"Kenapa dia belum datang juga?"

"Sabar sebentar, Jong."

"Penisku sudah—"

Pletak

"Sial, Chan, tidak perlu menggeplakku!"

"Luhan itu guru, sopanlah sedikit."

"Guru seks, iya."

"Bukan, Hun. Guru hot, kecup-able, dan peluk-able."

"Sodok-able."

"Remas-able."

"Perkosa-able."

"HAHAHAHAHA…"

.

.

.

Ms. Lulu

Written by : milk body lotion

Cast(s) : Luhan (GS), Sehun, Jongin, Chanyeol

Rate : M++(+)

Warning : non-betaed, explicit content, genderswitch, SMUT.

.

.

.

Matanya melirik jam tangan di pergelangan kiri.

Sial, jalanan hari Rabu adalah selalu yang termacet. Luhan yang lebih memilih kendaraan umum bis terpaksa hanya bisa duduk sambil mengipasi lehernya yang berkeringat. Mungkin akan lebih cepat jika ia mengendarai motor, tapi Luhan tidak suka apabila kulitnya berubah belang nanti.

"Ck, bocah-bocah itu pasti sudah menggerutu."

Luhan menolak panggilan dari ponsel Sehun. Anak didiknya yang satu itu benar-benar tidak sabaran. Hampir tiga menit sekali ada lima pesan masuk dan dua panggilan dari murid itu.

Ia mendesah kala melihat perempatan toko roti, itu artinya pemberhentiannya akan kurang dari seratus meter lagi. Luhan pun berdiri, menerobos kerumunan manusia yang berdiri di tengah bus, dan mengantri untuk turun.

Ketika bus berhenti, ada satu pesan baru, dari Jongin.

Saem, jahat sekali kau membuatku menunggu T_T

Luhan terkekeh, lantas mulai turun dan melangkah beberapa blok untuk tiba di rumah Chanyeol.

.

.

.

Sehun adalah yang pertama mendengar suara bel dari pintu depan. Seketika ia berubah panik. Menempeleng kepala Chanyeol yang sedang sibuk menelepon Baekhyun, serta menendang bokong Jongin yang sedang tidur telentang di karpet tengah.

"Luhan sudah datang, idiot!"

Chanyeol segera memutuskan sambungan setelah memberi kecupan—menjijikkan, di telinga Jongin—sementara laki-laki yang baru bangun itu berlari ke wastafel untuk membasuh mukanya yang dialiri air liur. Sehun sudah pergi ke depan, bersiap menyambut guru lesnya yang datang setengah jam lebih telat.

Reaksi Luhan ketika mendapati pintu dibuka oleh Sehun, adalah merona. Stelan kasual yang menempel di badan atletis Sehun berhasil membuat fokus matanya salah arah. Auh, apakah Sehun rajin olahraga belakangan? Kenapa otot-ototnya jantan sekali?

"Saem?"

Luhan tergagap. Sehun malah tertawa karena ia tahu pasti apa yang menyebabkan pipi Luhan merona.

"Masuklah…"

Sehun bergeser dan membuka pintu lebih lebar menyambut langkah masuk Luhan. Pemuda itu sadar betul ketika Luhan sengaja melambatkan langkah, menghirup aroma maskulinnya dari samping.

Pintu ditutup, Sehun pun berjalan di belakang Luhan seraya tak melewatkan pantat cantik Luhan dari arah belakang.

.

.

.

"…. di gambar 13.1, kalian lihat anatomi tulang selangka yang lebih jelas. Seperti teori awal yang sudah kujelaskan, bahwa ….."

Jongin tak mendengarkan yang lebih dari itu. Apalagi tatapan matanya, yang malah terarah ke bibir basah berlapis lipstick nude milik Luhan. Teksturnya terlihat kenyal dari sejauh ini. Dan Jongin mulai menegang begitu pikirannya mulai terbang ke aktivitas french kiss bersama Luhan. Akan ia lumat bibir itu, ia hisap, dan ia tarik keatas hingga Luhan tak bisa apa-apa selain mendesah—

"Jongin Kim. Kau bisa pamit pulang kalau benar-benar ingin tidur."

Jongin terkesiap dan baru menyadari ada sedikit aliran saliva yang keluar dari bibirnya. Sehun dan Chanyeol menoyor kepalanya bergantian, sementara Jongin sendiri hanya bisa tertawa konyol.

"Aku tidak butuh tidur, Saem. Hanya perlu istirahat."

Luhan mendesah sebelum melirik ke jam tangannya. Pelajaran belum dimulai setengah jam dan muridnya yang satu itu sudah minta waktu jeda.

"Baik." Daripada Jongin jatuh tertidur di tengah jalan, pikirnya. "Sepuluh menit, ya."

Jongin tersenyum lebar sementara Luhan izin pamit untuk ke kamar mandi. Selepas kepergian Luhan, Sehun dan Chanyeol langsung berteriak heboh dan mendempeti tubuh Jongin di sisi kiri dan kanan.

"Luhan berkeringat, berkeringat! Oh, Tuhan, dia adalah dewi terseksi yang pernah ada."

"Bibirnya, apa kalian lihat bibir Luhan yang lebih lembab? Itu membuatnya terkesan nakal."

"Apa hanya aku saja yang memerhatikan dadanya?"

Jongin dan Chanyeol serempak menoleh pada Sehun. Keduanya menyentil dahi Sehun bergantian. "Kau 'kan memang suka sekali melihat dadanya."

"Bukan, bukan itu. Maksudku, kali ini Luhan tidak mengenakan bra."

Jongin dan Chanyeol tak bereaksi lebih selain membulatkan mata. Mereka menatap Sehun seakan berita "Luhan tanpa bra" tadi perlu diberi bukti.

"Aku melihatnya, sumpah! Putingnya tercetak meskipun kuyakin di dalam sweter ia masih memakai kaus ketat."

"Kau, tidak bercanda?" Chanyeol mengapit leher Sehun dengan lengannya.

"Jangan mencekikku, sialan! Kalian bisa lihat nanti, apakah ia menggunakan bra atau tidak. Lihat bentuknya, goyangannya yang—oooh, terlihat seakan payudaranya tidak memiliki penyangga. Mereka bergoyang kesana-kemari seperti ini…"

Jongin dan Chanyeol tak mengedip, melihat gerakan Sehun yang mengilustrasikan goyangan dada Luhan. Sial, pikir mereka bertiga, Luhan rupanya lebih nakal dari perkiraan mereka.

"Um, maaf."

Ketiga kawan itu menoleh pada Luhan yang berdiri dengan berlapis kaus putih tanpa lengan, ketat sekali. Tangan wanita itu menggenggam sweter merah marun yang tadi dikenakannya.

"Cuaca hari ini terlalu panas. Kalian tidak keberatan kan kalau aku menanggalkan sweter?"

Baik Jongin, Sehun, maupun Chanyeol menggeleng heboh. Tidak sama sekali keberatan.

.

.

.

Selama pelajaran kembali berlangsung, Luhan tetap merasakan hawa panas di tubuhnya. Padahal rumah Chanyeol terhitung megah sehingga rasanya tidak mungkin jika di dalam rumah berfasilitas AC ini terasa panas.

Tidak tahu saja ia bahwa hawa panas yang meninggi itu berasal dari ketiga tubuh pemuda yang mengelilinginya.

Luhan sesekali akan mengipas lehernya, membuat sedikit gelayutan naik turun pada payudara besarnya. Chanyeol mengumpat tanpa suara. Rupanya Luhan benar-benar tak memakai bra!

"Saem?"

Penjelasan teori dari bibir Luhan terhenti.

"Kalau masih panas, buka saja kausnya. Kami tidak keberatan."

Wanita itu mengedip-ngedip begitu mendengar tawaran Jongin. Ia benar-benar kepanasan, sesungguhnya. Tapi membuka kaus di hadapan Sehun Jongin dan Chanyeol bukanlah ide bagus.

Oh, tidak, justru itu adalah ide bagus.

"Baiklah."

Sehun adalah yang paling terkejut ketika Luhan menanggalkan kaus di hadapan mereka bertiga. Tak bisa ditahan, penis ketiganya mulai berdiri naik, menonjol dari celana training masing-masing.

"Maaf, aku tidak memakai bra."

Dan Luhan melempar kausnya begitu saja. Rambutnya yang tergerai ia tarik keatas, diikat dengan gerakan lambat dan beberapa rambut dibiarkannya jatuh ke leher.

Ketiga pemuda di ruang tengah itu tak bisa berhenti melotot selama Luhan sibuk mengikat rambutnya ke atas. Payudara ukuran besar itu bergoyang ringan, seirama dengan gerakan tangan Luhan. Kulitnya begitu mulus, begitu lengket dan mengkilat dikarenakan keringat.

Seketika Jongin teringat dengan cairan lengket yang suka dibaluri artis porno JAV.

Sehun, yang duduk paling dekat dengan Luhan, akhirnya tak bisa menahan tangannya untuk menangkap buah dada kenyal milik guru mudanya itu. Luhan mengaduh, wanita itu menatap kaget pada sikap tiba-tiba dari Sehun.

"Sehun?"

"Jangan pura-pura, Luhan. Kau menyukainya."

Remasan pada payudara itu mengeras, dan Sehun menggerakkan tangannya yang mencengkram dada. Payudara Luhan memang berisi, bulat, dan kenyal. Sangat cocok untuk tangannya yang gatal untuk memainkan payudara wanita.

Ketika dilepas, nampak bekas remasan tangan Sehun yang berwarna merah. Jongin dan Chanyeol menatap lapar pada sebelah payudara Luhan yang kini memerah.

"Sehun, kau terlalu kencang—akh!"

Luhan mendongak saat satu tamparan melayang di dada kirinya. Itu adalah Jongin, yang kini menikmati bagaimana payudara besar Luhan bergoyang ke kanan-kiri.

"Lihat, Lu, sekarang sudah tidak merah sebelah." Tidak merah sebelah karena kedua payudara sang wanita sudah sama-sama merah.

Sehun tak tahan, melihat goyangan payudara Luhan membuatnya turut menampari payudara sebelah kanan. Setelah saling bertukar kode, Jongin pun kembali menampari payudara yang kiri, Dan kini keduanya sibuk memainkan, memantulkan dada menggelayut milik gurunya itu.

Chanyeol yang sedari tadi hanya menatapi bagaimana ganasnya kedua sahabatnya melecehkan dada Luhan, kini mulai mendekat dan menarik turun celana ketat beserta dalaman yang dikenakan Luhan.

"Dasar nakal."

Pemuda Park itu melebarkan selangkangan Luhan untuk melihat lebih jelas vagina sang guru yang sudah penuh lendir. Mungkin wanita itu sudah sempat orgasme hanya dengan rangsangan di kedua payudaranya.

Plak!

Ia menampar vagina lengket itu satu kali, membuat Luhan mengerang keenakan.

"Kau tahu hukumanmu apabila keluar secepat ini. Ingat?"

Luhan sibuk terpejam. Ia tak peduli lagi pada kedua putingnya yang ditarik-tarik hingga melar, pada vaginanya yang dibuka lebar. Masa bodoh dengan hukuman, karena ia sudah sangat lapar akan penis-penis besar milik ketiga muridnya.

Sehun, Jongin, dan Chanyeol mulai menjauh dan menatap Luhan yang bersandar kelelahan. Wanita itu tampak acak-acakan, rambutnya sudah tidak rapi namun itulah yang membuatnya semakin seksi. Dadanya yang merah naik turun, mengikuti napasnya yang cepat. Belum lagi vagina merekah yang kini terbuka, menantang penis-penis untuk ditancapkan disana.

"Uuuh…" Luhan mendesah, menatap sayu pada ketiga muridnya bergantian. "Fuck me. Lecehkan aku sampai kalian puas." ujar Luhan selagi jarinya mulai mengocok klitoris miliknya sendiri.

.

.

.

To be continued?

Gue pikir ini bakal jadi fanfic pertama gue yang ada konflik, jadi bukan pure pwp. Tapi bagian SMUTnya tetep menonjol, kok, sesuai kesukaan kalian dan juga kesukaan gue hahahaha..

Review if you guys want fast update!