You Love Me Way Too Much
Mpreg - SingleParent!AU - Politics!AU
Baekhyun menyakiti Chanyeol terlalu banyak. Tapi satu hal yang carrier itu tahu, seberapa parah pun luka yang telah ia torehkan pada sang dominan, Chanyeol akan kembali untuk bersimpuh dikakinya dengan senyuman dan darah yang mengaliri kepala. Baekhyun tak bisa berhenti. Perasaan ini terlalu menyenangkan.
e)(o
Penghujung musim panas 2018. Daun-daun maple mulai kering, musim gugur yang berangin akan segera tiba dalam hitungan hari. Itu sebabnya, suhu udara sudah mulai rendah dan hujan ada dimana-mana.
Baekhyun keluar dari ruang Kepala Sekolah dengan mantel coklat yang membalut tubuh mungilnya. Secarik amplop ia genggam erat walau benda itu sudah tersimpan aman didalam salah satu sakunya.
Wajah cantiknya tak menunjukkan banyak ekspresi. Ia sudah terlalu banyak berdusta didalam ruangan tadi, semata-mata hanya untuk mempertahankan sebuah argumen tak berpondasi agar putranya, Sehun, tetap bisa bersekolah disini. Sehun adalah berandalan SMA Cheongsan yang lahir dari rahimnya, buah hatinya, hasil dari hubungan gelap yang ia lakukan dengan seorang pengusaha tambang ilegal kaya raya.
Baekhyun dan Ayah biologisnya Sehun tak pernah sepakat untuk menikah. Hanya ada uang bulanan jutaan Won yang mengalir ke rekeningnya sebagai penopang hidup dari si tua bangka selama ini. Ya, Baekhyun hamil di umur 18 sedangkan si pria brengsek sudah berkepala 4. Mereka melakukannya dengan alasan suka sama suka, berkali-kali. Baekhyun mendapatkan hasil yang ia inginkan. Dia dinyatakan hamil beberapa bulan kemudian.
Tidak ada yang berpikir sejauh itu jika Baekhyun akan memanfaatkan rahimnya untuk memeras seorang bajingan kaya raya. Pria itu pun tak menyadarinya sampai sekarang. Untuk jangka waktu yang terbilang seumur hidup, finansial Baekhyun dan juga putranya sudah terjamin berkat selembar kertas yang berisi tanda tangan dari kedua belah pihak. Baekhyun sudah lebih dulu memastikan bahwa kontrak itu berkekuatan hukum. Semua itu ia lakukan di usianya yang ke-19, tahun yang sama dimana ia melahirkan sang buah hati.
Keluar dari panti asuhan, sedikit bersenang-senang didunia fana, hamil, melahirkan anak dan berperan sebagai single parent adalah rentetan pola yang menceritakan perjalanan hidup seorang Byun Baekhyun secara singkat.
Tahun demi tahun berlalu dan usianya sudah menginjak angka 37. Sehun pula sudah semakin dewasa, tahun ini adalah semester terakhirnya di SMA. Itu sebabnya Baekhyun mengerang frustasi didalam mobil sambil memukul keras stir kemudinya.
"Sial!"
Dia mengumpat tertahan, memejamkan mata erat sambil memijat keningnya yang berdenyut.
Baekhyun tak pernah menyalahkan sang putra atas setiap kekacauan yang ia perbuat selama ini. Sehun dan tingkah berandalnya adalah suatu kewajaran karena latar belakang orangtuanya yang sama-sama brengsek. Uang yang selama ini menafkahinya juga tak pantas disebut sebagai berkat Tuhan. Singkatnya, itu uang haram.
Baekhyun tak bisa menahan tawanya lebih lama lagi. Hidupnya benar-benar seperti sebuah lelucon.
Dengan membawa surat pernyataan "Drop Out" disakunya, Baekhyun meninggalkan lapangan parkir gedung sekolah prestisius ini dengan otak yang tak berhenti memikirkan lembaga pendidikan mana lagi yang akan menerima putranya. 98% tidak ada. 2% sisanya adalah Baekhyun yang bersikeras untuk optimis bahwa mencari sekolah baru bukanlah hal yang mustahil.
"Sayang, kau sudah makan?"
Baekhyun meletakkan plastik belanjaannya di counter marmer dapur, mendapati sang putra sedang meneguk susu langsung dari kotaknya didepan pintu kulkas.
"Belum, Ma. Aku juga baru bangun."
Baekhyun tersenyum tipis sebagai jawaban. Tak usah dijelaskanpun sebenarnya ia sudah bisa menebak. Rambut Sehun masih berantakan khas orang yang baru berpisah dari bantal, celana training hitam dan kaus putih polos yang merupakan sleeping attire wajib bagi putranya itu pun masih sama seperti yang dia pakai semalam.
Terlepas dari waktu yang telah menunjukkan pukul 3 sore, Baekhyun hanya bisa mengkhawatirkan fakta bahwa sudah berjam-jam lamanya sang putra tertidur dalam keadaan perut kosong.
"Mama akan langsung membuatkan makanan untukmu. Sarapannya pasti sudah tidak enak lagi. Tunggulah di ruang TV. 30 menit pasti selesai."
"Aku ingin pasta, Ma."
"Cream base or Marinara base?"
"Marinara. Jangan tambahkan jamur. Aku sedang tidak ingin."
"Siap, Boss."
Seperti biasa, Baekhyun akan menerima sebuah kecupan lembut didahinya dari sang putra, membuat si Carrier mungil tertawa kecil. Sehun selalu berperilaku baik dan manis didepan Mamanya, terlepas dari image nakal yang melekat pada dirinya di lingkungan luar.
Sehun meninggalkan Mamanya yang sudah mulai sibuk memasak di dapur. Ruang TV adalah daerah kekuasaannya selain kamar. Sekotak sereal coklat ia jadikan camilan selagi acara Master Chef tayang disaluran tv kabel.
"Mama kenapa tidak coba ikut Master Chef saja?"
Sehun tiba-tiba nyeletuk dengan suara cukup keras agar sang Mama bisa mendengar dengan jelas.
"Kemampuan memasak Mama tidak sehebat itu."
"Tapi aku ingin melihat Mama tampil di TV. Lagipula, bagiku masakan Mama adalah yang terbaik."
"Setiap anak memang selalu memuji masakan orang tuanya seperti itu."
"Aku tidak memuji. Aku serius."
"Ck, kau ingin sekali ya Mama mengikuti acara itu?"
"Iya Ma. Kupikir itu menyenangkan, melihat wajah cantik Mama di TV sambil memasak."
"Baiklah, akan Mama pikirkan jika mereka membuka audisi tahun depan."
Baekhyun menutup konversasi mereka berdua dengan keputusan final yang sudah pasti Sehun inginkan. Dengan begitu perdebatan ini tidak harus berlanjut. Apapun yang diinginkan putranya, Baekhyun akan berusaha melakukan yang terbaik agar sang anak tak merasa kecewa.
Jika seseorang memiliki semangkuk cinta yang harus dibagi-bagi ke setiap orang disekelilingnya (orangtua, saudara, suami, anak, ataupun sahabat), maka Baekhyun menyiramkan seluruh cintanya hanya untuk Sehun seorang. Ya, sebanyak itulah ia mencintai sang putra. Karena hanya Sehun satu-satunya yang ia miliki didunia ini.
e)(o
"Mama mau kemana?"
3 hari berselang, Sehun mendapati Mamanya keluar dari kamar dengan dandanan yang menawan; jeans hitam ketat membalut kaki rampingnya, atasan turtle neck yang dimasukkan kedalam jeans lalu dibalut mantel bulu mewah berwarna krem. Aksesoris berkilauan seperti pearcing telinga dan kalung berlian juga turut mempercantik penampilannya.
Suara Opening America's Got Talent bergema dari speaker TV, itu artinya sekarang pukul 7 malam tepat. Ah, sepertinya Sehun sudah mulai mengendus sesuatu yang familiar dari deretan kejadian ini.
"Mama ada acara makan malam diluar dengan seseorang."
"Maksud Mama adalah kencan. Aku tahu." Sehun menyahut santai, menyilangkan kakinya dan kembali bersandar nyaman di sofa.
Baekhyun menyampirkan sling bag mungilnya dibahu, berjalan mendekati sang putra dan mengambil tempat duduk tepat disampingnya.
"Makan malam sudah Mama siapkan. Kau bisa menghangatkan di microwave jika mau."
"Mama akan menginap di hotel lagi?"
Pertanyaan to the point dari Sehun membuat Baekhyun menghela nafas. Tapi tetap saja, atensi Sehun masih bertahan pada layar TV.
"Belum tahu. Tapi sebenarnya Mama tidak ingin. Dengar, Sehun. Mama pastikan minggu depan kau bisa kembali ke sekolah lamamu."
"Apa ini? Apa kali ini Mama mau mengencani ketua yayasan sekolah?"
"Tidak, sayang. Dia... Sebenarnya dia seseorang dari pemerintahan."
"Siapa? Presiden?"
Baekhyun menunduk mengulum tawa keringnya. Tidak, dia bukan jalang yang sehebat itu.
"Dia Walikota Seoul, sayang."
"Oh, wow. Kurasa aku bisa memamerkan yang satu ini pada teman-teman."
Sehun mengeluarkan handphonenya, sepertinya serius ingin mengirim chat pada beberapa teman soal pasangan kencan Baekhyun kali ini.
Baekhyun menahan tangan sang putra, menarik lembut handphone itu dan menatapnya dengan mata yang membendung rasa bersalah.
"Sayang, kau tidak lupa kan kalau Walikota itu sudah beristri?"
"Lalu? Toh hal itu juga tak menghalangi Mama untuk tetap menerima tawaran kencan darinya."
Baekhyun sudah tahu bahwa perdebatan semacam ini akan terjadi, lagi. Sehun memang tak pernah secara gamblang mengatakan bahwa ia tidak suka melihat Mamanya berkencan dengan macam-macam pria dengan latar belakang beragam selama ini. Kebanyakan memang yang sudah beristri, walau pada akhirnya Baekhyun tak pernah benar-benar merebut suami mereka karena yang ia inginkan bukanlah sebuah status, melainkan sejumlah uang yang bisa ia dapatkan dalam kurun waktu berkencan beberapa bulan.
Baekhyun bukanlah jalang yang mempunyai konsep sewaan dan konotasi negatif lain yang selalu mengikuti dibelakangnya. Dia benar-benar mengencani para pria itu namun tidak pernah serius untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih dari sekedar fine dinner lalu malam yang panas. Toh dia juga tidak mau selamanya berhubungan dengan suami orang. Dia hanya sedikit memanfaatkan keadaan dan rasanya itu tidak benar-benar merugikan siapapun.
"Mama akan pulang malam ini. Mama janji."
Dengan begitu, Sehun merasa ia tidak perlu menahan mamanya lagi dengan serangkaian argumentasi tak berujung. Sebuah kecupan dan elusan lembut dipipinya menjadi salam pamit dari sang Mama. Pintu apartemen mewah mereka terkunci secara otomatis setelah Baekhyun keluar, membuat Sehun bisa dengan sesuka hati melempar remote ke lantai hingga hancur berkeping-keping.
Dia muak mendengar cemoohan orang-orang tentang sang Mama. Disekolah, dengan gampang Sehun mematahkan hidung 3 murid yang minggu lalu bergosip dan mengatai Mamanya dengan sebutan "Shamless whore". Saat dinyatakan keluar dari sekolah bodoh itupun sebenarnya Sehun tidak merasa keberatan sama sekali.
e)(o
Iringan Biola dan Cinquilo bernyanyi lembut di nada G, nampak serasi dengan suasana private lounge yang didominasi oleh perabotan mewah dan gorden berwarna marun. Elegan, berkelas, hangat namun sedikit menantang. Hidangan bintang lama yang memiliki ciri khas topping Caviar dan Truffle tersaji apik diatas meja.
Piring Appetizer sudah lebih dulu diambil, dan sekarang adalah waktunya bagi mereka untuk menikmati Main Course.
Baekhyun meneguk sedikit Wine dari gelas kristal yang baru terisi kembali sebelum memulai percakapan.
"Sepertinya Tuan alergi pada seafood, benar?"
Senyum manis tercipta dengan elegan dari bibir tipisnya, yang secara tidak sadar telah membuat sang lawan bicara terpaku sejenak dalam kekaguman.
Sang dominan menggeleng samar. Tujuannya untuk mendistraksi pemandangan menghipnotis tadi, bukan menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya.
"Ya, kau benar. Aku memang alergi pada beberapa jenis seafood seperti scallop, tiram dan kepiting."
Baekhyun mengangguk paham, tidak begitu memperhatikan bahwa sang lawan bicara ingin melanjutkan perkataannya lagi.
"Dan tolong jangan memanggilku dengan sebutan Tuan. Panggil aku Chanyeol. Kau bisa memanggilku dengan nama saja, Baek."
Ah, Baek. Apa dia sudah merasa senyaman itu? Baekhyun merasa sedikit lucu, menyembunyikan senyum terhiburnya dibalik tundukan.
Kepalanya kemudian terangkat dan anggukan kecil ia berikan sebagai jawaban. "Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan, Chanyeol."
Park Chanyeol sang Walikota tersenyum puas, tak pernah sedikitpun ingin melepas pandangan dari sosok indah yang duduk dihadapannya saat ini. Makan malam mereka berlangsung khidmat, dengan sedikit bumbu-bumbu percakapan dan serangkaian humor yang Chanyeol lemparkan untuk membuat Baekhyun terkesan. Beberapa memang membuat sang Carrier tertawa tulus. Namun sisanya hanya kekehan yang dibuat-buat tapi tetap terlihat alami berkat kemampuannya dalam bersandiwara.
"Ini malam yang menakjubkan. Aku sangat menikmati waktu yang kita habiskan bersama, Baekhyun."
"Aku juga. Makan malam bersama denganmu sangat menyenangkan."
Senyum Chanyeol perlahan-lahan berubah menjadi seringaian yang gugup. Tangannya perlahan terangkat, agak ragu saat mendarat diatas meja. Lambat laun telapak besar itu merangkak, ingin bertautan dengan tangan mungil yang ada diseberangnya.
Baekhyun tersenyum tipis saat masing-masing tangan mereka akhirnya menyatu. Chanyeol menangkupnya lembut, mengusap-usap ibu jarinya diatas punggung tangan Baekhyun.
"Bisa kita lanjutkan? Mm... Maksudku, apa kau bersedia ikut denganku malam ini?"
Kegugupan yang nyata tertampak jelas dari wajah dan juga perkataan Chanyeol yang sedikit terbata. Siapa yang menyangka, pria paling berkuasa sejagat Seoul seperti dirinya bisa jadi seciut ini saat dihadapkan dengan sosok mungil seperti Baekhyun.
Ini bukan tentang sosok siapa yang mendominasi. Tapi ini tentang Park Chanyeol yang tak kuasa menolak pesona laki-laki Carrier pencuri hatinya sejak beberapa bulan lalu. Ya, sudah cukup lama Chanyeol menanti-nantikan momen pertemuan mereka berdua yang baru bisa terealisasi sekarang.
Dalam sekali bertemu, Chanyeol langsung sadar bahwa Baekhyun terlalu indah untuk disia-siakan. Chanyeol terhanyut dalam senyuman dan mata bulan sabit milik Baekhyun yang mampu menggeser purnama. Kulit putihnya bersinar dibawah cahaya, lebih halus dibandingkan sutra manapun yang pernah ia sentuh.
"Aku sangat ingin, Chanyeol. Tapi maaf, malam ini aku tidak bisa."
Baekhyun menolak dengan sangat lembut, membuat raut kecewa pun enggan tertampak dari wajah Chanyeol. Memberikan seisi dunia untuk si Carrier pun Chanyeol rasa ia sanggup, apalagi sekedar memaklumi alasan Baekhyun yang menolak tawarannya malam ini. Chanyeol pikir ia bisa menunggu, bahkan jika untuk 1000 tahun lamanya. Apapun untuk Baekhyun, Chanyeol pasti akan menyanggupi segalanya.
"Sebenarnya, aku dan putraku sedang mengalami sedikit krisis. Dia baru saja dikeluarkan dari sekolah karena terlibat perkelahian. Biasa, anak laki-laki seusianya masih dikuasi ego yang bergejolak tinggi. Dan saat ini aku benar-benar pusing. Sehun butuh dukungan penuh dariku dalam situasi seperti ini. Dan beban terberatku sekarang adalah, entah sekolah mana yang mau menerima murid kelas 3 seperti dirinya. Jujur aku jadi sedikit stress karena memikirkan ini setiap hari."
Chanyeol mendengarkan setiap keluhan Baekhyun dengan seksama dan penuh konsentrasi. Keningnya berkerut dalam kekhawatiran. Laki-laki itu menghela nafas, ibu jarinya ia gerakan untuk mengelus kembali tangan Baekhyun sebagai gestur menenangkan.
"Aku turut prihatin. Apa ini yang membuatmu terlihat sedikit gelisah sejak tadi?"
Baekhyun mengangguk pelan. Dalam hati ia cukup puas karena Chanyeol ternyata menangkap seluruh sinyal yang ia berikan secara detail.
"Sehun adalah segalanya untukku. Aku menginginkan masa depan yang terbaik untuknya."
Chanyeol nampak terdiam sejenak, mungkin sedang memikirkan semacam solusi sebelum menjawab. "Dia bisa dapatkan sekolah baru, secepatnya. Aku janji."
"Benarkah? Bagaimana caranya?"
Baekhyun bertanya pura-pura tak mengerti.
"Kau bisa memilih sekolah manapun yang kau mau untuk Sehun. Aku yang akan mengurus semuanya, tidak usah khawatir."
"Ah, kalau begitu... Apa kau bisa membuat Sehun kembali diterima disekolah lamanya? SMA Cheongsan adalah yang terbaik di kota ini, kau tahu."
"Tentu saja bisa. Serahkan semuanya padaku. Jadi kumohon, jangan biarkan dirimu dikuasai oleh stress lagi. Aku tidak ingin kau jatuh sakit."
Sialan, pria ini jelas sudah terlampau tergila-gila padanya. Baekhyun pikir ini cukup bagus walau terkadang tipe pria seperti Chanyeol akan sedikit merepotkan juga.
"Terimakasih banyak, Chanyeol. Aku tidak menyangka bahwa kau adalah pria yang sebaik ini. Kau tahu, tidak semua pria itu sama baiknya, apalagi pengertian. Aku bersyukur bisa mengenalmu."
Chanyeol tertunduk dengan senyum malu mengembang dipipinya. Mendapat pujian dari Baekhyun mungkin membuatnya ingin terbang sampai langit. Ia senang karena Baekhyun mau menerima bantuan darinya untuk membuat Sehun kembali ke sekolah.
Tak sedikitpun Chanyeol tahu bahwa inilah tujuan utama Baekhyun mau menerima tawaran kencannya malam ini. Karena Carrier itu tahu, orang dengan jabatan seperti Chanyeol pasti bisa membantunya keluar dari masalah yang sedang dia alami.
"Aku yang harusnya merasa bersyukur karena kau mau menerima tawaran untuk bertemu denganku, Baek. Dan aku harus mengucapkan terimakasih juga pada Luhan. Berkat dia, aku bisa mengenal sosok seindah dirimu didunia ini."
"Luhan memang luar biasa. Aku pun tidak menyangka kalau dia mengenal dekat seorang Walikota Seoul. Suatu kehormatan bagiku untuk menerima undangan makan malam darimu, Chanyeol."
Tentu saja Luhan adalah teman yang luar biasa. Dia juga datang dari kalangan kelas atas dan mempunyai banyak kenalan kaum jetset, jadi itu wajar bagi dirinya. Baekhyun selalu memastikan bahwa teman sepergaulannya adalah orang-orang berpengaruh seperti Luhan. Kalau tidak, darimana ia bisa mendapat kontak dan menerima banyak tawaran kencan dari laki-laki hebat selama ini?
"Sebaiknya aku antar kau pulang. Sehun pasti sudah menunggumu dirumah. Lagipula, tidak baik kalau kau menyetir sendirian malam-malam begini. Biar supirku yang akan mengantarkan mobilmu."
"Sekali lagi terimakasih, Chanyeol."
"Simpan terimakasihmu untuk kencan kita selanjutnya, Baek. Aku harap kau tidak menolak."
"Dengan senang hati, Tuan Park."
Satu lagi korban telah masuk kedalam perangkap yang manis.
e)(o
"Chanyeol?"
Sepelan apapun Chanyeol mencoba untuk menutup kembali pintu kamarnya, wanita yang terbaring di ranjang king size itu masih dapat mendengar dan terbangun dari tidurnya. Ah, mungkin dia tidak benar-benar tidur sama sekali.
"Tidak biasanya kau pulang selarut ini. Apa ada masalah dengan pekerjaan?"
Wanita itu duduk ditepi ranjangnya, disamping Chanyeol yang kini melepas jam tangan dan meletakannya di bedside table. Laki-laki tinggi itu tersenyum dan mengangguk samar sebagai jawaban.
Tangan wanita itu kemudian bergerak untuk memijat bahu tegang suaminya. Pasti harinya sangat berat.
Tak sedikitpun wanita itu mencium adanya aroma perselingkuhan dari laki-laki yang telah menikahinya selama 5 tahun ini.
"Kau ingin berendam di hot tub? Aku bisa menyiapkan air panasnya jika kau mau."
"Tidak perlu, Rose. Setelah ganti baju aku akan langsung istirahat saja."
Chanyeol kemudian berdiri untuk melepas pakaian formalnya di walk in closet. Sebenarnya ini bukan kali pertama Chanyeol menemui seseorang yang lain dibelakang istrinya, tapi entah kenapa malam ini Chanyeol merasa benar-benar bersalah. Menatap wajah istrinya berlama-lama pun rasanya ia tidak sanggup.
Karena dalam hatinya ia tahu, ada niat besar yang tumbuh untuk melanjutkan hubungan serius dengan Baekhyun di masa mendatang. Mungkin ia akan rela mengorbankan pernikahannya sendiri kali ini, siapa yang tahu. Baekhyun telah menarik perhatiannya sampai kedasar-dasar. Chanyeol bahkan masih bisa merasakan aroma parfum lembut milik sang Carrier walau hanya dengan membayangkannya saja. Mungkin dia sudah benar-benar dibuat gila.
Chanyeol menyingkirkan perasaan bersalahnya dan lebih mengikuti hasrat untuk menuntun pergerakannya kali ini. Pria mana yang rela melepaskan kesempatan untuk bisa berkencan dengan sosok seindah Baekhyun. Dia pria normal yang masih sehat, bahkan umurnya 5 tahun lebih muda dari si Carrier. Usia Baekhyun yang lebih matang darinya membuat Chanyeol merasa semakin tertantang. Petualangannya sebagai seorang laki-laki baru bisa terbilang sukses jika ia berhasil mendapatkan Baekhyun dan menjadikan dia miliknya.
Chanyeol tak sadar bahwa ia semakin terobsesi pada sebuah dosa yang akan membawanya pada lubang kehancuran. Segera.
e)(o
"Hei, Sehun kembali ke sekolah."
"Bagaimana bisa Oh Sehun kembali ke sekolah?"
"Kenapa kau masih bertanya? Itu pasti karena Ibunya."
"Apalagi yang dilakukan oleh ibunya? Apa kali ini dia menggoda ketua yayasan?"
"Ssstt... Diamlah! Kalau si berandalan itu mendengarnya, hidungmu juga akan dipatahkan seperti Jimin!"
Untungnya desas-desus itu pun tertelan oleh suara sambutan dari Jongin yang berlari kencang untuk merangkul si remaja berkulit pucat. "Hei, bro! Senang melihatmu kembali ke sekolah!"
Beberapa murid laki-laki nakal yang dikenal sebagai "pengikut Sehun" pun ikut menyalami si pemimpin. Mereka berjalan bersama-sama menuju tempat kekuasaan sang ketua berandalan sekolah; kelas kosong yang tak terpakai.
"Kawan, cobalah untuk lebih mengontrol emosimu kali ini. Jangan sampai kau berbuat kesalahan fatal lagi. Kita ini sudah mau lulus, man."
Jongin menepuk bahu Sehun sambil memberi wejangan. Ia harap untuk kali ini saja sang sahabat mau mendengarkannya.
"Tak usah pedulikan diriku. Bagaimana ujian kalian? Apa ada masalah?"
"Sial, kau malah mengkhawatirkan kami."
Jongin mengumpat, lagi-lagi Sehun mengabaikannya.
"Ujian kami baik, Boss. Itu semua berkat bantuan dari boss juga."
"Iya, terimakasih banyak, Boss."
Seluruh teman-temannya kompak mengucapkan terimakasih secara tulus.
Inilah rahasia kecil yang tak diketahui oleh banyak orang. Sehun adalah siswa pintar yang kerap membantu teman-teman sepermainannya untuk belajar. Tidak hanya menjadi tutor, tapi Sehun kerap memberi semangat dan motivasi bahwa meskipun orang-orang memandang mereka sebelah mata karena dicap sebagai murid berandalan, namun soal kemampuan dalam akademis mereka tidak bisa diremehkan. Tidak pernah satupun dari mereka pernah mengulang pelajaran apalagi ujian. Semuanya lulus walau cukup hanya dengan nilai standar.
Begitupun dengan Sehun. Sekalipun teman-teman akrabnya mengakui bahwa otaknya itu murni genius, ia tetap tidak ingin prestasinya terlihat mencolok disekolah. Sehun akan sengaja menjawab sebagian soal dengan keliru, memastikan bahwa nilai yang akan ia dapat cukup sebatas B, tidak pernah lebih.
"Bagus. Sepertinya aku harus menemui Songsaenim untuk meminta jadwal ujian mid susulan."
Sehun meninggalkan rombongannya dan berjalan santai menelusuri lorong. Jongin hanya bisa menggelengkan kepala. Mungkin temannya itu bukan sejenis manusia, tapi alien. Sifatnya sungguh aneh dan tak seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Dia sangat pendiam, namun gampang tersulut emosi. Mungkin itu sebabnya orang-orang lebih suka melabeli sang sahabat dengan sebutan berandalan. Dia bicara dengan tinjunya, bukan dengan mulut. Tapi tentu saja, Sehun tidak akan pernah sembarangan melayangkan tangan jika bukan karena orang itu yang lebih dulu mencari gara-gara padanya.
"Kalian semua, sebaiknya kita bantu si alien itu meyiapkan jadwal untuk ujian susulannya."
Setidaknya, hanya ini yang bisa Jongin lakukan untuk membantu si keras kepala yang tak pernah mau merepotkan orang lain.
e)(o
"Sehun, hari kita akan kedatangan tamu, sayang. Cepat bersiap-siap."
"Siapa yang akan datang, Ma?"
"Walikota Park. Mama mengundangnya untuk makan malam dirumah."
Sehun menyipit dengan tatapan yang mengintimidasi. Ribuan pertanyaan berkejaran didalam kepalanya, tapi ia tetap bertahan dalam bisu. Ada apa dengan Mamanya? Kenapa mengundang laki-laki mainannya ke rumah? Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, Sehun bersumpah.
Baekhyun seperti menyadari maksud dari keterdiaman Sehun. Hanya sang Mama yang mengerti betul bagaimana putranya. Ia menghela nafas, meletakkan pelan sendok-sendok yang ingin ia tata diatas meja.
"Mama hanya ingin berterimakasih karena dia menepati janjinya untuk membuatmu kembali ke sekolah. Apapun yang menyangkut kepentingan dirimu adalah kebahagiaan untuk Mama, sayang. Jangan tanyakan kenapa lagi. Kau segalanya untuk Mama."
"Aku tidak akan mengatakan apapun. Lakukan saja seperti keinginan Mama."
Sehun melangkah menuju kamarnya. Mungkin ia harus segera mandi dan berpakaian rapi karena itu akan membuat Mamanya senang. Sehun sendiri tahu bahwa Mamanya tak benar-benar menikmati setiap kencan yang dia lakukan. Tapi kenapa? Kenapa Mamanya tidak bisa berhenti?
Tapi bagaimanapun, Sehun tak pernah mempunyai hati untuk menggurui apalagi membentak sang Mama. Ia tahu seberapa besar laki-laki yang melahirkannya itu mencintainya. Mamanya melakukan segala hal semata-mata hanya untuk membahagiakan dirinya.
Tapi untuk kali ini saja... Mungkin ia bisa mencegah sebelum kekacauan lain terjadi lagi. Dia harus berbuat sesuatu jika tidak ingin salah satu dari mereka ada yang terluka. Permainan sang Mama harus segera dihentikan.
Seseorang dengan jabatan sebagai Walikota memang tidak bisa dianggap sembarangan. Mereka bisa saja terlibat masalah yang lebih serius jika berurusan dengan orang seperti Park Chanyeol dan keluarganya yang secara turun-temurun memiliki posisi penting di pemerintahan.
Sehun juga tidak bodoh. Sebelumnya ia sudah melakukan sedikit pencarian tentang latar belakang Park Chanyeol lewat peretasan informasi yang dapat diaksesnya dengan mudah. Terimakasih pada otak geniusnya, tentu saja.
Park Chanyeol adalah pengusaha muda yang memandat amanah dari sang Ayah untuk terjun ke dunia politik demi sebuah status dan bentuk perlindungan. Mereka melakukan beberapa bisnis ilegal yang membutuhkan perijinan palsu untuk bisa terus berjalan, seperti pengolahan kayu dan pengeboran minyak.
Itu sebabnya, dengan menjadi orang berpengaruh di pemerintahan Korea, bisnis keluarga Park tidak akan tersandung masalah dan kedudukan mereka dimata sosial juga semakin tinggi berkat pangkat yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Hampir seluruh saudara-saudari kandung Park Chanyeol memiliki jabatan didunia politik walau gunanya hanya sebagai pekerjaan "sampingan". Gubernur, Walikota, Anggota Dewan, bahkan ada yang menjadi Menteri. Sungguh silsilah keluarga yang tangguh.
Park Chanyeol adalah bungsu dari 8 bersaudara di keluarganya. Umurnya baru 32 tahun, sudah menikah dengan wanita blasteran Korea-Kanada bernama Rose. Sehun sedikit bisa menilai bahwa mungkin Chanyeol tidaklah seburuk anggota keluarganya yang lain. Dia lebih terlihat seperti alat, boneka yang dipakai oleh Ayahnya demi kelangsungan bisnis keluarga.
Entahlah, mungkin penilaian Sehun juga bisa salah. Dia akan memastikan semuanya malam ini. Yang pasti, sang Mama dan pria bernama Park Chanyeol tidak boleh bersama demi kebaikan mereka masing-masing.
e)(o
So what do you think?
See you in the next one...I guess ??
