-kuat karena terus terusan menerima kenikmatan luar biasa dari Sehun diatasnya. Kepala Luhan tergeleng kekanan dan kekiri, ia sesekali memejamkan matanya untuk menikmati sensasi indahnya bersama Sehun. Luhan membuka matanya sayu, kepalanya terus tergeleng hingga matanya menangkap sebuah benda yang amat sangat ia kenal dilantai sebelah ranjang mereka,
DEG!
Benda itu adalah rubiknya. Jantung Luhan terpompa dengan cepat, kemudian ia membuka mata selebar lebarnya, ia benar tak salah lihat! Itu adalah rubiknya! Luhan bukan seorang idiot yang lupa dengan kenyataan bahwa ia telah menaruh benda pujaannya itu didalam lemari. Ia yakin betul! Luhan berusaha mengabaikan rubik itu dan kepalanya kembali teralih menatap Sehun yang tengah memejamkan matanya sambil terus menggenjot lubang Luhan dengan penuh gairah. Pikirannya berkecamuk, dan jantung Luhan masih terpompa dengan kencangnya, bukan hanya bahwa ia telah diberi kenikmatan oleh Sehun, tapi karena ia telah melihat rubiknya tergeletak begitu saja dilantailah yang dominan.
'Itu hanya halusinasiku saja. Iya. Halusinasi.' Luhan meyakinkan dirinya dan dengan cepat ia menarik tengkuk Sehun dan semakin merapatkan tubuhnya saat mereka kembali berciuman panas. Luhan terus melumat kasar bibir Sehun untuk melampiaskan kerisauan hatinya. Tak lama kemudian ciuman itu terlepas dan dilihatnya Sehun yang tengah menatap mesum kearahnya dan semakin menggenjot Luhan dengan cepat, tepat, dan nikmat, sampai akhirnya..
"BITCH-CHAN/OH-SSI." Klimaks bersama lagi. Sehun memeluknya dari atas dan menenggelamkan kepalanya diceruk leher Luhan. Nafas mereka saling memburu menikmati masa masa klimaks. Luhan perlahan menengok kearah kanan dengan mata yang masih sayu dan,
DEG!
Matanya langsung membulat sempurna begitu melihat tak ada lagi rubiknya dibawah sana. Sehun mengernyit merasakan detak jantung Luhan yang kencang menempel pada dadanya. Ahaha, iya. Ternyata halusinasiku saja. Benar-benar halusinasi, pikirnya meyakinkan.
"Sayang, kau kenapa? Detak jantungmu tak karuan begitu, apa kau begitu menikmati percintaan hebat kita barusan?" Tanya Sehun agak khawatir dan berusaha menggoda. Luhan segera mengalihkan pandangannya dan menatap Sehun yang tengah menatapnya mesum dengan pipi yang merona
"K-kau ini bicara apa. Sudah, sebaiknya kita tidur. Aku sudah lelah." Elak Luhan. Sehun tersenyum tampan dan segera berbaring disampingnya lalu membawa Luhan kedekapan hangatnya
"Selamat tidur, Lu." Gumam Sehun lalu mengecup pucuk kepala Luhan. Luhan hanya diam tak membalas. Pikiran dan hatinya kini telah kacau karena kejadian—atau halusinasinya tentang ia melihat rubik pujaannya itu beberapa menit yang lalu. Luhan mencoba tenang dan melupakannya dan tak lama ia pun tertidur.
.
.
.
.
Kilauan cahaya matahari pagi memaksa kedua mata Luhan untuk segera terbuka. Dan begitu terbuka sepenuhnya, ia mengernyit bingung tak mendapati Sehun disampingnya. Kemudian ia duduk secara perlahan dan bersandar pada sandaran ranjang. Kemudian ia merintih merasakan bagian bawah dirinya begitu perih, ia mengumpat pelan dan segera meraih segelas air putih karena ia haus bukan main.
"Aaahhh…" Desahnya lega setelah meneguk habis minumannya. Dan ingatan Luhan kembali saat semalam ia bercinta dengan Sehun, bukan tentang percintaan luar biasa yang mereka lakukan semalam, namun karena halusinasinya tentang rubik yang sangat mengganggu pikirannya. Luhan segera memakai kaos serta boxernya yang tergeletak dilantai. Ia harus memastikan sendiri bahwa rubiknya ada didalam lemari.
Luhan melangkah tertatih menuju lemari pakaiannya dan setelah sampai, dengan cepat ia membuka pintu lemarinya dan,
DEG!
Luhan tak menemukan rubiknya diatas tumpukan pakaiannya. Ia yakin betul bahwa ia telah meletakkan rubiknya diatas tumpukan pakaiannya. Luhan menggeleng pelan menampik segala pikiran dan dugaan yang ada diotaknya, ia kemudian mencari-cari rubiknya diantara pakaiannya. Ia terus mengacak serta membuang hampir seluruh pakaiannya ke lantai. Namun sayang, ia tak menemukan benda pujaannya itu.
Luhan menggelengkan kepalanya putus asa. Ia mulai merasa takut sekarang, takut bahwa yang ia lihat semalam adalah benar rubiknya dan bukan sekedar halusinasi semata. Luhan terduduk lemas didepan lemarinya, mengabaikan rasa sakit di lubangnya.
"Ti-tidak mungkin.." Gumamnya parau. Sampai kemudian,
CKLEK!
"Luhan, bagaimana mungkin kau meletakkan ru—" Ucapan Sehun terpotong karena ia melihat lantai kamarnya yang begitu acak-acakan karena banyak pakaian Luhan yang berserakan. Tak lama kemudian matanya teralih menatap sosok mungilnya yang tengah menatapnya dengan linglung terduduk didepan lemari.
"Sa-sayang, hei, kau kenapa hm? Ada apa?" Tanyanya khawatir setelah menghampiri Luhan. Luhan masih menatapnya linglung dan kemudian ia memegang tangan Sehun yang tengah menangkup wajanya. "A-aku.." Gumamnya terbata. Sehun langsung membawa tangan kiri Luhan pada genggamannya dan tangan Sehun satunya langsung mengambil rubik yang tadi ia letakkan disebelahnya dan menunjukannya pada Luhan.
"Apa kau mencari ini?" Tanyanya pelan setelah dirasa ia memahami situasi. Sontak Luhan membulatkan matanya karena terkejut, "B-bagaimana bisa—" Ucapan Luhan terpotong karena Sehun dengan cepat mendekapnya erat.
"Ssstt…sayang, kau meninggalkannya di meja makan, aku menemukannya saat aku akan membuat sarapan untuk kita." Terangnya. Mata Luhan semakin membulat dalam dekapan Sehun dan jantungnya terpompa cepat, bukan hanya pernyataan Sehun yang membuatnya terkejut, yang membuatnya lebih terkejut adalah— "Dan aku sama sekali tidak mengacak rubikmu." —rubiknya telah teracak tanpa diacak.
DEG!
DEG!
Pompaan jantung Luhan semakin berdebum sangat kencang. Kemudian ia melepaskan paksa pelukan Sehun dan menatap prianya itu tak percaya,
"Apa kau lupa? semalam—pada pukul tiga pagi aku terbangun karena aku merasa kau tak ada disampingku. Dan aku melihat kau berjalan keluar kamar dengan keadaan..eum telanjang bulat. Dan aku bisa menebak, bahwa kau meletakkan rubikmu diatas meja makan dapur kita bukan? Apa kau ingat?" Penuturan Sehun semakin membuat kepalanya sakit. Ia yakin betul bahwa dirinya benar-benar tertidur dengan pulasnya didekapan Sehun semalam! Ia sama sekali tak terbangun—terlebih lagi ia berjalan keluar kamar tanpa sehelai kain pun dan parahnya ia meletakkan rubik yang teracak itu di meja makan? Ia bahkan tak menemukan rubiknya itu di lemari pakaiannya! Oh, apakah Sehun mengada-ngada? Tapi itu tidak mungkin, melihat sorot matanya yang terlihat sangat jujur serta yakin.
"B-benar..kah?" Tanyanya tak fokus. Sehun mengangguk pelan. Kemudian ia melepaskan genggaman tangan Sehun pada tangannya. Ia menatap sekitarnya serta pakaiannya yang berserakan dengan pandangan linglung dan perasaan takut. Tubuh serta wajahnya pun telah pucat pasi. Sehun yang melihat perubahan Luhan pun segera menggendongnya keatas ranjang mereka dan menyandarkan Luhan.
"Sayang…kau kenapa, Lu? Apa ada sesuatu yang terjadi? Mengapa kau jadi sangat pucat? Dan kenapa banyak pakaianmu yang berserakan dilantai?" Pertanyaan bertubi-tubi serta khawatir ia lontarkan kepada Luhan yang tengah menatap lurus kedepan.
"Luhan, sayang, apa kau sakit? Ku mohon jawab aku, Lu." Ucap Sehun khawatir sambil membelai lembut pipi pucat Luhan untuk menenangkan. Tak lama kemudian Luhan menatapnya denga pandangan kosong.
"Ya. Mungkin aku hanya lupa, Sehun." Ucapnya tercekat. Bukan! Bukan itu yang ingin Luhan katakan! Ucapannya meluncur begitu saja dari mulutnya. Ia ingin sekali berkata tidak! Dan bertanya-tanya kepada Sehun apakah benar dirinya melakukan itu? Dan ingin sekali memberi pernyataan dan jawaban pada prianya bahwa ia sama sekali tak melakukan apa yang Sehun lihat semalam! Tapi lidahnya entah mengapa terasa kelu untuk melontarkan pernyataan itu sepenuhnya. Dirinya malah mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkannya!
Sehun menghela nafas lega, "Sebaiknya kau segera mandi dan sarapan. Kita ada kelas kan pukul delapan? Dan sekarang sudah pukul delapan kurang seperempat. Aku menunggumu dimeja makan ya." Ucapnya mengingatkan kemudian mengecup dahi Luhan singkat lalu segera berlalu meninggalkan Luhan dalam kebingungan dan keterkejutan. Kemudian matanya menatap kosong benda yang kini tergeletak diantara pakaiannya dilantai. Jantungnya berdebar takut dan hatinya pun masih diselimuti rasa bingung yang sulit, "A-apa-apaan…ini.." Gumamnya pilu.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Demi dah-_- aahhh tadinya tuh ini mau gue bikin twoshoot doang, tapi keknya maksain bgt kalo twoshoot mah:'( makanya dengan amat terpaksa dibuat chapter lagi heee. Tenang2 ini keknya gabakal lebih dari lima chapter dan gue usahain cepet apdet.
WEEHHH GIMANA-GIMANA SENSASINYA?! /apa/ serem ga?-_- atau paling ga berhasil buat kalian menegang ga? Huehehe itu sih belom ada apa2anya gr2 masih awal mula hehe, chapter2 besok bakal lebih panjang wordnya okeeyy. Dan udh lama bgt mau bikin ff horror+misteri hehe, kebetulan gue lumayan suka hal2 yang berbau mistis gitu /yaela curcol/
Dan untuk the leader and me gue usahain bgt buat cepet apdet dan untuk dark red (masih) ngegali ide dan gue usahain cepet apdet juga huhu semoga lancar barokah yaa haha
Udah cuap-cuapnya, kasih kesan pesan/? Kalian dikolom review ya? ONEGAI SHIMASU!^^ kalo yang ripiu banyak gue bakal semangat+cepet apdet ff ini dan kalo engga…ga janji /nyengir/ hehe. Dah~
