A/N : Holaaaa minna*lambai-lambai* saya datang dari planet SasuSaku dan mampir ke planet NaruHina untuk mengirimkan pesan yang telah tersampaikan*halah* pada kalian semua. kali ini saya datang dengan Fic NaruHina, tadinya mau dibuat SasuSaku, tapi kayaknya lebih cocok NH aja hahaha. Fic ini saya persembahkan spesial untuk Ghifia Kuraudo partner-ku *ngaku-ngaku* Dan para NaruHina Lovers. ini dia 'Sahabat Bintang' jreng jreng…

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : NaruHina

Warning : OOC, Typo(maybe), aneh, AU, gaje dan lain-lain

Bintang cantik…

Aku ingin kau tahu

Sesungguhnya aku sendiri

Walaupun aku hidup dilingkungan mewah

Aku tetap sendiri

Tidak ada yang peduli padaku

Keluarga kandungku-pun tak peduli

Mereka menganggap aku tak ada

Aku kesepian

Sangat kesepian

Kesepian dalam hidupku kini

Hey Bintang cantik…

Bolehkah aku meminta?

Bolehkah aku berharap?

Adakah setitik harapan untukku?

Harapan yang dihadiahkan Tuhan untukku?

Jika memang ada

Aku ingin seseorang

Seseorang yang selalu ada untukku

Mendengar keluhanku

Membuatku tertawa

Membuatku merasa nyaman

Merasa terlindungi

Bahagia

Dan membuatku merasakan.

.

.

.

.

Jatuh cinta

~Sahabat Bintang~

Ribuan kerlip bintang membentang di angkasa luas. Menghiasi langit malam dengan sinarnya yang lembut. Dengan bulan selalu setia menemani sang bintang, walaupun udara dingin tak lelah menerpa. Sang bulan tetap ada untuk sang bintang. Bintang dan bulan tak akan terpisahkan.

Hinata, nama gadis itu. mata lavendernya memandang hamparan langit luas dengan tersenyum. Senyuman tulus yang hanya ia perlihatkan pada bintang. Mata lavender-nya menembus ribuan bintang dan berhenti pada satu titik. Titik terindah, titik dimana satu bintang bersinar paling terang.

Baginya bintang adalah sahabat, satu-satunya sahabat yang ia miliki. Bintang cantik ia menyebutnya. Di sanalah ia mengeluhkan semuanya. Mengeluh pada bintang cantik. Bintang cantik yang mengingatkannya pada ibunya, satu-satunya orang yang peduli padanya.

Hinata melangkahkan kakinya menuju kamar, dan kembali membawa secarik kertas dan bolpoin yang dihiasi bunga lavender di bagian atas bolpoin. Hinata menulis dikertas putih dengan bolpoin kesayangannya. Menuliskan apa yang saat ini ia pikirkan dan menjadi harapannya.

Hinata melipat kertas yang telah ia tuliskan harapannya menjadi sebuah pesawat terbang sederhana. Lalu menerbangkannya kmengikuti arah laju angin. Tertulis sebuah harapan yang sangat sederhana, tetapi memiliki sebuah makna berarti untuknya. Sebuah harapan kecil yang tertulis dikertas itu. harapan yang ia harapkan membawa kebahagiaan untuknya.

Mata lavender itu mengikuti kemana arah terbang pesawat itu. mangikuti arah angin yang membawa pesawatnya pergi. Rambut panjangnya terayun mengikuti irama angin. Merlahan, ia memejamkan matanya menikmati angin malam yang menerpa tubuhnya, Lalu membuka matanya pelan.

Dia mengadahkan kepalanya, tersenyum menatap langit malam yang terpenuhi bintang. Sang bintang berkelip membalas senyuman Hinata. sebuah bintang jatuh terselip di antara bintang-bintang, ekornya bercahaya mengikuti kemana bintang itu pergi. Hinata kembali memejamkan matanya dan mengatupkan kedua tanganya berdo'a. setelah itu, Hinata melangkahkan kakinya ke dalam kamar untuk tidur.

Sahabat Bintang

Naruto POV

Saat ini aku berjalan kaki untuk pulang ke rumah sehabis pulang latihan basket, tidak lupa dengan basket ditanganku. Setiap hari memang aku pulang malam, kecuali hari minggu dan jika tidak mengikuti ekskul basket. Dan setiap hari pula aku melihatnya, melihat seorang gadis derdiri dibalkon rumahnya melihat bintang.

Ya… aku akui gadis itu memang cantik. Ia memiliki rambut indigo panjang bermata lavender. Kulitnya putih bersinar dan senyumannya yang membuat wajahku menjadi panas. Sering kali aku ingin mengenal dan berteman dengannya, tapi… dia kan berasal dari keluarga terpandang, tepatnya hmm… kalau tidah salah Hyuga, ya Hyuga. apakah dia mau berteman denganku, yang berasal dari kalangan keluarga biasa?

Ku lihat dia kembali kekamarnya. Hah… kecewa juga sih, tapi… mau bagai mana lagi? Eh? Tunggu! yeay… dia kembali ke luar! Dengan membawa err… apa itu? kertas dan bolpoin mungkin? Apa yang ia lakukan dengan kedua benda itu? aku lihat dia menuliskan sesuatu pada kertas itu dengan wajah yang terlihat sedih, ada apa ya?

Setelah menulis, dia membentuk kertas itu menjadi sebuah pesawat lalu di terbangkannya mengikuti arah angin bertiup. Hmm… kira-kira isinya apa ya? Aku ingin mengejarnya, tapi gadis itu masih memandang kemana kertas itu pergi, sebaiknya tunggu saja sampai kertas itu berhenti, lalu buru-buru aku mengambilnya mengendap-endap hahaha…

Oh iya… dari tadi aku berbicara, tetapi keta belum berkenalan ya hehehe. kebiasaan, penyakit lupaku kambuh! Perkenalkan, nama saya Naruto, Uzumaki Naruto tepatnya hehehe. Uzumaki itu diambil dari nama klan ibuku, entahlah alasannya apa. Nama ibuku adalah Uzumaki Kushina, dia adalah ibu yang sangaaaat cantik. Dan ayahku adalah Namikaze Minato, dia adalah ayah yang sangat tampan, seperti aku ini hehehe. Ayahku bekerja sebagai kepala kepolisian di Konohagakure ini.

Eh? Lihat-lihat! Ada bintang jatuh! Cantik ya? Kata Okaa-san, kalau ada bintang jatuh, kita bisa berdoa, tapi… enggak tau bener apa enggak, mending berdoa saja lah. Hmm… ternyata gadis itu sudah masuk ya, dan kertas itu juga sudah jatuh, saatnya kita lihat! Eh… ternyata isinya impiannya ya? Dan siapa namanya, Hinata? Oke… Hinata, tunggulah aku! Aku akan mengabulkan semua impianmu! Terutama harapanmu yang paling bawah itu, baiklah… Hinata-chan tunggu waktu mainnya ya! hahaha….

END Naruto POV

Malam berikutnya…

Hinata mulai berbaring bersiap untuk tidur. Tetapi mata lavendernya tidak dapat terpejam, karena ia belum terlalu mengantuk untuk tidur, saat ini ia sangat malas untuk melihat bintang, karena ia telah puas melihat bintang beberapa menit yang lalu. Sehingga yang ia lakukan saat ini adalah memendang langit-langit kamatnya yang bewarna ungu polos dengan tenang.

Tok… tok… tok…

Tok…tok… tok..

Tiba-tiba, suara ketukan pintu kamarnya berkali-kali di ketuk oleh seseorang. Karena merasa takut Hinata hanya meringkuk di bawah selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tetapi suara itu tak kunjung menghilang, malahan suara itu makin keras terdengar.

Dengan berbekal rasa penasaran dan segenap keberania(?), Hinata perlangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya. Di intipnya perlahan dari celah-celah jendela, tetapi Hinata tidak dapat melihat apa-apa, hanya pemandangan malamlah yang tersaji.

Dengan perlahan, Hinata memutar kunci yang tersangkut di pintu, dan memutar knop pintu perlahan. Dibukanya dengan hati-hati dan…

"Hai,"

"Kyaaaa…"

Bukk…

"Aduh…" ucap Hinata mengelus bokongnya yang nyeri karena terjatuh.

Hinata terjungkang ke belakang karena kaget. Bagai mana tidak kaget, saat kau buka pintu dengan degub jantung yang tak terkendali, tiba-tiba di kejutkan dengan seseorang yang berada di hadapanmu lalu menyapamu secara tiba-tiba.

"Kau tidak apa-apa?"

Hinata mendongakkan kepalanya melihat orang yang ada dihadapannya dengan takut-takut. Bagai mana tidak takut, orang yang ada di hadapannya berada dibaranda kamarnya tanpa naik tangga! Dari mana dia bisa sampai di sini? Sedangkan kamarnya terletak di lantai dua, cukup tinggi bukan?

"Si-siapa k-kau?" Tanya Hinata dengan mata yang menunjukkan ketakutan dan menyelidik.

"Hei… jangan takut padaku! Aku bukan orang jahat! Aku adal…"

"Ya, kau bukan orang jahat! Kau ingin mencuri kan? Iya kan? Karena aku memergokimu sedang bertindak kejahatan kriminal di rumahku. Lalu kau menculikku, memasukkanku ke dalam karung, kalu membawaku kabur, te-terus kalau sudah sampai di tempat persembunyianmu. Kau mengeluarkanku dari dalam karung, lalu mengikat tangan dan kakiku dengan tali, menutup mulutku dengan plester, setelah itu k-kau me-motong-motong tu-tubuhku menjadi sembilan bagian, lalu membawa dagingku ke penjualan daging sapi, lalu ada orang yang membeli dagingku, lalu mengolahnya menjadi sup daging atau sebagainya untuk dimakan, iya kan? Kalau iya,sama saja kau orang jahat!" tuntut Hinata yang telah melupakan ketakutannya beberapa waktu yang lalu. Dengan mata yang melotot tajam orang di depannya dan tangan yang menodong bolpoin bewarna ungu di depan wajah orang itu.

"Ehh? HAHAHA… HAHAHA…"

Gelak tawa orang yang ada di hadapannya pun menggelegar yang tadi sempat dibuat tercengang dengan perkataan Hinata. 'Bagai mana mungkin dia berpikir seperti itu?' Mungkin itu yang ia pikirkan. Sedangkan Hinata menatap orang di hadapannya dengan alis terangkant bingung.

"Hei… kau kenapa?" Tanya Hinata innocent pada orang yang saat ini masih tertawa terbahak-bahak di depannya.

"Uh…uhum,"

Hinata memandang orang di depannya bingung

"Er… aku bukan orang jahat! Aku ini adalah er… kau boleh memanggilku Sahabat Bintang hehehe!" ucap sahabat bintang yang sebenarnya Bernama Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya salah tingkah.

Hinata memandang orang di hadapannya intens. Seorang pria bermata sewarna dengan langit cerah, sapire blue, berawakkan tinggi, berkulit putih kecoklattan dengan garis-garis panjang di kedua belah pipinya. Tibi-tiba saja, wajahnya merona karena baru menyadari bahwa orang di hadapannya sangatlah tampan.

"Kau tak apa?" Tanya Naruto yang menyadari pipi Hinata merona.

"Eh? I-iya a-aku tak a-apa!" jawab Hinata yang wajahnya masih merona.

"Boleh kenalan?" Tanya Naruto yang sebenarnya sudah tau namanya.

"I-iya na-namaku Hi-Hinata, Hyuga Hinata sa-salam ke-nal! Jadi… k-kau sa-sahabat bin-tang ya?" ucap Hinata tersenyum.

"Ya, aku adalah sahabat bintang, bintang yang ada di sana!" tunjuk Naruto pada bintang yang paling terang di langit. Hinata mengadahkan kepalanya kearah tangan Naruto menunjuk sambil tersenyum.

"Oh… a-aku juga sa-sahabatnya bintang-san! Setiap hari a-aku selalu melihat bi-bintang cantik itu!" Tanya Hinata.

"Ya, aku tau… setiap hari aku dan bintang cantikmu melihatmu dari atas sana " ucap Naruto tersenyum membuat wajah Hinata merona merah.

"Benarkah?" Tanya Hinata dengan mata berbinar.

"Ya, tentu saja!"

"Kalau begitu, kau sudah membaca suratku untuk bintang cantik dong?" tanya Hinata penuh harap.

"Surat? Oh… surat yang itu, sudah aku dan bintang cantikmu baca kok, aku baca bersama-sama sengan bintang cantik!" ucap Naruto mengangguk-angguk dan tersenyum. Hinata yang mendengarnya hanya tersenyum senang.

"Oh ya… aku ingin bertanya padamu bintang-san. Kenapa bintang-san ada di sini? Er maksudku, kan kamarku lantai dua, mana bisa bintang-san ada di kamarku? Kan kamarku tinggi?" Tanya Hinata. Pertanyaan Hinata sukses membuat Naruto gelagapan.

Deg…deg…

"Er… i-itu, aku kan sahabat bintang, jadi aku kesini de-dengan… dengan… erm… dengan terbang! Ya, terbang hehehe!" ucap Naruto menghela napas lega sambil menyeka keringat yang mengalir deras(?) didahinya. lega karena menemukan jawaban yang ia kira tepat, karena tidak mungkin ia menjawab bahwa ia melompati atap rumah warga, hah… sama saja bohong! Ckckck.

"Oh…"

Dan di bawah langit malam yang bertaburan bintang. dilanjutkan dengan obrolan-obrolan kecil dan diselingi dengan canda tawa diantara mereka.

FLASH BACK

"Naruto, kau mau kemana? Latihan belum selesai!" Tanya Kiba, teman satu tin Naruto.

"Pulang! Ada yang harus aku lakukan!"

"Tumben, biasanya kau belum akan pulang kalau waktu latihan belum selesai! Lakukan apa?" Tanya Kiba penasaran.

"Rahasia hahaha…" ucap Naruto menggoyangkan telunjuknya lalu berlalu meninggalkan lapangan.

"Awas kau Naruto!" ucap Kiba melemparkan bola yang dimainkannya.

"Oh ya…" ucap Naruto membalikkan tubuhnya.

"apa lagi?"

"Bilang Guy-sensei aku ijin!"

"Keh, bilang saja sendiri!" jawab Kiba cuek

"Hah… terserah lah,"

"Bolamu!"

"Trims!"

"HEY NARUTO, MAU KEMANA KAU? MAU KABUR DARIKU HAH? SEGITU SAJA SUDAH LELAH, KOBARKAN SEMANGAT MASA MUDAMUUU!" teriak Guy-sensei penuh semangat.

"YOO… NARUTOOO… KOBARKAN SEMANGAT MASA MUDAMU NARUTOOO! GUY-SENSEI LIHAT AKU! HIATTT…." Ucap Lee men-drible bola. teman satu tim Naruto beralis tebal yang sangat mengidolakan gurunya itu dengan berapi-api.

"YOO… BAGUS LEE… KOBARKAN SEMANGAT MUDAMUU!" ucap Guy-sensei membalas ucapan Lee. Sedangkan Naruto sudah menghilang dari lapangan basket itu.

Naruto melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan dengan alis berkerut. Bukan, bukan karena kelakuan sensei dan teman se-tim-nya itu, kalau masalah itu, sudah menjadi makanan sehari-hari untuk dipandang. Ia memikirkan bagai mana caranya masuk kedalam rumah gadis itu tanpa diketahui oleh penghuni rumah.

'Duh, gimana caranya masuk rumah itu ya? kalau menyusup dikira maling, kalau mengendap-endap, dikira maling juga, hem… gimana ya?' ucap Naruto dalam hati.

Naruto berjalan menundukkan kepala, tidak melihat keadaan sekitar. Sesekali ia mengerutkan kepala dan menggeleng setelahnya, membuat orang-orang disekitar menatapnya bingung. Naruto terus memutar otaknya untuk mendapat ide yang ia kira 'pas' untuk dilakukan. Sampai ada seseorang yang menepuk pundaknya pelan dan sekses membuatnya terkejut.

"Ada apa Naruto?" Tanya Neji teman sekolah Naruto yan menjabat sebagai ketua Osis disekolahnya, dan juga cukup akrap dengannya, karena sebelum Neji dicalonkan oleh pacarnya- Tenten-, ia pernah masuk kedalam ekstrakurikuler basket.

"Eh? Tak apa-apa! Hanya memikirkan sesuatu!" ucap Naruto.

"Apa?" Tanya Neji.

"Ah… bukan sesuatu yang penting,"

"Oh"

.

.

.

Hening

.

.

.

'Neji ya? Hem… sepertinya aku mengingat sesuatu, tapi apa ya? Neji…Neji… Neji… tunggu! Neji-kan salah satu anak orang kaya, Neji Hyuga? ya namanya Neji Hyuga… kenapa aku baru inga ya? Padahal nama teman sendiri? Hah… dasar Hyuga-Hyuga ckckck…. Eh? Hyuga? Hyuga… Hyuga… Hyuga Neji? Hyuga Hinata? Neji? Hinata? HAH?' iner Naruto.

"NEJII… APA ADIK-MU BERNAMA HINATA? HINATA HYUGA? GADIS BERAMBUT INDIGO, MATA SEPERTIMU, PUTIH, CANTIK, MEMAWAN erm… apa lagi ya?" ucap Naruto tiba-tiba.

"Baka!"

"Apa benar Hinata-chan adik mu?"

"Hn" balas Neji singkat. Balasan Neji membuat Naruto bengong, karena kata-kata yang diucapkan Neji sama persis seperti sahabat sejatinya –Sasuke-.

"Aku anggap itu iya! Jadi Neji, apakah kau bisa membantuku?" Tanya Naruto.

"Apa?"

"Pertemukan aku dengan Hinata!"

"Apa? Kau ingin bertemu Hinata? Untuk apa? Kukira Hinata tidak pernah berteman dengan siapapun!"

"Jadi… boleh atau tidak?"

"Tidak!"

"Ayolah Neji! Apa kau tega membiakan temanmu yang ganteng bin kece bin keren dan bin-bin-bin lainnya ini merana karena ingin bertemu Hinata-chan," melas Naruto

"Hn"

"Neji?"

"Hahh… terserahlah!" ucap Neji pasrah.

"Yeay, Neji baik deh, tapi jangan sampai ketahuan siapa-siapa ya!"

"Hah? Bagaimana bisa?"

"Usahakan-lah!"

"Baiklah, terserah katamu!" ucap Neji. Lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka ke kediaman Hyuga.

~Sahabat Bintang~

"Jadi, apa rencanamu?" Tanya Naruto antusius.

"Rencana apa?"

"Cara bertemu Hinata!"

"Oh,"

"Jadi?"

"Apa?"

"RENCANA UNTUK BERTEMU HINATA!" ucap Naruto sambil mengacak-acak rambutnya frustasi, bahkan Naruto meragukan Neji lebih pintar darinya.

"Haah… Nanti kau masuk lewat pintu sebelah barat, di sana berdekatan dengan gudang, kalau kau masuk ke dalam gudang, kau akan menemukan tangga! Tangga itu menghubungkan kea tap rumah kami! Dan selanjutnya terserah,"

"Oh, apa pintu sebelah barat tidak dijaga?"

"Tidak! Jarang ada yang melewati pintu barat kalau tidak ada keperluan di gudang!"

"Oh gitu ya, baiklah Neji. Doakan aku ya!" ucap Naruto melangkahkan kakinya menuju rumah untuk mempersiapkan rencananya.

"Hn,"

'Yosh… SEMANGAT!'

END FLASH BACK

Malam sudah semakin larut. Tetapi Naruto masih berada diberanda kamar Hinata. belum berniat untuk pulang. Naruto, yang menyamarkan temannya menjadi 'Sahabat Bintang' memandang wajah Hinata yang tersenyum manis. Tanpa sadar, ia menarik ujung bibirnya. tersenyum.

"Bintang-san!"

"Ya?" ucap Naruto yang masih tersenyum.

"Sudah larut malam! Bintang-san tidak pulang?" Tanya Hinata polos.

"…"

"…"

"…"

"Erm… Bintang-san?" panggil Hinata melambaikan tangannya dihadapan Naruto. Naruto yang merasa pandangannya terhalangi sesuatu mengedipkan matanya. Dilihatnya wajah polos Hinata yang masih melambaikan tangan dihadapanya.

'Waw… wajahnya cantik sekali, apa lagi kalau dilihat dari dekat. Pipinya merona seperti bapao! Kalau dimakan pasti enak hem…' batin Naruto menjilat bibir atasnya.

BLUSH

Tiba-tiba muncul semburat merah muda tipis diwajahnya. Naruto menggelengkan kepalanya berkali-kali bermaksud menghilangkan pikiran-pikiran anehnya tentang Hinata. Perlahan Naruto menjauhkan wajahnya dari Hinata.

"Bintang-san kenapa?"

"Er… tidak apa-apa hahaha," tawa Naruto garing sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tudak gatal.

"A-ano, Bintang-san tidak pulang? Sudah larut malam! Nanti bintang cantik kasian sendirian!" ucap Hinata polos.

"Ya, kukira sudah seharusnya aku pulang! Selamat malam Hinata-hime!"

"Se-selamat ma-lan Bi-bintang-san!" ucap Hinata menundukan kepalanya sambil memainkan kedua ibujarinya gugup.

"…"

"…"

"Ano Hinata, kenapa kau tidak masuk ke dalam? Di luar dingin!" Tanya Naruto binging.

"A-ku ingin mengantar Bintang-san pu-lang!" jawab Hinata

Deg… Deg…

'Duh, gimana ini? Harus jawab apa? enggak munkin aku terbang! Mana ada manusia terbang? Yang ada langsung mati jatuh dari lantai dua. Arg… aku belum mau mati muda! Lagi pula aku-kan belum mencapai impianku! Duh Hinata-chan kenapa kau polos sekali sih?" batin Naruto histeris dengan keringat yang terus menetes dari keningnya.

"A-ano a-ku tidak bi-bisa ter-bang ka-kalau ada yang me-meli-hat!" jawab Naruto kikuk.

"Oh gitu ya, kalo gitu, Hinata tidur dulu ya Bintang-san! Selamat malam!" ucap Hinata melangkahkan kakinya menuju kamar.

"Hah, untung Hinata-chan percaya," ucap Naruto menghela napas lega. Setelah itu, Naruto mulai memanjat pagar besi untuk kembali pulang.

Naruto berjalan menuju rumah dengan tegesa-gesa. Sebenarnya tidak bisa disebut juga dengan berjalan, nyatanya napasnya tidak beraturan dengan keringat yang bercucuran didahinya. Naruto semakin cepat melangkahkan kedua kakinya berlari kerumah. Berharap ibu dan ayahnya telah tertidur lelap.

Naruto mengurangi kecepatan berlari-nya dikarenakan sudah sampai di depan rumahnya. Perlahan, Naruto menggeser pintu rumahnya hingga berbunyi 'Kriet' dan mengintip disela-sela pintu yang terbuka. Gelap. Itulah yang ia lihat. Naruto menyerigai menatap kegelapan. Ia berpikir bahwa ibu dan ayah-nya telah tertidur lelap dan lupa mengunci pintu.

Perlahan Naruto melangkahkan kakinya menuju kamar dengan mengendap-endap. Saat ia ingin menaiki anak tangga pertama, dengan tiba-tiba lampu di ruangan keluarga menyala terang. Dengan kikuk ia memitar kepalanya ke belakang, karena merasakan aura-aura yang menyeramkan di belakangnya.

"Narutooo!" ucap Kushina dengan rambut yang berkibar horror.

"Kaa-san hehehe… se-selamat ma-lam!" ucap Naruto takut-takut.

"MATI KAU NARUTOOOO!"

"Hwaaaa…"

Dan selanjutnya silahkan anda bayangkan sendiri! Saya terlalu baik untuk menceritakan kelanjutannya!

~Sahabat Bintang~

Dengan wajah yang berseri, Naruto melangkahkan kakinya menuju sekolahnya, tak lupa dengan bola basket yang setia menemaninya kemanapun ia pergi. Makan ditemani, tidur ditemani, main ditemani, sekolah ditemani, bahkan mandi-pun ditemani, ckckck benar-benar bola yang setia pada majikan. Eits… ada satu kegiatan dimana Naruto tidak membawa bolanya! Yaitu bertemu Hinata! Yah, ia sengaja tidak membawa bola, karena ia takut kalau Hinata lebih tertarik kepada bolanya dari pada dirinya. Membuat cemburu.

Bagi Naruto bola adalah teman. Jadi ia memperlakukan bola basket saperti temannya sendiri. Bahkan tak segan-segan Naruto memilih bola basket untuk teman curhatnya. Sengaja ia lakukan karena ia merupakan anak tunggal ayah ibunya. Pernah sekali ia bertanya padanya ibunya, mengapa ibu dan ayahnya tidak membuat saudara untuk Naruto? tetapi bukan jawaban yang memuaskan yang ia dapatkan, tetapi tiga buah benjolan besar di kepalanya. Kasian kau Naruto ckckck!

"Temeeee!" sapa Naruto pada sahabat-nya.

"Hn Dobe!" ucap seseorang yang barusan disapa oleh Naruto. ia adalah Sasuke, Uchiha Sasuke.

"Tumben kau sendirian, Sakura-chan mana?" Tanya Naruto celingukan mencari salah satu sahabat perempuannya.

"Hn, diculik Ino!" ucap Sasuke dengan wajah masam. Naruto yang melihat ketidak sukaan diwajah sahabatnya hanya nyengir lima jari.

"Sabar-sabar! Jangan melihat dari segi negarif terus Teme! Kau ini selalu saja cemburu tiap Sakura-chan dengan teman-temannya. tidak laki-laki, tidak juga perempuan, sama saja. Cobalah lihat dari segi positif-nya! Lihat! Kita jadi bisa bersama-sama seperti ini kan? Hah… selama ini kitakan jarang berduaan, kau kan selalu bersama Sakura-chaaan terus, huh aku jadi cemburu! Kau memang benar-benar pasangan yang tak terpisahkan! Benar kata poster yang ditempel dipapan pengumuman. Aku yakin kau belum melihatnya, iyakan Teme? Pasti kau mau dengar, iya kan Teme? Kau itu sangat tidak mempedulikan sekitar, berita seperti itu saja kau tidak tahu. Baiklah Teme, bunyi posternya adalah 'dimana ada Sakura pasti ada Sasuke' begitu bunyinya. Kau tahu, para fans beratmu itu pingsang melihat poster itu hahaha… lucu sekali dan bla… bla…" dan selanjutnya hanya mulut Naruto yang terus berucap dan gerutuan yang keluar dari mulut Sasuke.

To Be Continued

Kyaaa… Ghifia Kuraudo partnerkuuu… *lempar sandal* Fic ini buat kamuuu… *lempar sepatu*.

Selamat hari kasih sayang bagi yang merayakan…

Eheem….

Er… tadinya Fic ini oneshoot, tapi keapus! Terus aku ketik ulang lagi laaah…. Jadinya malah banyak banget. Dari pada aku buat mata readers pada jereng, mending aku potong jadi dua. Tadinya di Fic ini ga ada adegan SasuSakunya. Tapi karena Fic ini aku tujuin buat persahabatan antara SasuSaku Lovers dan NaruHina Lovers *adain ajalah*, jadinya nekat deh aku selipin SasuSaku walaupun cuman sekilas-kilas doang. Hehehe…

Maafya kalo Fic-nya abal-abal(?) and ga nyambung hehehe. Maklum author gadungan! Ini Fic pertama aku di NaruHina. Oh ya, tentang kutipan kata 'bola adalah teman' aku boleh nyontek motto hidupnya Captain Tsubasa hahaha… uh jadi pengen buat Fic Captain Tsubasa dan Sanae (anego) Nakazawa. Lupakan!

Jadi…

Yang mau tahu kelanjutannya silahkan direview! Boleh kritik, saran, flame juga boleh!

Salam panas…

Fiyui-chan.

Review ya!