"Mitsumeau sono shisen tojita sekai no naka…"

"Kizukanai furi wo shite mo yoi wo satoraresou…"

-Normal POV-

Di sebuah mansion yang terbakar oleh api yang merah, dihiasi langit malam berbintang, seorang anak berumur 13 tahun berdiri di depannya. Tangan kanannya memegangi ujung dahi kanannya. Dari dahinya beraliran darah segar yang juga membasahi rambutnya yang berwarna silver.

"Father… Mother…" kata anak bernama Skye Steiner sambil melihat pada tempat tinggalnya yang terbakar. Wajahnya penuh dendam dan beraliran air mata.

"I swear I'll revenge of your death!"

-After 10 years, Phantom's Mansion, Skye's POV-

"Sir Phantom, it's time to wake up."

Terdengar suara maid-ku yang membangunkanku dari mimpi masa laluku. Aku pun memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurku. Aku menyisir poniku dengan tangan kiriku. Maid-ku melihat bekas luka goresan yang panjang di ujung dahiku.

"You may go," perintahku pada maid-ku dengan singkat. Maid-ku hanya bertugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga di sini sampai sore, setelah itu, dia pulang ke rumahnya sendiri.

Aku langsung berganti pakaianku dengan pakaian seorang bangsawan berwarna hitam. Semenjak kejadian itu, aku jadi sangat menyukai warna hitam. Pakaian yang kupakai selalu warna hitam dengan sedikit warna putih.

Aku menghadap cermin dan menyisir rambut silver-nya yang lumayan panjang. Kulihat bekas luka yang terdapat di dahiku. Bekas luka yang disebabkan oleh keluarga Harvenheit…. Aku memanjangkan rambutku dengan alasan untuk menutupi bekas luka masa laluku ini. Aku sampai harus mengubah margaku. Sekarang namaku adalah Skye Phantom.

Ya… merekalah yang menyebabkan diriku menjadi seperti ini.

TOK! TOK!

"Sir, the breakfast is ready," kata maid-ku dari luar kamar.

"Coming," jawabku dengan singkat. Aku pun segera keluar dari kamar dan menuju kelantai bawah untuk sarapan.

Rumahku sangat luas untuk diriku sendiri. Tapi dengan alasan pribadi, aku menginginkan rumah ini tidak begitu sering dimasuki orang lain.

Aku selesai sarapan, dan aku segera menuju ke tempat keluarga Harvenheit. Hari ini, aku akan menghadiri dari pesta yang diadakan musuhku.

-Harvenheit's Mansion, still Skye's POV-

"Oh! Lord Phantom! How do you do?" sapa pria separuh baya Gray Harvenheit, kepala keluarga Harvenheit. Dia mengulurkan tangan kanan padaku. Ya, dialah orang yang merebut semua milikku. Mulai dari rumah, orang tua, sampai orang sangat kusayangi. Dan mungkin dia sudah menganggap diriku mati sejak kejadian itu.

Aku langsung memasang senyum yang seorang bangsawan dan menyalami tangannya. Dan menjawab sapaanya,

"How do you do? My name is Skye Phantom. Thank you for your invitation."

"Oh no, it's my honor to invite you to my daughter's birthday!" balasnya lagi dengan penuh basa-basi.

"Dear, there is a guest. He is waiting for you," kata istrinya yang bernama Mary Harvenheit.

"Excuse me," pamitnya sambil berjalan menuju ke tempat istrinya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan di rumah ini.

Aku berjalan di lorong rumah itu yang panjang. Tiba-tiba, perhatianku tertuju pada suara permainan biola yang sangat kukenal. Ya, ini adalah musik milikku dan hanya pernah kuajarkan pada satu orang saja.

Aku melihat ke ruangan dari alunan biola itu berasal. Seorang gadis berambut pirang panjang yang diikat dua dengan pita hitam. Dia memakai gaun lengan panjang berwarna hitam pada bagian luarnya, dan abu-abu gelap pada bagian dalamnya. Dia memainkan biolanya dengan sangat indah. Banyak tamu yang terpesona mendengarkan permainan biolanya.

Lagu yang dimainkannya terasa sangat ringan dan indah, beda dengan saat aku memainkannya. Padahal masih lagu yang sama.

Dia selesai memainkan biolanya. Para tamu langsung bertepuk tangan karena kagum akan permainannya.

"Thank you…" katanya malu-malu sambil menunduk. Aku langsung menyembunyikan diri. Kemudian tersenyum licik. Dia benar-benar berbeda denganku, dia yang bagaikan malaikat suci dan aku yang bagaikan iblis.

"Skye? What are you doing here?"

Aku langsung melihat ke orang yang memanggil namaku. Ternyata Cliff, sahabatku yang selalu menolongku setelah kejadian itu.

"Ah… It's you. You're invited too?" tanyaku pada sahabatku. Aku tidak menyangka kalau dia akan datang juga ke sini.

"Yes, I am. They invited me, I didn't know that they invited you either," katanya yang juga sedikit terkejut kalau aku diundang. Tiba-tiba aku tersenyum licik, Cliff langsung mengerti artinya.

"Skye… don't tell me that you…" katanya serius. Ternyata dia memang tahu.

"Yes. It is time, to revenge…"

Cliff langsung tertegun atas jawabanky yang terasa sangat dingin. Aku sudah menahan kemarahanku selama sepuluh tahun. Cliff langsung menarikku ke tempat yang lebih sepi.

"Ternyata kamu masih berpikir untuk balas dendam ya? Kupikir kamu sudah lama melupakan niat itu!" nasehat Cliff padaku dengan serius.

"Melupakan niat balas dendam? Kenapa aku harus melupakan niat itu?" tanyaku kembali padanya. Meski sudah sepuluh tahun, niatku untuk balas dendam tidak hilang sedikit pun.

"Skye, apa yang hilang sudah tidak akan kembali lagi… apalagi… sasaran balas dendam kamu adalah…" kata Cliff yang berusaha menyelesaikan kalimatnya. Kemudian dia menarik nafas, akhirnya melanjutkan kata-katanya,

"Gadis itu kan?"

Aku hanya terdiam, benar sekali kata-katanya. Targetku, adalah anak perempuan mereka, Claire Harvenheit.

"Percuma… aku tidak akan mengurungkan niatku.." kataku pada Cliff. Aku pun pergi meninggalkannya.

-Night, Phantom's Mansion, Skye's POV-

Jam sebelas malam. Aku mulai berganti pakaian dengan jubah hitam yang panjang. Aku memakai topi hitam besar yang mampu menutupi wajahku. Kemudian kupakai topeng yang menutup mataku, bentuk hidungku dan juga bekas lukaku. Dengan begini, aku hanya menampakkan mulutku dan juga pipiku.

I am a phantom…

Aku membuka jendela dan mulai melompati satu per satu. Akhirnya aku pun sampai ke kediaman Harvenheit. Tirai jendelanya terbuka. Gadis pirang itu sedang tertidur pulas. Aku langsung melompat ke beranda kamarnya. Kemudian, aku memasuki kamarnya.

Aku berlutut ala bangsawan didepan tempat tidurnya. Kusingkap tirai kasurnya dan kupandang gadis yang sedang tertidur itu dengan dekat. Tidak apa-apa kalau dia bangun dan melihatku, aku sudah memakai topeng. Kuraih rambutnya dan mencium rambutnya. Dan aku memenjamkan matak emerald-ku…

"Claire…"

Yes…

That is her name…

Claire harvenheit…

My enemy… and also my love…

"Our lines of sight intersect within this closed world…"

"Although you play dumb, I can almost feel your infatuation…"

TO BE CONTINUED…


akhirnya... diriku berhasil membuat cantarella! XD

ada beberapa pertanyaan yg ingin kutanyakan untuk yg udah baca cendrillion XD

1. puaskah kalian dengan isi ceritanya?

2. endingnya ngegantung ya?

3. apa aku perlu membuat sekuelnya?

mohon dijawab ya! XD

thank you!

Deffene FATE *tepar!*