KRIIIIING!

.

SMACK!

.

Kedua manik cokelat itu masih setengah menutup ketika satu tangannya berhasil mencapai meja nakas untuk membanting sebuah jam weker disana.

Dengan ogah-ogahan, pemuda itu memaksa tubuhnya bergelung keluar dari dekapan selimut, kemudian mengaum keras-keras.

Lay yakin, jika saja ia tengah berada di sebuah film animasi saat ini, sudah pasti ada uap putih yang menyembur kemana-mana dari mulutnya—atau seandainya ia adalah seekor naga, apartemennya pasti sudah hangus terbakar karena kuapannya barusan.

Lay menguap sekali lagi—kemudian mengernyitkan hidung.

.

Ew. Ia memang punya nafas naga.

.

Ting tong.

Lay menoleh ke arah pintu, dan mengerang keras. Makhluk macam apa yang kiranya akan bertamu sepagi ini?

Mendengus kasar, Lay membawa kedua telapak kakinya untuk meraba lantai, mencari-cari sandal kelinci berbulunya yang seharusnya berada tepat di bawah tempat tidur. Argh, kemana perginya?—sejauh ini yang teraba oleh kulitnya hanyalah permukaan lantai yang dingin—ah, ketemu satu. Sebodo amat lah. Ia masih ngantuk. Sangat sangat ngantuk, demi Tuhan.

Hanya mengenakan satu sandal, ia menyeret tubuh kurusnya menuju ke pintu. Ia menempati sebuah apartemen bernomor 503 yang terletak di lantai tiga—bukan sebuah kompleks apartemen elit sebenarnya, namun lebih dari layak untuk ditinggali setidaknya dua orang. Dan menurutnya tempat ini cocok untuk dihuni oleh mahasiswa perantauan bernasib kantong mepet sepertinya.

Lay meraih gagang pintu dan membukanya. Disambut langsung oleh muka familiar yang tengah tersenyum cerah kepadanya—yang entah justru kenapa terlihat begitu menyebalkan. Dan Lay harus menahan hasratnya mati-matian untuk tidak mengayunkan pintu ini ke wajah tampan—sok tampan—itu.

"Selamat pagi, Zhang Yixiiing~"

Lay melipat tangan di depan dada dan memutar mata, "Mau apa?"

Oh, ia tidak butuh basa-basi, terima kasih. Ia sudah hafal kelakuan tetangganya ini. Terlalu hafal sampai ia tahu, tetangga yang kaya ini tak cukup baik untuk repot-repot mengetuk pintu apartemen kecilnya hanya untuk memberinya ucapan selamat pagi. Lay tahu ada maksud terselubung dibalik ini.

"Kau sudah lihat kalender hari ini?"

Tuh kan.

Tapi tunggu.

Lay mengerutkan kening.

Memangnya ada apa? Apa tetangganya itu sudah jatuh melarat sampai ia tak punya kalender sendiri dan ia harus bertanya padanya segala? Dan jujur saja, ia memang belum melihat kalender hari ini. Memangnya apa yang special? Hari ulang tahunnya? Hari valentine? Hari natal? Atau hari—

"Ah~ melihat wajahmu yang berkerut-kerut jelek begitu aku yakin kau tak ingat," Lelaki di depannya menghela nafas dramatis. Menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menyeringai tipis.

"Dasar otak udang."

"Hei!—"

"Anyway," Potong pemuda itu, mengabaikan Lay yang menyalak galak ke arahnya, "karena kau tak ingat, jadi dengan senang hati aku akan mengingatkan padamu. Bahwa hari ini adalah hari pengumuman ketua senat yang baru." ujarnya, lengkap dengan sebuah kuluman senyum.

Lay menepuk jidatnya, mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa ia lupa? Dan astaga—di depan saingannya sendiri untuk merebut kursi kehormatan paling tinggi di dewan senat.

.

Saingannya.

.

Satu-satunya.

.

Kim Joonmyun.

Lay mendongak, menatap garang tamu-nya itu, "Tentu saja aku ingat"—err, bohong sih, "—mana mungkin aku melupakan hari dimana aku akan melihatmu menangisi kekalahanmu … Joonmyun?" Kini gantian Lay yang mengulas seringai tipis nan angkuh.

Suho –panggilan akrabnya—masih memasang seulas senyum sebagai tanggapan, "Atau justru kau yang seharusnya bersiap-siap," Suho mendekatkan wajahnya ke cuping telinga Lay, berbisik. "Karena selama aku masih ada disini, aku pastikan kau tak akan pernah mencicipi kursi ketua senat. Karena percayalah, aku selalu bisa mendapatkan apa yang aku inginkan," Suaranya menurun beberapa oktaf, pelan dan berbahaya. "Kau tidak tahu kau berhadapan dengan siapa, Zhang."

Lay bersumpah ia bisa merasakan seringaian itu di telinganya, meremangkan bulu roma di sekitar lehernya. Ia baru bisa kembali bernafas normal ketika pemuda itu akhirnya menarik diri beberapa saat kemudian.

Ia menegak ludah, gugup. Entah gugup karena ancaman yang dilontarkan Suho, atau lebih karena jarak mereka yang terlampau dekat tadi. Ya Tuhan…

Lay berdehem, berusaha menguasai dirinya lagi dengan memasang wajah datar, "Memangnya aku peduli, gitu?" tantangnya.

"Kita lihat saja nanti," Suho angkat bahu tak acuh, kemudian mengangkat tangan untuk melambai manis, "Semoga sukses, Yixingie~"

Suho sudah akan berbalik pergi ketika tiba-tiba ia berhenti. Melirik ke bawah, ia nyengir lebar ke arah Lay yang menatapnya garang,

.

"Boxer-mu bagus, omong-omong."

.

Lay melotot kaget.

Ia mengikuti arah pandang Suho. Menunduk ke bawah dan…

Fak.

.

"AAAAAAAAAAARRRGGGH!"

.

.

.

.

Virtual Boyfriend

.

disclaimer: character's not mine.
genre(s): romance. drama. comedy(maybe)
rated: T+ (For swearing and etc)

.

Warning:
OOC. Garing. BoysLove. Bahasa non baku! Typos! Modern!AU

.

.

.

Chapter 1

.

5.676 words.

.

.

BLAM!

Lay membanting keras pintu di belakangnya, lalu menyandarkan punggungnya disana. Ia terduduk perlahan-lahan, beringsut di lantai dengan dagu menempel di kedua lutut. Mencoba menormalkan deru nafasnya yang memburu, dan menghilangkan sensasi panas yang membakar kulit wajahnya.

Sial. Bagaimana ia tidak menyadari kalau sedari tadi ia berdiri di luar hanya dengan mengenakan boxer?

Apalagi boxer merah muda yang sedikit kumal dengan gambar unicorn di setiap sisinya ini.

Lay menunduk ke bawah, mengernyit.

Memangnya kenapa harus malu?

.

Boxer-nya tidak jelek-jelek amat kok.

.

Suho saja bilang bagus tadi.

.

Suho…

Suho...

...fak.

.

Sungguh, sejak kedatangan Kim Joonmyun di apartemen 508—yang kebetulan tepat berseberangan dengannya—Lay merasa hidupnya jadi kacau. Benar-benar kacau.

Terlebih ketika Lay mengetahui bahwa orang rese itu ternyata satu kampus juga dengannya. Dan sekarang, mereka tengah bersaing memperebutkan posisi yang sama di jajaran dewan senat. Great.

Semenjak mereka bertetangga, tak ada hari yang terlewati tanpa teriakan dan jeritan mengudara. Membuat beberapa tetangga di lantai tiga merasa risih dan terpaksa memanggil polisi khusus untuk menasihati kedua pemuda labil itu. Suho beralibi bahwa ia meneriaki Lay karena ketenangannya diganggu, sementara Lay juga mengadukan hal yang sama. Akhirnya, perang absurd tanpa ujung yang jelas itu pun berlanjut hingga sekarang. Para tetangga pun hanya bisa pasrah dengan lingkungan ciptaan kedua pemuda itu.

Apa salahnya kalau Lay merasa tidak terima? Ia sangat merasa terganggu dengan eksistensi sang tetangga depan rumah yang bahkan lebih menyebalkan dari tante-tante dalam masa haid.

Lay tidak salah. Ya, ia tidak salah. Ia tidak salah dengan segala hal absurd yang terjadi diantara mereka. Tetangga duluan lah yang suka mencari perkara. Setiap kali mereka tidak sengaja bertemu, sudah pasti Suho akan mengucapkan hal-hal tak penting yang selalu berhasil membuat Lay kesal dan malu setengah mati. Seperti barusan.

"Tetangga mesum, sok ganteng, tukang komentar, dasar reseeeee!" Lay berseru kencang, berharap sekali umpatannya mampu terdengar sampai ke apartemen sang tetangga. "Pendek, menyebalkan, tukang usil, sialan!"

Mereka sudah bertetangga selama hampir lebih dari setahun. Dan selama itu pula, mereka memang tidak pernah akur. Hari-hari mereka selalu saja diwarnai dengan adu argumen, umpatan, makian, bahkan tak jarang adu fisik.

Lay masih ingat ketika ia pertama kali melihatnya.

Sosok pemuda dengan wajah angelic yang tampan, detail kontur wajahnya yang menawan, lengkungan senyum sehangat mentari, dengan aura tenang yang menguar dari tiap gestur tubuhnya.

.

Bohong kalau Lay bilang ia tidak terpesona.

Ia bahkan hampir dibuat jatuh cinta pada pandangan pertama.

Hampir...

.

Namun semua kesan diatas hilang seketika tatkala Lay berinsiatif untuk menyapa tetangga barunya itu dengan membawa sepotong kue yang telah disiapkannya sendiri sejak pagi buta. Dan kalian tahu apa? Bukannya mendapat ucapan terima kasih dan ulasan senyum atas jerih payahnya, yang didapatnya jutsru—

.

"Aku tidak suka makanan manis. Terlalu banyak kalori. Dan aku tidak menerima makanan dari orang asing."

.

Lalu—BRAK! Pintu ditutup di depan ujung hidungnya begitu saja.

Bahkan sebelum ia sempat berkedip dan mengatakan sapatah kata—atau makian sekalipun.

.

Alhasil, Lay pun pulang ke rumah dengan sekotak utuh kue dan mata sembab.

.

Tidak. Ia tidak menangis saat itu kok.

.

"Hah, tidak suka makanan manis," Lay mencibir, "Pantas dia tidak tinggi-tinggi."

Lay kesal. Terlalu kesal sampai ia tidak mempedulikan kesinkronan kalimatnya barusan. Tanpa sengaja, kedua bola matanya menangkap jam dinding yang tergantung di sudut ruangan telah menunjuk angka pukul tujuh.

Pukul tujuh…

.

…Sementara rapat senat akan dimulai jam setengah delapan….

.

.

.

Krik.

"Oh, shit aku bisa terlambat!"

Cepat-cepat Lay menghambur ke kamar mandi dan membanting pintu.

—lalu keluar lagi karena ia menyadari ia belum menyambar handuknya dan—

.

BRUGH.

.

"ADUH, BOKONGKUUU!"

.

.

…Lay terpeleset, saudara-saudara.


.

"—Rapat senat akan dimulai sepuluh menit lagi dan kau belum datang—YA TUHAN, KAU DIMANA ZHANG YIXIIIIING?"

Lay menghentikan kegiatannya menarik resleting ransel untuk menjauhkan ponselnya dari telinga. Berusaha menyelematkan fungsi gendang telinganya dari suara melengking Baekhyun di seberang.

"Iya, iya. Aku tahu aku memang terlambat. Tenang saja, aku akan sampai disana secepatnya."

Diktat, tempat pensil, notebook—Lay rasa hanya itu. Sementara ia berusaha menyeimbangkan kedua kakinya untuk terus melangkah lebih cepat menembus kerumunan orang-orang di jalanan yang penuh sesak.

"Apanya yang tenang saja? Kau harus tahu kalau Kyuhyun-sunbae sudah mencak-mencak dari tadi, tahu!"

Lay memutar bola mata, "Iya, iya. Bawel sekali. Aku bangun kesiangan, asal kau tahu."

Baekhyun mendecak di ujung sambungan, "Pasti karena kau begadang nonton drama kan?"

"Hei, kenapa jadi menyalahkanku? Mana mungkin kan aku melewatkan episode terakhir drama itu kan? Dan kau mesti tahu betapa seksinya Lee Min Hoo ketika—TAKSIIIIIII!"

Lay spontan memekik tatkala bola matanya menangkap sebuah sedan putih dengan lampu yang menyala di bagian atasnya. Ia segera berlari kecil menuju lokasi pemberhentian taksi tersebut—mengabaikan Baekhyun yang sekarang ngedumel tentang kupingnya yang berdenging akibat teriakannya barusan.

Cklek!—

Dengan satu tangan menyangga ponsel, Lay menarik salah satu pintu taksi dan menyamankan diri di jok belakang, sebelum menaruh perhatiannya kembali ke ponselnya.

"Sampai dimana tadi? Ah iya—kau harus lihat bagaimana tubuhnya ketika ia sedang topless dan—"

.

"Apa yang kau lakukan disini?"

.

Lay termenung. Tunggu.

Sepertinya ia pernah dengar suara ini di suatu tempat. Suara yang tidak asing.

Sangat tidak asing.

.

Suara…

.

Suara…

.

"Joonmyun?"

.

Ia menoleh cepat-cepat ke arah sumber suara. Bertatapan langsung dengan kedua bola mata Suho yang kini tengah memicing berbahaya ke arahnya.

Dan catat, sekali lagi jarak mereka begitu dekat.

Terlalu dekat, demi Tuhan.

Ujung hidung mereka hampir bergesakan, dan bahkan Lay bisa merasakan hembus nafas mint orang ini menerpa wajahnya.

Dan—watefak. Bagaimana makhluk satu ini bisa ada disini? Ia yang melihat taksi ini duluan, kurang ajar.

.

Lay menggeram pelan. Kemudian mengingat Baekhyun yang masih berada di seberang sambungan,

"Sudah dulu ya, Baekhyun-ah. Ada om-om nyebelin yang kepingin merebut taksiku."

Click.

Ia memutus panggilan dan memasang tampang sejudes-judesnya.

"Kau pikir kau siapa? Seharusnya aku yang tanya begitu." Kedua bola mata Lay menyipit, "Apa yang kau lakukan disini? Seenaknya saja merebut taksi orang." Lay memastikan kalimatnya terutarakan dengan penuh penekanan. Secara tidak langsung ingin mengultimatum bahwa seharusnya taksi ini adalah milik-NYA.

Tapi entah mungkin orang itu memang tidak tahu diri atau apa, ia mengabaikannya begitu saja dan malah berseru pada sang supir taksi.

"Seoul University, pak."

Supir taksi pun balas tersenyum ramah di jok depan. "Baik, Tuan."

Lay tersentak dan mendelik. "Oh tidak bisa—" Ia menoleh pada supir taksi di depan yang sudah akan bersiap menekan pedal gas, "Jangan jalan dulu pak. Aku yang pakai taksi ini!" Ia membuka paksa pintu samping tempat Suho duduk, mendorong kasar bahu pemuda itu agar tubuhnya yang sudah berada di dalam bodi rigid taksi keluar lagi—meski sebenarnya hampir mustahil mengingat Suho yang malah tampak kekeuh menempelkan bokongnya di kursi.

"Brengsek, aku duluan yang menyetop taksi ini!"

"Hei bung! Aku duluan yang duduk disini, kalau kau lupa." Suho berujar santai sembari menunggu taksi untuk segera melaju—yang tentu saja tidak mungkin terjadi karena tangan Lay yang masih kekeuh memagangi pintu sekuat tenaga. Oh, astaga.

"Tetap saja ini taksiku!"

"Gundulmu."

"Keluar!"

"Moh!"

Lay mengerang frustasi, "Mengalahlah sedikit. Aku sudah terlambat, tahu!"

"Begitu juga aku."

Lay balas mendecak sinis, "Oh, ya ampun, lihat ini. Kau yang mengingatkanku tentang rapat itu sendirinya malah telat."

Suho melotot, tampak tersinggung. "Oh, yeah? Dan aku yakin kau tidak akan menampakkan batang hidungmu disana kalau bukan karena aku yang mengingatkanmu kan? Harusnya kau berterima kasih padaku."

"Nggak sudi!"

Suho mendorong Lay jauh-jauh, "Ya sudah, tidak ada yang memaksamu datang kesana kok! Karena jelas-jelas ketua senatnya adalah AKU."

"Enak saja!"

Supir taksi pun berdehem, takut-takut melirik ke arah jok belakang yang kini telah berubah menjadi "medan perang". Ia berusaha bertanya dengan nada sesopan mungkin, meski sebenarnya ia mulai gondok juga. "Jadi kita mau kemana, tuan-tuan?"

Namun diantara Suho dan Lay tak ada yang menggubrisnya. Mereka terlalu larut dengan pertempuran mereka. Dorong-dorongan, jambak-jambakan, bahkan kata-kata makian pun ikut melayang. Entah apa yang dipikirkan orang-orang diluar sana ketika mereka melihat sebuah taksi yang bergoyang-goyang sendiri di pinggir jalan.

…Emmm, yeah.

.

"FAK! TANGANKU TERJEPIT UDIK!"

"KAU DULUAN YANG MENGINJAK KAKIKU PENDEK!"

"E-ehm, tuan-tuan—"

"APA MASALAHMU SIH? BUKANKAH KITA JUGA SEARAH?"

"MEMANG! TAPI AKU SAMA SEKALI NGGAK SUDI DUDUK SATU JOK DENGANMU!"

"Tuan-tuan—"

"KALO GITU TINGGAL DUDUK AJA DI DEPAN!"

"TAPI AKU JUGA NGGAK SUDI SATU TAKSI DENGANMU!"

"A-anu… tuan-tu—"

"KALO NGGAK MAU YA TINGGAL TURUN! GITU AJA REPOT!"

"IH, OGAH—"

"OI, KALIAN BERDUA BERHENTILAH BERTENGKAR! BERISIK TAU!"

.

.

SIIIIING.

Hening.

.

Keduanya kompak terdiam.

Mereka berdua kini dibuat beringsut tak berdaya di jok belakang, duduk anteng dengan muka ketakutan. Ciut sudah nyali kedua makhluk adam itu karena bentakan sang supir taksi barusan.

"Begini kan enak," Aura gelap yang sempat menyelubungi sang supir taksi pun lenyap seketika. Ia menoleh ke belakang, tersenyum manis pada Suho dan Lay yang menatapnya ngeri—

"Nah, sekarang kita mau kemana, Tuan-tuan?"


.

"Aku tidak tahu kalian berdua ternyata berangkat barengan,"

Baekhyun ikut berkomentar tatkala ia tak sengaja mendapati Suho dan Lay keluar dari taksi yang sama di depan gerbang. Ia terkikik, "Aku pikir kalian musuhan."

"MEMANG IYA!"

Keduanya menyalak kompak, menatap Baekhyun dengan tatapan membunuh.

Baekhyun pun memutar mata malas, "Iya, iya. Geez…" Ia melirik jam tangannya lalu mendecak, "Ayo cepat, kita sudah sangat terlambat, tahu!"

Ia meraih tangan Suho dan Lay dan terpaksa menyeret kedua manusia itu ke ruang rapat sebelum pertumpahan darah sempat terjadi. Mengingat dua orang itu yang masih terus-terusan saling ejek, saling tendang, dan saling dorong tanpa ada yang sudi mengalah. Selain itu Baekhyun juga tak mau jadi 'menu sarapan' Kyuhyun. Tidak, terima kasih.

.

Tok tok.

Baekhyun mengetuk pintu ruang rapat, dan membukanya ketika akhirnya ia mendengar seruan perintah masuk dari dalam sebelum kemudian mendorong terlebih dahulu punggung dua teman idiotnya ke dalam.

Kyuhyun yang tengah berdiri di pusat ruangan menghadiahi mereka sebuah delikan tajam, plus sindiran pedas, "Aku pikir kalian tidak akan datang. Syukurlah kalau kalian berdua masih hidup."

"Maaf sunbae," ucap Suho dan Lay bersamaan. Saling merapatkan diri, menjewer mulut masing-masing, dan memasang wajah berkerut parut. Mereka kemudian mendudukkan diri di kursi masing-masing. Lay bersebelahan dengan Baekhyun sementara Suho duduk berseberangan dari mereka berdua.

Kyuhyun kembali mengambil alih pusat perhatian dengan deheman keras, "Jadi karena kedua calon ketua senat kita sudah hadir di ruang rapat , maka kita bisa segera mengetahui hasilnya…"

Lay duduk dengan perasaan tegang luar biasa. Berkali-kali ia harus menggigit bibir, menggigit kuku, bahkan menggigit meja—kalau perlu—untuk meredam rasa gugupnya. Sebagai sahabat yang baik, disebelahnya Baekhyun pun berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus punggungnya.

Ia memalingkan pandangan ke seberang. Memperhatikan Suho yang tampak tenang-tenang saja di kursinya.

Suho yang sepertinya merasa diperhtikan balas memandang ke arahnya, menyeringai kecil dan menggumamkan sesuatu seperti— "Aku yang akan menang."

Lay mendesis pelan, menggumam balik. "Dalam mimpimu, pendek."

Suho hanya balas menggerak-gerakkan bibirnya, seolah-olah lipsync mengikuti perkataan Lay barusan. Seolah bibirnya seksi saja, ew.

"Dan, hasil votingnya adalah…"

Lay kembali menatap Kyuhyun dengan perasaan was-was. Sementara Kyuhyun memandangnya sekilas dengan lengkungan senyum tampan, namun tak setampan senyum Suho—

He?! Ya ampun, mikir apa dia barusan?

Tak setampan senyum Suho?

Berarti secara tidak langsung ia mengakui kalau Suho memang tampan dong?

Mengakui bahwa Suho memang terlihat menawan ketika ia tersenyum.

Apalagi ketika mata sipitnya tengelam karena senyumannya yang—

.

"…Seri."

.

se-se—ri…apa?

.

"Apa?"

"…Apa?"

"Iya… apa?"

"Apanya yang 'apa'?"

"Seri. Apanya yang seri?"

.

Kyuhyun memicingkan mata ke arah Lay yang menciut di kursinya karena ditatap seperti itu. "Apa kau tidak memperhatikan perkataanku Zhang Yixing? Aku bilang hasil voting kalian 'seri'. Sama. Imbang."

Hah.

Haaah.

"HAAAAAAAAAH!" Lay berteriak kencang, mengabaikan tatapan aneh dari peserta rapat yang lain. "Kok bisa?"

Kyuhyun angkat bahu, "Mungkin karena kampanye kalian saat pemilu kemarin sama-sama berhasil? Harus kuakui, kalian memang dua peserta yang kompetitif," salut Kyuhyun, mengangguk-anggukan kepala sebelum kembali memasang tampang datar. "Tapi karena kami tidak bisa menempatkan dua ketua senat sekaligus, jadi kami sepakat untuk membuat satu keputusan, dengan menempatkan satu diantara kalian menjadi ketua dan yang satu sebagai wakil ketua." jelas Kyuhyun, sembari mengedarkan pandang ke seluruh sudut ruangan.

Lay yang mendengarnya pun langsung membenahi posisi duduknya, harap-harap cemas. Setidaknya masih ada peluang untuknya.

.

"…jadi…"

Astagaastagaastaga—

.

"…sudah diputuskan…"

Dag. Dig. Dug. Duer—

.

"…bahwa…."

.

Bahwa…

Bahwaaa

Bahwaaaaaa….

.

"….bahwa Kim Joonmyun adalah ketua senat yang baru dan Zhang Yixing sebagai wakilnya."

.

Lay mangap.

Suho smirk.

Kyuhyun stay cool.

.

"…."

"…."

"…"

"…."

"…."

"…Emm, kenapa kau tidak protes, Yixing?"

Baekhyun menoleh pada Lay, menatap khawatir sahabatnya yang tampak diam di tempat, tak bergerak. Ia menyentuh bahu pemuda itu, kemudian mengguncang-guncangkannya perlahan.

"Lay…"

Lay mengedipkan mata, kemudian menatap Baekhyun dengan tatapan kosong. "Astaga Baekhyun...sepertinya aku harus segera memeriksakan telingaku ke dokter…"

"Lay…"

"Oh ya ampun, Baek! Sepertinya aku baru saja mendengar Kyuhyun sunbae mengatakan bahwa si pendek itu yang berhasil menduduki jabatan ketua senat—"

"Lay, itu—"

"Maksudku nggak mungkin kan? Apalagi dia bilang aku yang akan jadi wakil ketuanya. Yang benar saja—"

"Lay—"

"Astaga, Baek! TAMPAR AKU DAN SELAMATKAN AKU DARI MIMPI BURUK IN—"

SLAPS! "O-ow Baek—"

"Diamlah Lay! Pendengaranmu baik-baik saja dan kau tidak sedang mimpi buruk! Ini nyata, tahu!"

.

Lay berkedip tiga kali, menatap Kyuhyun sembari memegangi pipi kanannya yang memerah akibat tamparan Baekhyun barusan.

Tunggu. Tunggu. Berarti yang tadi itu

"HEEEEEH, jadi maksudnya aku bakal jadi bawahanorang itu selama setahun gitu?" pekiknya sembari menunjuk Suho di seberang.

"Secara teknis, ya."

"Ya ampun! Kenapa harus dia yang jadi ketuanya dan aku wakilnya? Kenapa bukan aku ketuanya dan dia wakilnya?"

Kyuhyun menekan pangkal hidungnya sabar, "Yeah, karena kami pikir Suho lebih punya pengalaman di dewan senat kampus, Yixing. Kau ingat periode kemarin dia menempati posisi kesekertariatan kan?"

Lay mencak-mencak, "Iya tapi—ini nggak adil! Aku mau ada voting ulang!"

"Kau pikir semudah itu? Pemilu ulang juga butuh anggaran dan waktu, tahu," Di seberang meja Suho mencibir, "Kampus ancur deh kalau sampai dipegang oleh orang sepertimu." lanjutnya dengan senyum mengejek, sengaja mengompori Lay.

"WOI!" Lay berseru, tidak terima, "Ngaca dulu, dong! Kau pikir kau bisa lebih baik dariku?"

"Oh, tentu saja."

"Dasar pendek."

"Kuda jadi-jadian."

"ABG Tua!"

"Tukang pikun!"

"Aku sumpahin kau nggak bakal bisa ereksi lagi!"

"Enak aja!"

"AMIN YA TUHAAAN!"

"YA JANGAN DIAMININ, GEBLEK!"

"STOP, STOP!"

Suara Kyuhyun menggelegar, menghentikan adu mulut tak penting kedua manusia itu. Ia menutup mata sembari memijat sudut dahinya yang kini mulai berkedut-kedut hebat. Astaga. Anak-anak ini... Bisa-bisanya debat dari ketua senat sampai ereksi.

Kyuhyun menarik nafas dan menoleh pada Suho setelahnya, "Bagaimana menurutmu keputusanku tadi Suho?"

Suho berdehem, menjawab kalem dari kursinya, "Aku sih oke oke saja. Toh, bukan aku yang jadi pesuruh-nya—"

"Hei aku bukan pesuruh—"

"Mulai sekarang ya—"

"Son of a—"

"DIAM!" Kyuhyun berseru keras, sekali lagi memotong argumen mereka berdua. Hah, ia jadi ragu dengan keputusannya sendiri menyerahkan kekuasaan dewan senat kampus pada mereka berdua. Ya Tuhan~ semoga keputusannya ini memang yang terbaik~

Ia menghela nafas sekali lagi, "Nah—berarti Suho, kau ketua-nya dan Yixing, kau wakil-nya—keputusan final dan tidak ada bantahan!" tambah Kyuhyun begitu ia melihat Lay sudah akan membuka mulut lagi.

Kyuhyun mendesah dan melirik arlojinya, sebelum kemudian berkata lantang,

"Kalau begitu, rapat resmi ditutup."

Semua peserta rapat perlahan-lahan mulai beranjak meninggalkan ruangan. Beberapa ada yang terkikik geli ketika mereka melewati Lay dan Suho.

Lay memutar mata, sementara ia masih enggan untuk bangkit dari kursinya. Sedang Baekhyun sudah nyelonong pergi mendahuluinya menuju toilet— keadaan darurat, katanya.

Suho yang melihatnya berdehem, kemudian melangkahkan kaki untuk mendekati Lay yang tengah bersungut-sungut di seberang.

"Bukankah sudah kubilang aku yang akan menang, Zhang?" Suho berdecak, melipat tangan di depan dada, "Ah, tapi aku ucapkan selamat atas keberhasilanmu. Keberhasilanmu menjadi—" Ia membungkuk sedikit, mendekatkan bibirnya di telinga kiri Lay, "—babu."

Kemudian Suho cepat-cepat berlari, menjauh dari Lay yang terlihat ingin sekali melemparnya dengan kursi.

"MIMPI SAJA SANA!" Lay mengabaikan tawa keji Suho dibelakangnya dan memilih untuk membenturkan kepalanya ke meja, menggeram.

Fabulus.

Atau bahasa lainnya—

...matilah ia.


.

"Aku nggak ngerti. Kenapa sih aku kena sial terus,"

"Lay—"

"Ya ampun, apa Tuhan begitu membenciku? Maksudku—aku sadar kalau aku memang punya banyak kesalahan selama aku hidup di dunia ini—"

"Lay—"

"Aku sering menghina si pendek itu, sering berkata kasar. Aku jarang belajar, lebih suka baca komik ketimbang baca textbook—"

"Lay, kau—"

"Aku suka mengeluh ketika diberi tugas. Aku juga suka menggosipkan orang lain. Aku pernah menumpahkan teh di diktat Luhan dan malah menuduh Baekhyun—"

"—OH JADI KAU YANG—"

"Aku bahkan pernah bolos kuliah, diam-diam makan saat di kelas. Aku sering tidur di kelas. Jarang memperhatikan dosen mengajar—Ya ampun, kalau dihitung mungkin kesalahanku bisa tembus angka triliunan!"

"LAY—"

"Ya Tuhan, maafkanlah hambamu in—"

"OI LAY! MUNCRAT KEMANA-MANA TAU!"

Lay berhenti mengoceh. Ia menyapukan pandangan, menyadari banyak percikan kuah bulgogi yang sedang dikunyahnya mengotori permukaan meja dimana-mana, bahkan ada beberapa yang tampak menetes di halaman diktatnya yang memang sengaja dibiarkannya terbuka sedari tadi di atas meja.

Lay nyengir kuda menatap Baekhyun, "Maaf, Baekki-ah~" pintanya dengan nada manja.

Baekhyun memutar bola mata jemu, lalu melemparkannya segulung tisu, "Kau masih jengkel soal kekalahanmu—" Lay mendelik, namun Baekhyun mengabaikannya, "—kekalahmu dari Suho itu?"

Lay mendesah panjang. Ia membenahi posisi duduknya dengan menyandarkan punggung pada sandaran kursi, "Tentu saja. Aku masih belum terima, tahu. Martabatku sudah jatuh, dan dengan begini dia akan semakin meremehkanku." kata Lay lesu, jemarinya memainkan selembar tisu di meja, "Baekhyun, bisakah kau bayangkan apa saja yang bisa dilakukannya padaku dengan posisinya itu? Dia pasti akan menyiksaku."

"Iya sih, aku yakin dia pasti tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyiksamu, " ujar Baekhyun santai, dan justru makin membuat Lay lemas saja. "Tapi terus-terusan meratapi nasib juga tidak akan merubah apapun."

Black forest yang dipesan Baekhyun pun terhidang di atas meja beberapa saat kemudian. Bertatakan piring porselen dan garpu perak yang dipoles mengkilap. Baekhyun langsung menjauhkan piringnya dari jangkauan Lay ketika dilihatnya sahabatnya itu sudah ancang-ancang ingin mencomotnya.

"Pelit."

"Biarin."

Dan baru saja Baekhyun akan menyuapkan sepotong black forest-nya ke mulut, seseorang menghantam keras punggungnya—

"HEI YO JOMBLO-JOMBLO NGGAK LAKU!"

"—OHOK!" Baekhyun tersedak. Bisa dirasakannya beberapa remahan potongan kue itu menerobos paksa ke rongga hidungnya. Ia mendelik ke arah Lay yang cekikikan di seberang meja, dan menoleh untuk menyembur si pelaku penganiayaannya kali ini. "—LUHAN SIALAN!"

Yang dimaksud hanya pasang cengiran lebar tanda damai. Luhan lantas mendudukkan diri di samping Baekhyun, dengan muka tanpa dosa menyerut habis segelas orange juice di meja milik Lay.

"Apa yang sedang kalian bicarakan kali ini, hei para jomblo?" tanyanya penasaran, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Lay, "Dan kenapa wajahmu kusut begitu, hm? Galau ya?"

Luhan juga merupakan sahabat mereka meski sebenarnya Luhan ini setingkat di atas Baekhyun dan Lay—atau dengan kata lain, Luhan ini adalah senior mereka berdua. Mereka berkenalan saat ospek dulu, yang kebetulan saat itu Luhan adalah bagian dari panitia ospek yang membimbing kelompok Lay dan Baekhyun. Selain itu, Luhan juga dikenal sebagai salah satu jajaran mahasiswa populer disini—selain karena penampilan fisiknya yang memang breath-taking, ia juga anggota tim futsal kampus yang memang suka dielu-elukan banyak orang.

"Dia sedang kesal soal senat-senatan itu." jawab Baekhyun tak acuh sembari mengunyah kasar black-forest-nya, masih setengah jengkel pada Luhan.

Luhan mengangkat alis sebagai respon, "Kenapa? Kau gagal dapat posisi di dewan senat?" tanyanya pada pemuda ber-dimple itu.

Lay mendesah halus, "Berhasil sih. Tapi aku hanya dapat posisi wakil ketua."

"Loh, bagus dong. Setidaknya kan kau dapat jabatan disana. Tinggi lagi," Luhan memandang Lay skeptis, "Ratusan orang berani bertaruh untuk mendapat posisimu itu, asal kau tahu."

Lay face-palming dan menggeram,

"Iya sih, kalau ketuanya bukan Kim Joonmyun."

"…"

"…"

"…"

"—BUAHAHAHAHA!" Luhan terbahak, cukup kerasa sampai beberapa buah kepala di kantin menoleh ke meja mereka, "Pfft—muahaha! Jadi kau dikalahkan oleh sainganmu itu? Si Joonjoon itu? Pfffft—oh my gaaad!" sahut Luhan over-dramatis, kemudian menyenggol Baekhyun dengan sikunya, "Astaga, coba bayangkan, Baek! Bocah ini bakal setahun jadi babu—haha. Oh ya ampun, nasibmu Lay~"

Baekhyun disebelahnya mencoba menahan tawa, namun akhirnya ia menyerah dan bergabung bersama Luhan menertawakan Lay yang makin beringsut di tempat duduknya dengan wajah merah padam.

"Astaga, aku heran kenapa aku bisa bersahabat dengan kalian," desis Lay pelan. Wajahnya memerah karena menahan malu dan jengkel, sementara dua teman idiotnya itu masih terbahak-bahak di seberang meja, "Berhentilah tertawa, kalian berdua!"

Tawa Luhan dan Baekhyun pun akhirnya mereda, dan benar-benar berhenti tatkala seseorang tiba-tiba muncul dari balik punggung Luhan dan mengecup kilat pipi pemuda itu.

"Hai, babe."

Luhan nyengir lebar, "Hai, Hunnie."

Yang dipanggil 'Hunnie' pun hanya tersenyum kecil, kemudian menarik salah satu kursi dan duduk merapatkan diri pada Luhan, sedang satu lengannya terjulur untuk memeluk pinggangnya protektif. Luhan balas tersenyum. Ia menarik dagu pemuda itu dan menghadiahinya sebuah ciuman panjang. Manis, namun sensual.

Lay dan Baekhyun kompak memeletkan lidah. Rasanya isi perut mereka bisa keluar kapan saja jika terus-terusan disuguhi adegan 'pencuci mata' macam ini.

Luhan menarik diri, sedikit terengah, dan berpaling untuk menyeringai kecil pada mereka berdua.

"Iri ya? Dasar jomblo."

"Pffft~"

Sehun disebalahnya terkekeh, mengecup pipi Luhan sekali lagi, "Jangan begitu, dear."

"Maaf Hunnie bunny~"

"PFFFFFFFT~"

Luhan mendelik tajam. "Nah, daripada kalian para jomblo galau untuk malam minggu nanti—terutama kau Lay—lebih baik kalian coba kunjung situs exoplanet. com, "

Kening Lay berkerut, memandang mereka bergantian, "ex—apa?"

Baekhyun menjentikkan jari, "exoplanet. com," ulangnya, "Itu lho salah satu situs chatroom yang sedang nge-trend akhir-akhir ini. Semacam forum perjodohan muda-mudi begitu lah."

"Forum perjodohan?"

"Yep, disana kau bisa mencari kira-kira siapa jodohmu," timpal Luhan sambil menyuapi Sehun sesendok black forest milik Baekhyun.

Kening Lay mengerut makin dalam, "Lalu kenapa kau mengusulkan situs ini pada kami?" tanyanya pada Luhan. Sedetik kemudian ia menyipitkan mata ke arahnya, "Kau tidak mengira kami ini benar-benar tidak laku kan?"

"Memang iya kan?"

"Sialan," Lay mendesis, melipat tangan di depan dada dan memandang Luhan dengan angkuh, "Aku dan Baekhyun tidak sudi mengunjungi situs-situs forum perjodohan seperti itu. Kami bisa cari sendiri. Lagipula, banyak kok yang ngantri jadi pacar kami. Ya kan Baek?" ia tersenyum pada Baekhyun, meminta dukungan.

Baekhyun nyengir tanpa dosa, "Sebenarnya aku sudah jadi member disana selama sebulan belakangan ini."

Kata-kata Baekhyun membuat rahang Lay ingin melorot sampai ke lantai, "Ap-apa?" Ia memandang Baekhyun tidak percaya kemudian mendesis, "Penghianat."

Baekhyun hanya angkat bahu.

Luhan menyeringai, "Nah, Laylay~ tidak ada salahnya kan kau mencoba gabung disana? Asal kau tahu saja, aku dan Hunnie juga berkenalan di situs itu, tahu. Dan kami tidak menyangka kalau ternyata kami juga satu kampus." Ia berkata, bertukar senyum dengan Sehun sebentar, sebelum kembali menatap Lay, "Kau bisa have fun dengan member lain disana. Menemukan banyak sesuatu yang tidak terduga. Dan siapa tahu juga ada yang kecantol denganmu kan?"

"Yep." Baekhyun mengangguk setuju, " Aku jamin kau tidak akan menyesal. Coba saja,"

Lay mendengus.

" Nggak akan."


.

Suara tarian jemari di atas keyboard laptop terdengar mengisi kesunyian ruang kamar berbentuk persegi itu. Kamar dengan cat dominan ungu muda, pintu kayu berwarna cokelat tua dengan pengharum ruangan beraroma lavender yang merebak memenuhi ruang. Beberapa poster artis-artis tertentu tampak tertempel di beberapa sudut dindingnya.

Lay duduk bersila di atas tempat tidur empuknya dengan sebuah laptop menyala di pangkuan dengan beberapa lembar kertas yang terlihat berserakan mengelilinginya. Sedetik kemudian gerakan tangannya terhenti, dipijatnya bagian belakang lehernya dan diregangkannya otot-otot lengannya.

Ia menatap layar laptop dihadapannya dengan mata meredup menahan kantuk. Lay mendesah setelahnya, menyadari bahwa masih banyak slide presentasi yang harus ia selesaikan untuk mata kuliah hukum perdata besok pagi.

Ia menggerakan kursor ke atas untuk me-minimaze slide power point-nya. Berpikir mungkin ia butuh hiburan sejenak untuk mengenyahkan rasa kantuknya.

Bola matanya tertuju pada ikon web browser laptopnya dan Lay memutuskan untuk meng-klik aplikasi tersebut. Ia mengetikkan sebuah alamat halaman website pada kolom address bar di sudut paling atas—www. exoplanet. com.

.

….apa?

.

Ia hanya penasaran kok. Tidak ada salahnya kan?

Lagipula ia ingin tahu seberapa bagusnya situs ini sampai anak-anak muda disini begitu menggandrunginya.

Tak memerlukan waktu lama, sebuah halaman web browser yang dihias dengan background dominan warna merah muda blink blink terpampang di layar. Sederet slogan pun terpampang di sana—"Welcome to Exoplanet's World! You Can Find Your Own True Love Here"—Lay berusaha menahan tawa ketika membacanya. Pfft. Norak sekali.

Ia menarik kursornya ke bawah.

.

"Wanna chat with our members here? Please sign in or sign up now!"

.

Lay terdiam sejenak, berpikir.

Emm… coba-coba tidak ada salahnya kan?

Karena belum memiliki akun di situs ini, ia pun memutuskan untuk mengklik pilihan sign-up . Sebuah pemberitahuan pun muncul di layar setelahnya.

"This is your first time here, plase select a name ID."

Lay mulai mengetik.

user-name: UNicOrnIsMyEVerything

.

…Jangan men-judge dirinya, oke?

Ia tahu ia memang payah memilih username yang keren.

.

"Please select your gender"

Tanpa ragu Lay langsung menceklik pilihan female—e-eh, male maksudnya.

"Please enter your birthday info"

Jemarinya dengan mahir mengetikkan rentetan angka yang sudah di hafalnya di luar kepala pada kolom yang tersedia.

"Please choose the country where you currently lived"

Ia mengklik lambang bendera korea disana, kemudian loading beberapa saat.

"Please upload your photo"

.

Lay mengerutkan kening.

No way in hell ia akan memampang wajah tampannya ini ke situs tidak jelas macam ini. Kalau ada gadis-gadis nakal dan om-om mesum yang tertarik padanya bagaimana? Maaf-maaf saja ya, wajah tampannya ini memang limited edition, tahu. Ia langsung mengklik pilihan "skip."

"Your registration are succeded!"

Lalu muncul sebuah pemberitahuan yang lain.

"Congratulations, you are officialy become our new members now. Enjoy your time here!"

Kemudian halaman website tersebut membawanya ke profil akunnya yang telah diisinya beberapa saat yang lalu dengan foto profil yang masih kosong. Lalu ada sebuah kolom besar yang menampilkan isi chat di sebelah kanan, kolom kiri yang berukuran lebih ramping menunjukkan pengunjung website itu, dan di bagian bawah terdapat kolom lain untuk mengetik dengan bermacam-macam menu tambahan lainnya.

.

Ding!

You have 1 new conversation!

.

Lay berjingit kaget di kasurnya. Belum ada lima menit ia resmi menjadi anggota disini, sudah ada yang berniat mengajaknya chatting.

Mungkin chatting di malam hari begini memang bukan gagasan yang bagus. Kebanyakan orang-orang tidak jelas online di jam-jam ini. Tapi apa boleh buat? Lay benar-benar butuh refreshing sekarang, dan ia bosan setengah mati. Lalu diklik-nya lah tombol accept pada kolom yang mengedip-ngedip itu.

Ding!

Money_is_everything: Hai :)

.

Lay tersenyum. Sekedar basa-basi tidak masalah kan? Ia buru-buru mengetikkan balasan.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Hai juga ;)

Money_is_everything: Anak baru?

UNicOrnIsMyEVerything: Bisa dibilang begitu—lalu Lay menambahkan—Kau sudah lama disini?

Money_is_everything: Bisa dibilang begitu.

.

Lay tertawa. Selang beberapa detik kemudian, balasan datang lagi—

.

Money_is_everything: Apa motivasimu bergabung disini?

.

"Kepo," gumam Lay, terkikik geli namun tetap mengetikkan sebuah balasan untuknya.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Mau tahu saja :P

.

Sebuah gagasan tiba-tiba terlintas di pikiran Lay. Kira-kira bagaimana wajah teman chatting-nya ini ya? Apakah cantik? tampan? apakah ia pria atau wanita? dan sejuta pertanyaan lainnya.

Penasaran, ia pun iseng mengklik link menuju akun tersebut. Ia tidak terlalu banyak mendapat informasi soal orang ini kecuali tentang tanggal lahirnya, ia juga tinggal di korea—dan fakta bahwa ia juga seorang pria. Tidak ada foto profil-nya disana. Kosong.

Lay mendesah kecewa, kemudian mengecek kolom chatting-nya, berharap Money_is_everything ini sudah menjawab pesannya, tapi… nihil.

Dia tidak—atau mungkin belum menjawab.

Lay mengernyit. Kenapa tidak dibalas? Ia tidak marah kan?

Ia mencoba lagi.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Hei, kau tidak tidur kan?

.

Lagi-lagi tidak ada balasan meskipun layar laptopnya jelas menerakan bahwa dia masih online disana.

Lay menggigit bibir kemudian menghela nafas. Baru saja ia berpikir bahwa pemilik username itu tampak seru untuk diajak chatting, sekarang ia malah menghilang begitu saja. Lay baru akan menutup kolom chatting-nya ketika sebuah hampir membuatnya berjingit kaget.

Ding!

Money_is_everything: Maaf, kutinggal ke kamar mandi tadi. Kebelet :3

.

Lay mendengus geli. Belum sempat ia menjawab, sebuah balasan datang lagi.

.

Money_is_everything: Belum tidur?

UNicOrnIsMyEVerything: Ada presentasi yang harus aku kerjakan untuk kuliah besok pagi. Kau sendiri?

Money_is_everything: Bisa samaan ya. Aku juga sedang ada tugas presentasi untuk besok pagi. Kebetulan yang aneh, bukan?

.

Lay tersenyum lembut.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Yeah, memang suatu kebetulan yang aneh.

Ding!—datang balasan lagi.

Money_is_everything: Tapi kau tidak sedang mencoba kabur dari tugasmu kan? Dasar bandel :P

.

Suara tawa melodius Lay berdering mengisi sunyi ruang kamar. Jemarinya pun kembali ditarikan di atas keyboard.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Sok tahu :P

Money_is_everything: Aku memang tahu.

Kemudian percakapan mereka terhenti disitu sejenak. Lay terdiam, sedikit ragu. Namun akhirnya ia putuskan bertanya—

.

UNiCOrnIsMyEVerything: Kau tidak berniat menanyakan namaku?

Tak perlu waktu lama baginya untuk mendapat sebuah balasan—

.

Money_is_everything: Tidak. Nanti jadinya tidak seru. Bukankah akan menyenangkan nantinya jika suatu saat kau mengetahui bahwa ternyata mungkin saja aku ini sahabatmu sendiri? teman sekelasmu? tetanggamu? atau mungkin saja musuhmu? :P

.

Lay tersenyum menerawang. Entah kenapa jawaban terakhir pria itu membuat pikirannya langsung tertuju pada Suho.

Atau jangan-jangan... Tapi—ck, mana mungkin kan? Orang seperti Suho tidak mungkin bergabung dalam forum perjodohan tidak jelas macam ini.

Laki-laki itu terlalu kuper. Tipe orang yang lebih suka mengurung diri dalam tumpukan buku-buku dan menghabiskan waktunya belajar daripada membuang-buang waktu berselancar di dunia maya atau sekedar bersenang-senang. Ia yang selalu berusaha mempertahankan predikat mahasiswa terbaik yang disandangnya. Pfffft.

Ding!

Money_is_everything: Kerja lagi sana.

.

Lay tersenyum geli untuk yang kesekian kalinya malam itu.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Ayay, captain.

Money_is_everything: Selamat malam, dan aku harap kau betah disini. Aku pikir kita bisa jadi teman baik :)

.

UNicOrnIsMyEVerything: Yeah, selamat malam juga untukmu :) aku yakin aku akan betah disini…

UNicOrnIsMyEVerything: ...selama kau ada disini juga tentunya.

.

Lay tidak tahu kenapa, tapi wajahnya tiba-tiba terasa panas. Astaga...

Tidak mungkin secepat ini kan? Masa' iya dia jatuh cinta dengan teman chatting-nya ini? Teman chatting yang mengajaknya mengobrol hanya dalam kurun waktu setengah jam yang lalu.

Orang yang benar-benar asing. Ia bahkan belum melihat rupa orang ini.

Bagaimana kalau ia adalah orang jahat? Orang yang punya maksud tidak baik?

Ini dunia maya. Palsu. Kejahatan bisa ada dimana-mana kan?

Tapi menurut Lay pemilik akun ini adalah orang yang berwatak supel dan friendly. Bolehkah Lay berharap agar pria ini mengajaknya bicara lagi?

Ya Tuhan… Kenapa rasanya menyenangkan sekali? Ada apa dengan perasaan konyol ini? Kenapa membaca riwayat percakapan tak langsung mereka tadi membuat hatinya menghangat begini?

.

.

.

.

.

Ding!

Money_is_everything: Btw, username-mu alay banget.

.

.

Senyum di wajah Lay luntur seketika.

Apa-apaan?

Ia menggeram pelan, kemudian buru-buru mengetikkan balasan.

.

.

.

UNicOrnIsMyEVerything: Anjir! Username kita nggak jauh beda tauuu!

.

.

.

Dan seandainya saja Lay tahu, bahwa sesuatu akan berubah dalam hidupnya mulai malam itu.

.

to be continued...

.


.

Niatnya mau bikin humor,tapi jadinya malah begini. Ya sudahlah ;_; Iya, saya tahu ini emang garing krenyes XD saya emang suck banget di genre humor (dan genre lainnya juga sih XD) Mungkin ff ini bakal jadi two-shot, three-shot? Liat aja deh nanti ;D yang jelas nggak bakal panjang-panjang kok.

Boleh minta Review-nya? Pendapat? Kritik? Saran?

Makasih buat yang sudah bersedia mampir. Kuat baca dari atas sampe catatan alay saya ini, bahkan mau meluangkan waktu untuk review (kalo ada sih XD) ;;_;;

(Diusahakan) lanjutannya sih nggak lama-lama tapi.. yeah, we'll see XDDD

See you soon (hopefully) dan sekali lagi Terima kasih banyak.