Disclaimer,
Characters belongs to Kishimito-sensei
Story is mine, Hatake Aria
.
.
When Matcha meets Chocolate
.
.
.
They're Crazy !
.
.
Ino befikir bahwa Naruto adalah wanita paling gila yang pernah ditemuinya.
"Ino, Aku ingin punya seorang anak"
"Semua wanita pasti ingin memiliki anak, Naruto" ucap Ino acuh sembari mengambil satu rim kertas A4 yang terletak di atas meja, tepat dibelakang meja kerja Naruto.
Namun Ino berhenti sesaat, Ia kembali meletakkan 1 rim kertas yang hendak dibawanya menuju meja kerja nya, yang hanya berjarak 2 kaki dari meja kerja Naruto, Ia memutar tubuhnya dan bersender pada meja, menatap kebawah dimana wanita bersurai pirang yang hampir sama dengan surainya sedang duduk.
"Kenapa perkataanmu hari ini terlalu random, jangan bilang ada pria yang melamar mu tadi malam" ujar Ino seraya tertawa kecil.
"Ino, Aku ingin memiliki anak, bukan berarti Aku ingin menikah" ujar Naruto seraya mengendikkan kedua bahunya.
"What the …"
Ino langsung mengurungkan niatnya untuk mengumpat dihadapan Naruto.
"Beibh, bukan begitu, tadi malam Aku membaca novel, dan tiba-tiba Aku terinspirasi" Naruto terlalu terbiasa memanggil seluruh teman kerjanya dengan sebutan beibh, baik pria maupun wanita.
Ino memutar kedua bola matanya bosan, siapa pun pengarang novel itu, Dia telah memberikan dampak buruk terhadap sahabatnya ini.
"Kau tinggal di negara timur, dimana wanita yang hamil dan melahirkan sewajarnya harus menikah telebih dahulu, dan memiliki seorang suami"
Ino mengamati Naruto yang perlahan bangkit dari kursi kerja nya, kemudian duduk diatas meja kerjanya, sehingga saat ini tinggi keduanya menjadi sejajar.
"That's the point! Pemikiran kolot seperti ini yang seharusnya dibuang, zaman sekarang wanita bisa bekerja, menafkahi dirinya sendiri, mereka tidak butuh pria, dan apa Kau pernah berfikir, tidak semua pernikahan berakhir bahagia, dan Aku tidak perlu Pria, Aku hanya perlu seorang anak Beibh"
Ino hanya bisa mengerjabkan matanya, Ia tahu sahabatnya ini memiliki sedikit trauma terhadap pernikahan, apalagi hal itu terjadi didalam keluarganya sendiri, gadis itu tumbuh besar dalam keluarga yang tidak harmonis.
"Kau lupa, Kau butuh pria untuk bisa memberimu seorang anak, Kau pikir Kau Bunda Maria, tiba-tiba bisa memiliki anak?"
"Bank Sperma Ino"
Ino kembali mengerjabkan kedua bola matanya mendengarkan jawaban singkat Naruto.
"Ck, Aku tahu Kau pasti pernah mendengarnya, Kau cukup pintar"
Ino melipat kedua tangannya didada.
"Lalu, Kau mau pergi kesana? Kau tidak takut, apalagi tanpa tahu itu sperma milik siapa yang akan mengisi rahimmu"
"Hey, Aku sudah melakukan searching, tidak semua pria bisa mendonorkan sperma nya di Bank Sperma, hanya mereka yang memenuhi kualifikasi yang boleh menjadi pendonor, jadi ini 100% aman"
Ino menarik kedua tangannya yang semula terlipat didepan dadanya. Ia hanya bisa melambaikan tangan kanannya didepan wajahnya, mencoba menghilangkan ide gila Naruto dari pemikirannya, lama-lama berbicara dengan BFF nya ini bisa membuatnya ikut gila.
"Beibh"
Panggilan sayang Naruto untuknya membuat Ino kembali fokus pada sang sahabat.
"Tahun depan kita ambil cuti dan jalan-jalan ke Eropa, ke Denmark"
Ino sedikit memicingkan matanya menatap sang sahabat.
"Bukannya dulu Kau sangat terobsesi dengan Melbourne?"
Naruto turun dari meja yang semula didudukinya.
"Di Denmark ada Bank Sperma tertua dan paling besar di dunia"
Ino mengerjabkan kedua bola matanya untuk kesekian kalinya.
What the ….
She's crazy!
.
######
.
Bukan Naruto namanya jika tidak menceritakan apa yang dipemikirannya pada orang lain, Ino berfikir jika cerita tentang Anak dan Bank Sperma hanya akan menjadi konsumsi dirinya dan sang gadis bersurai pirang. Namun nyatanya beberapa dari rekan kerja mereka juga mengetahui pemikiran gila sang blonde.
She's a blabbermouth.
Ino tahu akan hal itu, tapi begitulah Naruto, Ia mudah berteman dengan siapa saja, baik pria maupun wanita. Sikap nya yang supel dan periang membuat siapa saja betah menjadi temannya, terlebih banyak dari rekan kerja mereka seumuran dengan mereka berdua.
Dan tanpa terasa hampir satu tahun berlalu sejak Naruto bercerita tentang dirinya yang ingin memiliki anak dari Bank Sperma.
.
######
.
Ino tahu kalau Naruto itu gila, tapi Ia tidak tahu kalau Sasuke, bahkan Shikamaru juga sama gilanya dengan Naruto.
"Jadi Beibh, Kau masih bersikeras memiliki anak dan mencari donor sperma dari Bank Sperma?"
Ino menatap Sasuke yang berdiri didepan meja Naruto sembari melipat kedua tangannya diatas pembatas kubikel milik Naruto, sementara dirinya berdiri bersandar di meja tepat dibelakang Naruto.
Kebiasaan Naruto yang memanggil semua rekan kerja yang umurnya sebaya dengannya dengan panggilan Beibh, membuat beberapa rekan kerjanya baik pria maupun wanita memanggilnya dengan panggilan yang sama.
Saat itu Manager Hatake sedang tidak ada diruangan, yang ada hanya Naruto, Ino, Shikamaru, dan Sasuke yang baru datang berkunjung keruang kerja mereka. Hari itu tepat hari Jumat, 5 menit sebelum jam pulang Kantor.
"Tentu saja, mungkin sebelum umurku menginjak usia 30 tahun Aku akan pergi ke Eropa" ujar Naruto acuh.
"Kau terlalu jauh pergi ke Eropa, Aku bisa menjadi pendonor sperma untukmu jika Kau mau"
Uhuk ..
Ino terbatuk pelan mendengar perkataan frontal seorang Sasuke Uchiha.
Naruto yang mendengar perkataan Sasuke refleks tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat seluruh orang yang berada diruangan itu ikut tertawa sebesar-besarnya, termasuk Ino.
"Yang dikatakan Sasuke benar Naruto, kenapa Kau harus jauh-jauh mencari pendonor sperma, disekelilingmu banyak pria yang mau mendonorkannya untukmu" kali ini Shikamaru ikut menambahkan.
"Dan kalau Kau mau, Aku juga tidak keberatan menjadi pendonor" Shikamaru mengakhiri kalimatnya dengan sebuah seringai diwajahnya.
Suara tawa masih menggema diruangan itu, Ino melirik sekilas kearah Naruto, dan Ino akui Ia benar-benar takjub dengan gadis bersurai pirang tersebut, tidak ada sedikitpun rona merah yang menghiasi wajahnya, dirinya saja yang mendengar ucapan frontal Sasuke dan Shikamaru merasa sangat malu, baiklah, mereka berempat bukan lagi remaja yang baru menginjak pubertas, melainkan pria dan wanita dewasa, dimana pembicaraan seperti ini bukanlah hal yang tabu lagi.
"Memangnya Kau mau mendapatkan sperma yang asal usulnya tidak jelas" kali ini Sasuke menambahkan.
Naruto perlahan menghentikan tawa nya, Ia menatap Sasuke yang tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan jahilnya.
"Enak saja, Kalian berdua pikir semua pria bisa mendonorkan sperma nya ke Bank Sperma? Kalian salah besar, setiap pria yang berniat menjadi pendonor akan diperiksa kesehatannya, tidak sembarangan, for your information Aku sudah melakukan searching tentang Bank Sperma hampir selama setahun" jawab Naruto.
"Tapi kan lebih bagus kalau Kau tahu siapa Ayah Biologis dari anak mu nanti Naruto" tambah Shikamaru.
Naruto menggelengkan kepalanya pelan.
"Sperma nya harus berasal dari pria yang sehat, tidak minum minuman beralkohol, tidak memakai narkoba, tidak bertato, tidak punya penyakit keturunan ataupun riwayat penyakit yang berbahaya, dan … "
Sasuke hanya mengangguk pelan sembari terus tertawa kecil menanggapi penjelasan Naruto.
"Ciri-ciri yang Kau sebut itu Aku sekali Naruto" ujar Sasuke kembali, dengan seringai jahil diwajahnya.
Naruto tidak mempedulikan ucapan Sasuke, Ia terus melanjutkan penjelasannya.
"… dan juga Ia tidak perokok"
"Kau terdiskualifikasi Shika" kali ini Sasuke mengalihkan pandangannya pada Shikamaru yang duduk tak jauh dari tempat Ino berdiri.
Shikamaru hanya mengendikkan kedua bahunya dan mengangkat kedua tangannya, sementara tubuhnya masih menghadap kearah kursi dimana Naruto duduk.
Ino hanya bisa kembali tertawa melihat 3 rekan kerja nya yang sedang membahas hal yang paling tidak penting menurutnya.
"Naruto, semua cirri-ciri yang Kau sebutkan itu semua ada di diriku" ujar Sasuke kembali.
"Ayo, jadi kapan Kau mau Aku memberikan sperma milikku untuk mu?"
Ino menatap Naruto yang tengah memicingkan matanya kepada Sasuke.
"Aku tidak mau punya anak dari keturunan Uchiha, jadi dengan itu Kau juga di diskualifikasi" ujar Naruto singkat.
"Lagi pula, Aku tidak mau anakku juga menjadi maniak tomat seperti dirimu, bagaimana kalau nanti pagi-pagi sekali Dia sudah merengek minta dibuatkan jus dan sup tomat untuk sarapan pagi, belum lagi kalau harga tomat sedang mahal, kan Aku jadi repot" lanjut Naruto seraya menatap Sasuke.
"Itu hanya alasanmu" jawab Sasuke.
Tampaknya Sasuke masih betah menjahili gadis pirang tersebut.
"Pokoknya kalian berdua sama sekali tidak masuk dalam list, anak ku harus memiliki keturunan dari negeri Barat, Aku tidak mau produk lokal" Naruto kembali beralasan.
"Heehh, tidak selamanya produk luar itu lebih bagus dari produk dalam negri"
Sasuke kembali menyeringai.
"Kalau dari Aku, itu artinya Kau tidak perlu jauh-jauh pergi ke Eropa, dan Kau tidak perlu membayar untuk mendapatkan spermaku"
Naruto mendengus pelan, Ia hanya menatap sebal kearah Sasuke yang tersenyum jahil pada dirinya, sementara Shikamaru dan Ino hanya bisa memegang perut mereka, karna terlalu banyak tertawa.
Ino melirik jam di tangan kirinya, ternyata 20 menit telah berlalu untuk percakapan paling tidak berguna menurutnya.
"Naruto, ayo Kita pergi, bukannya Kau mau mencari gaun untuk acara mu besok malam" ujar Ino kemudian, Ia harus menghentikan kegilaan ketiga rekan kerja nya ini.
"Ah benar" ujar Naruto seraya melirik jam pada sudut monitor PC nya.
"Minggir, Aku mau pergi shopping!" lanjutnya seraya bangkit dari kursi kerjanya dan mulai membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas nya.
"Beibh, jadi bagaimana? Kapan Kau mau Aku memberikannya?" ujar Sasuke kembali sesaat sebelum kedua wanita itu keluar dari ruangan.
Naruto mendecih pelan kearah Sasuke, sebelum akhirnya Ia dan Ino keluar dari ruangan.
Ino bisa mendengar suara tawa Sasuke dan Shikamaru setelahnya.
Ah,, mereka memang benar-benar gila.
.
.
FIN
.
.
Based on true story,
Teman-teman sekantorku memang gila, anggap saja Aku berada di posisi Ino.
Dari semua nya yang Aku ubah cuma di adegan "Keturunan Uchiha" dan "Tomat" seharusnya "Suku Padang" dan "Santan"
Hanya menyesuaikan dengan Jepang.
Mind to review?
See you next one-shot.
