Ini pertama kalinya saya membuat fanfic bergendre adventure angst. Dan rasanya mendapat tantangan! Hahaha!

Naruro belong to Masashi Kishimoto

OoC, Dark Hinata, Klise sekali!

Yang suka Hinata yang imut-imut, tergagap, sebaiknya berhenti membaca sampai warning ini selesai.

Kenapa?

Karena Hinata di sini tidak seperti Hinata di canon.

Kenapa?

Karena saya tidak ingin kotak review saya berisi flames!

I'd warned you, okay!

Enjoy~~~


The Queen


Chapter I : Gulungan Misi


Tsunade menggertakan giginya. Tangannya meremas gulungan misi yang ditulis dengan tinta merah- tidak! Lebih tepatnya darah segar sang pengirim.

Tulisan itu tidak beraturan. Tsunade sampai tidak tidur untuk bisa mengerti keseluruhan isi gulungan itu.

Apa yang harus ia perbuat? begitu banyak gulungan misi dan berkas penting yang belum ia periksa!

Tsunade memijit bahu kanannya yang terasa berat. Lalu memandang gulungan itu dengan kening berkerut. Bahkan hidungnya juga turut berkerut.

Bau darah itu seperti kapein yang membuat mata Tsunade melotot begitu ia menghirup udara. Kepalanya bertambah pening, tapi ia dipaksa berpikir dua kali lebih keras dari biasanya.

Sampai akhirnya, isi gulungan itu mulai bisa ia mengerti!

Ya... Dari awal, ia memang tahu tulisan itu tidak bisa dibaca dengan mudah! Terlebih tinta-ah darah yang dijadikan tinta oleh si pengirim sepertinya sulit dibentuk menjadi huruf romaji atau kanji. Huruf katakana lebih mudah jika digunakan saat terdesak. Dan itulah yang membuat Tsunade memutar otaknya. Huruf katakana memang mudah dimengerti. Hanya saja. Huruf itu memang digunakan untuk menulis nama atau bahasa asing.

Ya! Besar kemungkinan si penulis sedang terancam bahaya. Atau seperti yang dikatakannya dalam gulungan itu, seseorang akan membakarnya hidup-hidup dalam hitungan hari!

Hyuuga Hinata.

Tersangka utama yang sekaligus menjadi penyebab kepala Tsunade terkena migra. Tapi apa yang dimaksud dengan monster? Kutukan? Singa kembar? baiklah, sepertinya Tsunade harus menempatkan misi ini sebagai misi kelas A yang sangat serius. Baik Tsunade maupun Shinobi yang nantinya akan ditunjuk tidak boleh gegabah. Terlebih misi ini tidak disertai bukti mendetail. Harus ada penyelidikan lebih dulu.

Tapi ada sesuatu yang ganjal.

Kenapa seorang penasehat kerajaan yang sudah mengabdikan hidupnnya berbelas-belas tahun bisa terancam dibakar hidup-hidup?

Argh!

"Aku butuh sake!" Teriaknya frustrasi.

Demi Tuhan! Tsunade tidak pernah suka teka teki!

Sepertinya ia harus memikirkan beberapa kandidat Shinobi yang akan menangani misi perihal kerajaan Hyuuga.

Tsunade meraih gulungan lainnya. Tapi tunggu! Tsunade setengah meremas gulungan itu. Dengan tergesa ia membalikkan gulungan misi itu, berharap bahwa yang dilihatnya adalah sebuah kekeliruan.

Ia memandang gulungan yang masih terikat di tumpukan gulungan yang sampai beberapa jam lalu. Pengikat yang sama, dan simbol kerajaan itu!Mana mungkin! Apa yang sebenarnya terjadi?! Ini sangat mengerikan! Tujuh belas gulungan misi yang berisi perintah yang sama! Membunuh Gadis usia enambelas tahun! Tidak, bukan hanya sekedar gadis biasa. Salah satu gulungan itu mengatakan bahwa gadis itu memiliki kutukan mengerikan! Gadis keturunan raja Hiashi itu bahkan membunuh ayahnya sendiri untuk menjadi ratu!

A-apa apaan ini? Tsunade memandang ngeri semua gulungan yang dia buka. Semuanya bertintakan darah dan semuanya akan mati hidup-hidup atas perintah gadis usia 16 tahun?!

Tenggorokannya tercekat. Ia merasa mual melihat darah-darah itu.

"Shizune," suara Tsunade sarat makna. Ia menutup gulungan-gulungan itu. Tidak berminat menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk. Shizune menganguk mengerti. Kalau sudah seperti ini, masalah yang Ada di genggaman hokage pasti tidak sesepele kelihatannya.

"Panggil team 7. Sekarang!"


Hinata duduk tenang di singgasananya. Matanya yang bening memantulkan adegan dramatis di hapannya. Beberapa pengawal sibuk mendorong roda yang mengangkut kayu bakar. Sebagian memasukannya ke bara api yang kian membesar. Sementara empat orang lainnya menyeret dua orang tua berbaju serba putih ke dekat kobaran api.

Berkali-kali menggumamkan permohonan ampun pada Tuhan dan permintaan maaf pada kakek malang yang menangis histeris memanggil nama yang mulia baru mereka. Hinata tidak banyak merubah posisi duduknya. Ia bahkan tidak memalingkan dan atau menutupi telinganya saat pengawal-pengawal itu mendorong sang kakek. Ia seperti menikmatinya.

"Put-"

"Yang mulia," Hinata memotong perkataan Kou.

Matanya tetap fokus pada api yang sangat besar. Jeritan melengking membuat telinga semua orang memeka. Hinata mengalihkan pandangannya pada Kou.

"Panggil Aku yang mulia, Kou-san." Ucap Hinata.

"Ampuni kelancangan hamba." Kou menunduk dalam.

"Hm... Bicaralah setelah prosesi pembakaran selesai."

Senyum manis terbit. Kou menegakkan tubuhnya. Ia kembali memperhatikan raut muka Hinata. Barangkali ada satu bagian dari wajahnya yang menunjukan sisi manusiawi. Tapi Kou tidak mememukan itu. Yang ia temukan justru hanya muka anak usia enambelas tahun yang sangat menikmati pertunjukan dari tempatnya duduk.

"Aku sangat tidak suka bau gosong mereka."

"Maaf?"

Hinata menghela nafas-

"Apa Kou-san tahu dimana mereka bersembunyi?"

Muka Hinata begitu lugu saat mengatakan itu. Kou sampai terkesima. Kou menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Bukankah akan sangat menyenangkan jika sembilan belas kakek-kakek dibakar secara bersamaan?" Kali ini, Hinata terkekeh.


nyambung~~~


Prolognya pendek. Begitupun chapter depan. Belum ada interaksi SasuHina. Karena saya kepengen bikin plot lamban. Semoga chapter per chapter updatenya gak lamban. Anyway, akan ada alur maju mundur di chapter depan.

Thanks for reading!

Gimme feed back if you like it, minna!

Aam

September, 2014