Now, you look at me.

Naruto's character belong to Masashi Kishimoto - sensei

I'm just own the plot.

Gak mau bicara banyak-banyak silakan nikmatin saja ceritanya.

Summary: Sasuke tidak tahu apa itu cinta sampai ia bertemu dengan Naruto, tapi saat pertama kali jatuh cinta ia malah patah hati karna Naruto sudah memiliki Gaara/ Neji menyesali dirinya saat melihat Sasuke yang terluka dihadapannya tanpa bisa melakukan apapun. /Shounen-ai. BL./ Sementara rate T.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXD

Sasuke yang selalu di didik menjadi penerus keluarga Uchiha tidak pernah tahu apa itu cinta walau usia nya sudah 17 tahun. Namun sejak pertama ia mengenal Naruto, sejak pemuda berambut pirang itu menyapanya dengan ceria, sejak mata biru itu menyalurkan kehangatan pada dirinya, ada sesuatu yang berdetak di dalam diri Sasuke. Bagi Uchiha Sasuke saat-saat itu adalah hal yang paling berkesan dalam hidupnya.

"ini untuk mu!" Naruto menyodorkan sebungkus permen pada Sasuke sambil menunjukan senyumannya yang khas.

"Hn."

sekali lagi Sasuke mendapat permen dari Naruto. Permen rasa strawberry, Sasuke memamng mengambil permen itu dengan wajah datar. Sasuke benci rasa manis, ia tidak suka rasa manis. Namun pemberian Naruto selalu berbeda baginya, selalu berharga.

Meski begitu Sasuke tetap tidak memakan permen hadiah itu. Permen itu akan ia simpan bersama permen lainnya yang sudah ia dapat kan sebelumnya di dalam kotak harta karun kecil yang berisi semua barang-barang pemberian dari Naruto.

"kalau gitu, aku pergi dulu ya, Sasuke! Makasih, udah minjemin catatan kamu" ucap Naruto sambil mengusap surai kebiruan Sasuke seperti anak kecil.

"makanya kalau di kelas jangan tidur terus, dobe!" omel Sasuke, wajahnya sedikit merengut.

"haha... aku bukannya tidur kok, cuman ketiduran" Naruto menunjukan deretan giginya.

"Dari dulu alesan nya ketiduran terus. Kalau mau bohong pakai alasan lain, dobe"

"oke, nanti aku pikirin alesan nya! aku pulang dulu ya?" Naruto tersenyum lalu pergi setelah memberikan permen strawberry kepada Sasuke.

Sasuke fokus memandangi punggung Naruto yang entah sejak kapan mulai kekar itu, punggung Naruto bergerak makin jauh dari tatapan onyxnya lalu menghilang dibalik pintu. Sasuke mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan menatap ke arah halaman dari jendela kamarnya yang ada di lantai dua. Disana seorang pria berambut merah dan bertubuh sedikit lebih kecil darinya sedang berdiri di seberang jalan untuk menunggu Naruto. Ya, menunggu kekasihnya seperti biasa.

Sasuke merasakan tubuhnya melemah dan jauh didalam tubuhnya terasa nyeri seperti ingin berhenti berdetak. Tak pernah terbayang olehnya kalau perasaan seperti ini akan ia rasakan. Rasa sakit hati.

Dulu Uchiha Sasuke hanya seorang angkuh yang selalu dipandang tinggi oleh semua orang karena darah elit Uchiha mengalir dalam dirinya. Karena itu Sasuke tak punya satu orang teman pun yang bisa ia andalkan karena ia selalu memandang rendah orang lain, bahkan ia merasa tidak membutuhkan orang lain yang mungkin hanya akan menjadi penghalangnya.

Namun Naruto berbeda, dengan cara nya sendiri dia bisa menerima sikap angkuh Sasuke dan membuat pangeran es itu merasa nyaman di sampingnya.

Keramahan dan ketulusan hati Naruto mengubah cara pandang bungsu Uchiha itu kepadanya, perlahan tapi pasti. Entah sejak kapan laki-laki pirang itu begitu istimewa, entah sejak kapan Sasuke begitu ingin memilikinya hanya untuk dirinya sendiri. Namun Sasuke terlambat. Naruto sudah memilih orang lain. Naruto bukan miliknya sendiri lagi.

"Sasuke, kenapa kamu nangis?" ucap Neji yang tiba-tiba muncul dari samping.

"hn? Nangis apa? Ini keringet tau, aku cuman kepanasan." Sasuke buru-buru menghapus cairan transparan dari pipinya. Entah sejak kapan cairan itu merembes dari matanya yang gelap.

"di dunia ini cuman kamu loh, yang keringatan dalam ruang AC!" Ucap Neji lagi. Mata berwarna lavender itu memandang heran Sasuke.

"pokok nya aku nggak nangis! Tesrerah mau percaya atau nggak!" bantah Sasuke.

Matanya kembali memandang ke arah jendela. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hyuuga Neji yang menyadari semua tindakan Sasuke itu ikut melihat ke luar jendela. Disana ia menemukan Naruto sedang berbicara dan sesekali membelai rambut Gaara.

"itu Naruto dengan Gaara kan? Mereka pasti mau kencan lagi!" ucapan Neji datar namun itu cukup untuk menohok Sasuke.

"Neji. kalau di bandingkan dengan Gaara itu. Aku tidak kalah menarik kan?" Sasuke meremas bungkus permen strawberry di tangannya.

"hm, iya... sih..." Neji memutar iris lavendernya.

"aku lebih bisa di andalkan kan? apalagi aku sudah lama mengenal Naruto. Aku yakin aku lebih baik!" kali ini Sasuke nyaris histeris.

"iya, Sasuke kau lebih baik…" kata Neji lembut.

Saat itu Sasuke merasa pikirannya kosong ketika tanpa sadar sekarang tangan Neji yang atletis itu sudah melingkari pundaknya. Sulung Hyuuga yang badannya agak lebih tinggi itu sudah mendekapnya dari belakang cukup erat. Untuk sekejap Sasuke merasa sangat nyaman dan tenang, seolah ia sedang mebagi bebannya pada Neji.

Untuk beberapa menit mereka mempertahankan posisi seperti itu, Neji yang mendekap Sasuke dari belakang dan Sasuke yang terus memandang jendela.

Pemuda berambut panjang itu perlahan makin mengeratkan pelukannya ke Sasuke, mencoba menghangatkan laki-laki yang tubuhnya lebih kecil itu, mencoba untuk mengangkat beban yang ada di pundak kecil itu.

"thanks, Neji." Kata Sasuke sejurus kemudian.

Sasuke tidak menyadari satu hal. Di sini bukan hanya ia yang terluka, tapi Neji juga merasakan hal yang sama. Neji juga berada di posisi yang sama dengannya. Ya, sudah sejak lama Neji menyukai anak kerabat pamannya ini. Neji menyukai Sasuke jauh lebih lama sebelum Sasuke mengenal Naruto.

Neji sudah menyukai Sasuke sejak dulu, ia menyukai Sasuke yang dingin, Sasuke yang angkuh, semua hal tentang Sasuke tak pernah luput dari rasa sukanya. Bahkan Sasuke yang berubah menjadi sedikit lebih hangat setelah bertemu dengan Naruto pun Neji tetap mencintainya. Rasa di dalam hatinya tidak goyah sedikitpun untuk sang Uchiha Sasuke.

"kau boleh cerita denganku kapan saja Sasuke." Ucap Neji sambil tersenyum kecil dan melepaskan dekapannya dari tubuh Sasuke. Ia mencoba untuk menahan perasaannya dihadapan Sasuke. Sakit rasanya melihat orang yang kita cintai menderita karena orang lain dan kita tidak bisa berbuat apapun.

"lupakan soal si dobe itu" kata Sasuke mencoba tegar. "kau sedang apa di sini" katanya lagi.

"oh, paman menyuruh ku kesini untuk menemuimu. Masalah pekerjaan." Kata Neji bohong.

"hn, maaf aku belum menyelesaikan laporannya"

"ah, oke. Lagipula di sekolah kita lagi banyak PR" Neji tesenyum maklum.

Sasuke berjalan ke arah meja computer yang ada di pojok kamarnya, diatas meja itu bertengger seperangkat PC berwarna biru-hita. Sasuke mengaktifkan computer itu dan membuka salah satu file.

"kau boleh mengeceknya dulu Neji, aku sudah mengerjakannya sedikit" kata Sasuke tenang.

"baik." Kata Neji patuh lalu duduk di kursi yang ada di depan meja itu.

"gomen, aku tidur dulu. Bangunkan aku kalau kamu sudah selesai" ucap Sasuke lagi sambil lalu.

Sasuke melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur berukuran king size itu dan membenamkan kepalanya di bantal yang sangat empuk. Kepala Sasuke terasa agak berat. Ia selalu lemah setiap kali dia habis melihat Naruto yang bermesraan dengan Gaara. Sasuke menutup iris onyx nya perlahan, sedikit demi sedikit kesadaran nya menjauh. Sasuke tertidur.

Di meja computer, dengan telaten Neji membaca laporan yang telah dibuat Sasuke itu. Seperti biasa bungsu Uchiha itu selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik, tak perduli apapun yang menimpanya. Neji merasa puas dengan hasil itu. Setelah yakin kalau tidak ada kesalahan Neji segera menyimpan file itu dan menon-aktifkan PC kembali.

"Sasuke, aku sudah memeriksanya." Kata Neji cukup pelan. sebenarnya ia enggan membangunkan Sasuke, tapi tidak sopan rasanya kalau pergi begitu saja.

"Sasuke…" Neji mencoba menepuk pundak Sasuke.

"hm… naru..to.." gumam Sasuke dalam tidurnya.

Neji terdiam, kali ini ia tidak mau mengganggu Sasuke. Perasaan Sasuke saat ini pasti sangat berat, tentu saja Neji sangat mengetahuinya. Neji menarik selimut dari bawah kaki sampai ke dada Sasuke. Sekali lagi Sasuke bergumam dalam tidurnya. Neji merasa kalau Sasuke benar-benar tidur terlelap dan akan bangun dalam waktu lama.

"oyasumi, Sasuke." Kata Neji pelan. jemarinya yang panjang membelai pipi Sasuke yang putih. Tadi Neji melihat air mata yang mengalir di pipi ini. Tanpa memakan waktu lebih lama Neji segera menarik jarinya dari wajah Sasuke sebentar sebelum bibirnya mengecup bibir Sasuke dengan lembut. Neji cukup menikmati ciuman yang ia berikan sekejap itu.

"andai aku bisa membuatmu bahagia… Sasuke." Mata Neji menerawang saat memandang Sasuke yang masih terlelap. Sekali lagi ia mengecup kening Sasuke sebelum berjalan menjauh. Bayangan Neji hilang di balik pintu

xXx

Pagi ini Sasuke melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan perasaan yang jauh agak ringan. Kemarin ia tidur cukup lama dan dalam tidurnya Sasuke merasa sebagian bebabannya terangkat entah kemana.

Sasuke menysuri koridor sekolah yang terbilang luas ini dengan langkah santai, sementara semua mata dari siswi-siswi dan beberapa siswa di sekitar menatapnya, mata Sasuke sendiri sesekali melirik mencari sesuatu yang lain. Ya, tentu saja Sasuke mencari Uzumaki Naruto.

Sasuke bukannya lupa dengan kejadian kemarin, tidak mungkin lupa karena faktanya sekarang Sasuke masih bisa merasakan sakitnya bila memori narugaa itu berputar lagi di otaknya. Tapi hati tidak bisa bohong, Sasuke merindukannya. Sasuke masih ingin melihat Naruto. Ia tidak bisa tenang jika sehari saja tak melihat senyuman khas uzumaki itu.

"Sasuke!" sebuah suara. Dalam hatinya Sasuke tersenyum sumringah. Dalam hati.

"ada apa dobe?" kata Sasuke datar.

"makasih catatannya kemaren, berguna banget!" Naruto tersenyum lebar membuat Sasuke agak senang.

"hn, pasti kau pakai buat nyontek pas ulangan."

"teme, bagaimana kau bisa tau. Memangnya kamu nenek sihir" Naruto sok cemberut.

"usuratonkachi. Harusnya peramal kan, kenapa jadi nenek sihir!"

"kamu lebih cocok jadi nenek sihir, teme"

Beberapa detik kemudian mereka terlibat dalam adu argument. Menyebalkan memang namun keseharian seperti ini sangat amat di nikmati oleh Sasuke. Sesekali ia terpesona saat Naruto tertawa renyah jika ada yang lucu.

Dalam hatinya Sasuke berharap waktu akan berhenti ketika ia sedang bersama Naruto. Saat mereka bisa ngobrol, berdebat, tertawa, bahkan saat bertengkar karena hal kecil seperti ini. Sasuke sangat menyukai Naruto, ia menginginkan Naruto lebih dari ini. Andai saja…

"Naruto, aku mencari mu dari tadi." Suara itu merenggut senyum Sasuke.

"aaaah… gomen Gaara! Tadi aku ketemu dengan teme dan dia ngajakin ribut" Naruto berpura-pura memasang raut wajah tidak berdosa lalu meleletkan lidahnya ke arah Sasuke.

"Naruto, aku dan semua orang tau. Sasuke gak akan ngajak ribut, pasti kamu yang nyari masalah" Gaara menatap Naruto dengan manik emerald nya sok galak. Tangannya yang kecil itu berkacak dipinggangnya.

"huh, Gaara kau tega sekali." Naruto menggembungkan pipinya seperti anak kecil.

Sasuke menghela nafasnya, sekali lagi ia harus melihat kemesraan Naruto dan Gaara secara live. Jika kemarin ia melihatnya dari kejauhan, detik ini ia malah melihat pertunjukan itu tepat di depan matanya. Ya, dan itu benar-benar membuat hati Sasuke seperti di iris kasar. tidak kah mereka sadar kalau di sini ada seseorang yang mungkin akan mati secara perlahan.

Naruto sepertinya lupa kalau ada Sasuke disana, saat sebentar tadi Sasuke melamun, sekarang mata Sasuke menangkap bayangan Naruto yang membelai rambut merah Gaara. Dapat terlihat jelas kalau Naruto sangat bahagia saat berada di dekat Gaara, dan Gaara sendiri pasti sama. Sasuke menundukan kepalanya, harusnya ia pergi saja meninggalkan dua sejoli itu. Namun hati kecilnya mengatakan untuk tetap tinggal di sisi Naruto. Kepala Sasuke terasa amat sakit.

"Teme, kau pucat sekali" kata Naruto khawatir. Sasuke menggeleng kepalanya.

"hn, aku tidak apa-apa dobe." Sasuke memijat pelipisnya sebentar.

"kau sakit Sasuke?" kali ini Gaara ikut cemas.

Sasuke memang memiliki wajah yang putih, namun wajah itu selalu tampan dan terlihat segar. Sungguh kentara kalau kali ini wajah Sasuke terlihat pucat.

"badanmu panas, teme" Naruto menempelkan tangannya di kening Sasuke.

Sasuke bergerak tidak nyaman saat Naruto menyentuhnya di depan Gaara. Ayolah.. saat ini Sasuke seperti ingin di tusuk dari empat arah. Ia yakin kepalanya pusing karena melihat Naruto bermesraan dengan Gaara secara live di depannya. Dan sekarang Naruto yang notabenenya adalah orang yang ia cintai itu malah menyentuhnya tanpa beban. Sasuke bingung ia harus bersikap seperti apa. Tangan yang ada di keningnya itu terasa hangat dan…

"Sasuke, ternyata kau di sini" sosok Neji menyembul dari belakang Sasuke.

"Yo, Neji!" sapa Naruto pada Neji. Ia melepaskan tangannya dari kening Sasuke.

"Ne..ji.." desis Sasuke sambil menoleh.

"kau kenapa? Wajah mu pucat, kau sakit?" kata Neji agak panik. Kali ini tangan putih Neji menggantikan tangan Naruto untuk mengcek suhu tubuh Sasuke di kening.

"aku tidak apa-apa Neji." Kata Sasuke ngotot. Ia yakin ia hanya pusing. Kenapa semua orang memandangnya seperti ia sedang sakit keras sih.

"ah, baiklah kalau gitu" Neji mengangguk, meskipun agak ragu.

"kenapa kalian ada di sini, sebentar lagi bel." Kata Neji lagi kemudian.

"ah, cuman ngobrol sebentar." Kata Naruto dengan nada ceria, tangannya dengan lancar merangkul pundak Gaara.

Tenggorokan Sasuke terasa getir, dan Neji tau benar tentang itu. Neji merapatkan tubuhnya kedekat Sasuke, rasanya ia ingin menjaga Sasuke dan memeluknya erat, pasti sakit. Ya, sama sakitnya dengan yang ia rasakan.

TBC!

Hehehehehehehe makasih buat yang udah repot-repot baca :3

Kalau ada yang kurang bilang ya, kalau ada yang punya ide buat kelanjutan ceritanya mungkin bisa saya terima juga.

Jujur saya sendiri belom bisa nentuin pairing nya. Hoho.

Oh, dan kemungkinan cerita ini suatu saat akan saya bawa ke rate M. /nak

Yang sudi review dong, pewisss .