A Vkook FanFiction by minisetnyakuki
Genre : Romance, Fluffy, Geje(?)
Warning : Typo bertebaran, aneh, Boys love, tidak sesuai EYD
"Addict"
Chapter 1
Jalanan kota Seoul yang basah dan licin malam ini tak menyurutkan niat seorang pemuda yang berjalan sedikit tergesa di sepanjang jalan gang yang terlihat gelap dan kumuh. Ia mengenakan mantel tebal berwarna cokelat dan jeans pudar beserta sepatu putihnya. Helaian rambut cokelat berhighlight pinknya terombang ambing tertiup angin yang cukup kencang malam ini. Bibir mungilnya menggumamkan sesuatu yang hanya bisa di dengar olehnya. Tangannya sedikit gemetar ketika meraih ponsel pintarnya dari saku mantelnya. Jemari lentiknya dengan lihai mengetikkan beberapa digit angka di layar ponselnya. Kemudian tangannya terulur untuk menempelkan ponselnya ke telinganya. Berniat menelpon seseorang mungkin.
''Sial Jim! Kau dimana?!" Sembur pemuda itu seketika setelah sambungan telepon terhubung.
'Wohoo santai Jeon, aku sedang di perjalanan. Seoul macet sekali disini bung sial' ucap pemuda di sebrang telepon.
"Cepatlah Park! A-aku butuh cepat barang itu." Balas pemuda Jeon dengan bibir yang bergetar menahan sesuatu.
'Yaya Jeon, aku segera sampai. Tunggu sebentar." Kata pemuda Park lalu memutuskan line telepon.
Pemuda Jeon kini menyandarkan badannya pada tembok besar di belakangnya. Tak peduli akan rintik hujan yang mulai membasahi tubuhnya.
Tangannya bergetar ketika memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Badannya merosot ke aspal jalan yang basah ketika napasnya mulai tersengal tak menentu.
"K-kumohon nh jangan sekarang-akh" Racaunya sambil mencengkram lehernya erat. Mukanya memerah dan napasnya putus-putus seakan oksigen dalam paru-parunya dipaksa keluar. Badannya menggelepar tak menentu ketika badannya merasakan panas yang menyiksa tubuhnya.
"Akh! Sial sakit sekali ak hh" Tangannya tak henti mencengkram lehernya seolah olah Ia akan mencekik lehernya sendiri. Matanya menyatup sayu ketika pasokan udara dalam paru-parunya mulai menipis. Dan perlahan, pemuda Jeon terkulai lemas tak sadarkan diri dalam pelukan seseorang sebelum dinginnya aspal memeluk dirinya.
.
.
.
Jeon Jungkook tersadar dengan kepala pening luar biasa. Seingatnya dia berada disebuah gang sebelum semua menjadi gelap tapi yang dilihatnya sekarang adalah sebuah ruangan dengan bau obat-obatan yang menusuk indra penciumnya. Pemuda Jeon itu bangun dengan duduk menyamping diranjang yang ditempatinya sambil memegangi kepalanya.
"Ah shit, aku membutuhkan barang itu sekarang. Bangsat, dimana ponselku?!" Jungkook terus mengumpat dan mencari poselnya tanpa menyadari seorang lelaki tampan dengan tinggi diatas rata-rata memasuki ruangan yang ditempatinya.
"Oh kau sudah sadar?" Tanya lelaki yang menggunakan jas berwarna putih atau biasa disebut Snelli.
Jungkook menoleh dan menatap lelaki yang sedang tersenyum padanya. Lelaki itu mendekat ke ranjang yang ditempati Jungkook.
"Siapa kau?" bukannya menjawab pertanyaan dari lelaki itu tapi malah balik bertanya. Dasar bocah jaman sekarang. Lelaki dewasa itu tersenyum penuh arti.
"Namaku Oh Sehun. Aku seorang dokter tentu saja dan orang yang menolongmu sewaktu kau pingsan." Jungkook berdecih sinis dia hanya butuh barang itu bukannya dibawa kerumah sakit. Benar-benar sial hari ini.
"Oh omong-omong apa kau seorang pecandu narkoba, bocah?" Lanjut dokter Oh sambil mendekatkan wajahnya kewajah Jungkook hingga membuat hidung mereka nyaris bersentuhan dan reflek membuat mata Jungkook melebar. Darimana dokter sialan ini tau kalau dia seorang pecandu narkoba? Oh jangan bilang dokter yang menolongnya itu melakukan tes tanpa sepengetahuannya.
Jungkook terus berfikir hingga tanpa sadar posisi wajahnya dengan sang dokter sangat dekat. Sehun terkekeh melihat ekspresi Jungkook yang blank, manis juga pikirnya. Dokter Oh berdiri tegak kembali.
"Ah kalau kau mencari ponselmu, aku yang membawanya. Bagaimana kalau aku memberitahukan kepada orangtuamu kalo anaknya seorang pecandu narkoba hm?" Pertanyaan Sehun membuat Jeon Jungkook tersadar kealam sadarnya kembali. Apa dia bilang? Melaporkannya kepada orangtuanya yang benar saja. Bahkan meraka tidak peduli pada Jungkook dan hanya memikirkan uang.
Ayah dan ibu Jungkook baru saja berpisah mungkin sekitar setengah tahun lalu. Mereka memilih berpisah karena merasa tak ada kecocokan lagi. Ya, pemuda Jeon itu memiliki keluarga broken home. Masalah biasa untuk seorang pecandu narkoba kan?
Jeon Jungkook tersenyum sinis pada dokter Oh.
"Beritahu saja jika mereka masih peduli padaku." Jawaban dari remaja Jeon membuat Sehun mengerti jika keluarga pemuda tersebut sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Aku tetap akan memberitahu kedua orangtuamu." Dengan wajah datarnya Sehun masih menatap lekat pemuda yang duduk dihadapannya. Jeon Jungkook berdiri dari ranjang, lalu mendongakkan kepalanya sambil menatap nyalang kearah sang dokter.
Sial, dokter ini benar-benar tinggi.
"Tidak perlu, berikan saja ponselku dan biarkan aku pergi dari sini."
"Apa? Membiarkanmu pergi begitu saja? Kau seorang pecandu narkoba, kau akan tetap dikarantina. Tindakanmu melanggar hukum bocah, obat-obatan itu tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Jadi kau tidak bisa pergi begitu saja."
Jeon Jungkook mengerang dia tidak mau dikarantina atau apalah itu, Jungkook tidak bodoh. Dia tau tindakannya mengkonsumsi narkoba memang dilarang dan tentu saja berbahaya. Tetapi, ia sama sekali tak menyesal, ia malah berharap dia bisa mati perlahan. Jadi, dia tidak butuh diobati cukup berikan dia barang itu.
Benar-benar bocah yang putus asa.
"Tetap disini, aku akan mengurus semuanya. Jadi jangan melakukan tindakan gegabah atau aku melaporkanmu kepolisi." Ucap Sehun sambil melenggang pergi dari ruangan yang ditempati pemuda Jeon itu. Sehun mengunci ruangan tersebut, tentu saja dia tau kalo bocah brandal itu akan mencoba kabur.
"Tidak bajingan! Biarkan aku pergi! Yahh dokter sialan!" Jungkook berlari mengejar dokter Oh. Lebih tepatnya ingin keluar dari tempat itu. Tapi nyatanya sia-sia saja. Dokter sialan itu mengunci ruangan yang ditempatinya.
Jungkook mencoba membuka bahkan menendang pintu itu tapi tetap saja tidak bisa. Sampai dia merasa kelelahan sendiri.
"Jeon Jungkook huh?" gumam Sehun sambil berjalan memegangi benda persegi panjang yang diketahui sebagai milik dari pemuda bergigi kelinci yang ditemukannya pingsan disebuah gang.
"Jadi kau menyuruhku mengurusi bocah pecandu narkoba?" Ucap lelaki tampan berambut abu-abu dengan piercing di kedua telingannya. Lelaki yang menggunakan jas dokter yang sama dengan Oh Sehun itu berdecak malas.
"Benar Dokter Kim, sebenarnya aku ingin sekali menjadi dokter bocah itu. Tapi, kau tahu kan kalo aku adalah seorang dokter bedah bukan dokter kejiwaan yang menangani masalah narkoba."
"Biarkan aku melihatnya terlebih dahulu, dimana bocah itu Dokter Oh?"
"Aku menguncinya disebuah ruangan agar dia tidak kabur." Dokter Oh terkekeh pelan membuat lelaki bersurai abu-abu itu mengernyit. Ada apa dengan dokter bedah disampingnya itu sampai mencarinya hanya untuk mengobati seorang bocah pecandu narkoba yang tak dikenalnya?
Mereka berjalan beriringan menuju ruangan yang ditempati Jeon Jungkook. Sehun membuka ruangan tersebut dan melihat Jungkook masih disana, duduk bersila diatas ranjangnya sambil melamun. Cukup penurut juga bocah berandal itu.
"Tuan Jeon?" Panggilan dari Dokter Oh membuat Jungkook menoleh. Jungkook menatap heran kearah lelaki tinggi itu, kenapa dokter itu membawa seorang lelaki yang diyakini Jungkook sebagai preman? Apakah preman itu disuruh memukulinya karena dia seorang pecandu narkoba?
"Aku telah memberitahukan kepada orangtuamu kalo anaknya terkena narkoba dan membutuhkan rehabilitasi, meraka akan segera kemari. Dan orang yang ada disebelahku ini adalah dokter yang akan merawatmu selama kau dikarantina."
"Huh? Tunggu- apa?! Yang benar saja?!" Lelaki yang berdadan seperti preman itu dokternya? Mana mungkin!
Lihat saja caranya berpakaian, lebih pantas disebut sebagai preman dari pada dokter, celana jeans sobek dibagian paha, kaos oblong berwarna hitam, piercing dikedua telinganya dan rambut abu-abunya yang mencolok. Walaupun lelaki itu menggunakan jas dokter yang sama dengan Dokter Oh, tapi dia tidak terlihat sebagai seorang dokter.
"Namaku Kim Taehyung, mulai sekarang aku yang akan menjadi doktermu." Ucap pemuda itu memperkenalkan diri.
"Hahh.. pasti sangat merepotkan mengurusi bocah labil ini." Lanjutnya. Kim Taehyung menghela nafas dengan wajah super datar miliknya.
Pemuda Jeon reflek mengerutkan keningnya mendengar penuturan dokter preman itu. Apa dia bilang? Bocah Labil? Seenaknya saja mengatai orang.
"Brengsek! Aku bukan bocah labil Tuan dokter yang terhormat." Ketus Jungkook lalu mengalihkan pandangannya ke jendela kamar inapnya. Kepalanya penuh dengan pemikiran akan orangtuanya yang akan datang kemari. Yang benar saja, siapa yang akan mau repot repot mengurusi dirinya?
Dokter Kim hanya menatap serius bocah di depannya itu. Dengan hanya melihatnya saja dia tau bahwa pemuda bernama Jeon Jungkook itu kesepian dan butuh seseorang untuk dijadikan sandaran.
Menjadi pecandu narkoba hanya untuk melampiaskan beban pikirannya. Tipikal bocah broken home sekali. Taehyung membisikkan sesuatu kepada dokter Oh yang di balas anggukan oleh dokter Oh. Dokter Oh mengulurkan tangannya untuk mengusak ringan surai kecoklatan Jungkook yang membuat sang empunya menoleh dengan tatapan bertanya.
"Menurutlah dengan dokter Kim. Dia bisa-bisa memukulmu kalau kau membangkang." Canda dokter Oh yang di hadiahi tatapan mematikan oleh Taehyung. Dokter Oh hanya tertawa dan beranjak pergi dari sana.
Jungkook beralih menatap dokter Kim yang masih setia menatapnya tajam dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.
"Kau akan memukulku?" Tanya Jungkook kelewat pelan. Dia sedang tidak mood untuk bertengkar dengan dokter sangar di depannya.
"Ya. Aku akan memukulmu jika kau berontak untuk ku obati." Ucap Taehyung lalu beralih menghubungi asistennya untuk membawakan beberapa perlengkapan untuk memeriksa pasien labilnya.
"Aku tidak mau di obati. Aku lebih baik mati saja." Ucap Jungkook kelewat santai.
Taehyung hanya menatapnya malas dan mengakhiri sambungan telepon dengan asistennya.
"Setelah orangtuamu kemari. Kau akan di rehabilitasi." Tegas Taehyung. Tidak habis pikir dengan otak bocah di depannya. Enak saja bilang mati, disini Taehyung dokter penanggung bisa saja namanya tercemar jika satu pasiennya mati.
"Mereka tidak akan datang." Gumam Jungkook. Matanya menatap kosong tembok di depannya.
"Mereka tidak akan pernah datang meskipun aku mati. Mereka tidak peduli padaku, mereka hanya peduli pada perusahaan mereka. Tujuan mereka hanya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupku yang bahkan aku tak pernah menikmati semua itu. Apa kau tau dokter Kim? Mereka seperti itu sejak aku bayi. Aku tidak pernah merasakan pelukan Ibuku ataupun nasehat Ayahku. Aku terbiasa sendiri hingga aku rasanya seperti sudah mati. Dan sekarang mereka berpisah karena alasan tak ada kecocokan lagi. Damn bitch lucu sekali." Jungkook tertawa hambar.
Dia juga tidak tau kenapa dia dengan mudahnya bercerita kepada dokter preman di depannya ini. Ia hanya merasa harus saja. Lagipula sekarang pria itu dokternya bukan? Mestinya wajar jika ia menceritakan penyakitnya pada dokternya.
"Aku tidak ingin diobati dokter. Aku ingin pulang." Gumamnya lagi. Jungkook beranjak dari kasurnya bermaksud untuk pergi dari sana sebelum tangannya di cekal oleh telapak tangan yang begitu besar dan terasa hangat?
"Berbaringlah kembali. Aku akan memeriksa dan melakukan beberapa tes padamu, aku juga harus menunggu orangtuamu untuk penandatanganan izin melakukan rehabilitasi. Dan-
Taehyung menggantungkan ucapannya. Membuat Jungkook mengerutkan keningnya penuh tanya.
"Dan jika orangtuamu benar tidak datang. Kau boleh pulang." Lanjut Taehyung. Raut Jungkook berubah sumringah ketika mendengar kata pulang. Sebelum dia sempat membuka mulutnya Taehyung dengan cepat memotong perkataanya.
"Tapi jika hasil tes menunjukkan keadaanmu yang mengkhawatirkan, kau harus di rehabilitasi tidak peduli kau menolak atau menerima. Aku akan memaksa merehabilitasimu di lembaga rehabilitasi narkoba ataupun di rumahmu." Final dokter Kim yang membuat Jungkook melongo mendengarnya. Enak saja dokter ini. Main perintah-perintah seperti diktator.
"Kau tidak akan bisa menemukanku dan bangsat! Aku tidak akan pernah sudi di rehabilitasi!" Sembur Jungkook kelewat emosi karena terlalu jengah dengan dokter preman di depannya.
"Aku tidak peduli. Sekarang berbaring atau aku akan memperkosamu disini." Ucap Taehyung tegas dengan muka datar andalannya. Susah sekali mengatur bocah ini.
Jungkook bergidik ngeri mendengar ucapan Taehyung. Daripada benar dia di perkosa disini lebih baik dia menurut saja.
'Dokter cabul!' Umpat Jungkook dalam hati. Ia lalu membaringkan badannya kembali ke ranjang sesaat sebelum seorang lelaki memasuki ruangannya dengan membawa botol-botol dam jarum suntik- oh shit! Jungkook benci ini.
Laki-laki itu mendekati Taehyung dan menyiapkan peralatan yang dokter Kim butuhkan. Taehyung mengambil alat suntik yang masih kosong dan baru, ia juga membalurkan kapas yang telah di basahi alkohol di kulit lengan Jungkook sebelum menyuntikkan jarum suntik tepat pada pembuluh darah Jungkook untuk mengambil darah Jungkook.
Jungkook hanya terdiam memperhatikan segala gerak gerik dokternya itu. Dia serius sekali sampai-sampai mukanya seperti aspal jalanan-datar-. Jungkook ingin protes saat Ia melihat Taehyung memasukan cairan entah apa kedalam tabung suntik dan mengarahkannya lagi ke pembuluh darah di tangannya. Tapi sebelum Ia sempat mengeluarkan kalimat protesnya, Taehyung telah menatapnya dengan tatapan super tajam yang membuat Jungkook terdiam tak berani mengeluarkan sepatah kata apapun. Jungkook hanya mengernyitkan dahinya ketika dirasa cairan itu memasuki tubuhnya dan membaur bersama darahnya.
Setelahnya Jungkook merasakan dirinya mengantuk luar biasa dan sebelum kesadarannya habis di renggut alam bawah sadarnya, Ia mendengar Taehyung menggumamkan sesuatu yang membuat hati Jungkook menghangat.
"Tidurlah, aku menjagamu." Itu adalah kalimat terakhir yang Jungkook dengar sebelum alam bawah sadarnya benar-benar merenggut kesadarannya.
Taehyung yang melihat Jungkook telah mengarungi mimpinya hanya menatapnya dengan muka datar dan menaikan selimut Jungkook sebatas dadanya. Sudut bibir Taehyung terangkat sedikit membentuk senyum tipis-tipis sekali- sebelum menggumam-
"Bocah."
TBC
Review please para sider-nim "( itung-itung buat semangat apdet :)
