Halo!

Jadi ini adalah fanfic pertama saya di , mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan dan tidak sesuai atas yang diharapkan. Dan juga, jujur, ini pertama kali nulis chanbaek, jadi banyak kurang pasti dan terkadang imajinasi saya ngawur jadi gitu deh.

Enjoy the story...

Chapter 1: Twenty Four

Bagi Baekhyun, hari ini nampak seperti hari biasanya, tak ada tepuk tangan, tak ada ucapan selamat, tak ada tiupan lilin. Yang ada hanyalah dia mengantarkan koran dan susu seperti biasa di pagi ini.

Mengayuh sepedanya dan berhenti di setiap rumah untuk meletakkan koran dan susu mereka sebelum beristirahat sebentar untuk bekerja di sebuah toko buku di dekat rumahnya. Baekhyun tiba di rumahnya kembali, baru sarapan setelah mengantar menu yang lain.

"BAEKHYUUUUN!" jeritan temannya yang entah berapa lama datang terdengar hingga telinganya serasa tuli. Benar sekali, Luhan, teruslah menjerit sampai terdengar di seluruh perumahan. "Selamat ulang tahun!" teriaknya dan Baekhyun menaikkan alisnya.

Baiklah, dia tarik kembali perkataan sebelumnya. Dia mendapat ucapan selamat dari sahabat satu-satunya dan alih-alih tepukan tangan, dia mendapat jeritan seperti banshee. Minus kue dan tiupan lilin juga, walaupun Baekhyun tak peduli akan dua hal terakhir.

"Terima kasih, aku tak sadar ada yang ingat." Ucap Baekhyun dan menyerahkan susu kotak untuk Luhan minum sebelum meraih kotaknya sendiri.

"Kau anggap aku ini apa? Kentang?" Baekhyun tersenyum geli mendengar protes Luhan sebelum menggigit rotinya dan berdiri untuk mengambil tasnya. "Kau sudah akan bekerja?" Baekhyun mengangguk. "Baek, kita tinggal bersama saja, tak bisakah kau tak bekerja serabutan seperti itu, aku kasihan."

"Aku tak tahu, Lu," gadis brunet itu menggaruk tengkuknya, "Aku tak ingin merepotkanmu dan Sehun." Ujarnya, "Lagi, aku tak bisa bergantung denganmu selamanya." Sehun dan Luhan telah berkencan lama sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Dan Baekhyun tak mungkin mengganggu mereka bahkan di rumah.

Bisa canggung jadinya.

"Kalau begitu mampir untuk makan siang." Jawab Luhan, "Kalau kau menggunakan uangmu untuk makan di luar setiap kali kerja karena tak sempat membuat bekal, datang saja ke rumahku." Tawar si blonde, "Khusus ulang tahunmu."

Baekhyun tersenyum dan mengangguk sebelum melempar kunci rumahnya, "Kunci kalau kau mau pergi," ucap Baekhyun dan sahabatnya mengangguk. Dengan itu, Baekhyun pergi ke tempat kerjanya, seperti hari biasa.

Wabah. Ini kutukan, dia tahu itu, dia melihat para harpy – makhluk yang dari leher ke kepala wanita dan sisanya burung – melewati daerah ini dan menyebarkan wabah yang menyiksa rakyatnya.

Dia tak tahu tujuan makhluk terkutuk itu melakukannya, namun dia yakin mereka bekerja untuk musuhnya. Atau mungkin mereka hanya lewat dan tak sengaja menyebarkannya? Dia tak tahu, dia tak peduli, yang dia tahu adalah mereka dugaan yang kuat.

"Hyung-nim," panggil sepupunya dari belakang, menggendong buntelan mungil yang Chanyeol berdoa itu bukan sesuatu yang awalnya hidup. "Dia baru berusia satu minggu, menurut ibunya." Sial.

Dia merasa gagal sebagai seorang calon raja. Walaupun ayahnya telah meninggal, dia belum sempat dinobatkan sebagai raja karena masalah ini terus muncul dan dia tak ingin peresmian itu berlangsung sementara rakyatnya sekarat. Namun mereka sudah menganggapnya raja.

"Dimana..." pangeran itu membesihkan tenggorokannya ketika menyadari suaranya parau nyaris tak terdengar, sebelum melanjutkan, "Dimana ibunya?" tanyanya, menerima buntelan itu dari sepupunya.

"Terbaring, kondisinya juga buruk." Jawabnya dan Chanyeol berjalan keluar dari perkampungan itu setelah menyerahkannya ke gadis di belakang sepupunya, yang mengaku bahwa kakak dari bayi yang baru meninggal tersebut. "Kau mau kemana?"

"Kemana saja, aku harus mencari tahu apa yang terjadi." Jawabnya tergesa, dan Jongin yang berada di belakangnya menghela nafas sebelum mengikutinya pergi.

Hal terakhir yang Baekhyun harapkan adalah makan siang bertiga bersama Luhan dan Sehun.

Dia tak masalah dengan Luhan yang memasak dan menyuguhkannya makanan, namun pacar sahabatnya terus menatapnya dingin dengan wajah datarnya sejak pertama kali mereka bertemu. Dan itu membuat takut Baekhyun.

Dia berusaha menghindari tatapan menusuk itu dengan mengobrol ringan bersama Luhan. Apapun. Ulang tahun, eyeliner, Hello Kitty, apapun itu. Dia tak ingin terus merasakan tatapan Sehun yang mengintimidasi.

"Jadi, Baek, kau mau ikut pergi malam ini?" Baekhyun justru tak mendengarnya karena dia melakukan kesalahan dengan melirik Sehun, membuat matanya terpaku penuh ketakutan. "Baek?"

"Ya?" tanya gadis itu tiba-tiba, meminta Luhan untuk mengulangi pertanyaannya. Dia menghela nafas, "Kau tahu aku masih bekerja malam nanti."

"Tapi ini ulang tahunmu." Rengek Luhan dan menatap pacarnya untuk meyakinkan Baekhyun agar ikut bersama mereka. Ya, lakukan saja Sehun. Ajak aku jalan-jalan dengan kalian sambil menatapku horor begitu.

"Ikutlah dengan kami." Ujar Sehun datar dan Baekhyun menaikkan alisnya. Dia benar-benar pria kaku. "Lulu senang kau datang."

Baekhyun tak dapat menolak sekarang, tatapan itu seperti tatapan kalau-kau-tak-mau-mati-kau dan membuat Baekhyun mengangguk. "Tapi setelah aku pulang kerja."

Dan begitulah jeritan Luhan mengivasi telinganya kembali.

Mereka menonton film malam itu di bioskop, dan Baekhyun merasa tak enak karena berada di antara Sehun dan Luhan. Jangan salahkan dia, sahabatnya sendiri yang memintanya dengan alasan "jika dia disampingku, aku akan melupakanmu", membuat si brunet tak bisa menolak.

Lagi, dia benci tatapan Sehun yang datar ke arah layar lebar, namun sesekali meliriknya dengan sinis, membuat perutnya mulas.

Dengan tak enak, dia berdiri dari tempat duduknya. "Aku harus ke toilet." Ujarnya, dan Luhan mengangguk. Namun ketika dia berjalan pergi, dia masih merasakan mata Sehun di belakangnya.

Dia hanya menyiram tangannya dengan air dingin, berharap bahwa itu dapat menenangkannya. Astaga, film-nya masih satu setengah jam lagi dan bagaimana dia bisa bertahan dengan mata tajam pria itu.

Sungguh, apa yang salah dengannya? Apa dia tak suka kalau faktanya Baekhyun adalah sahabat Luhan? Atau dia hanya murni membencinya? Awalnya si brunet berpikir bahwa mata Sehun memang begitu apa adanya, namun setiap kali menatap Luhan pasti matanya langsung melembutkan sinarnya.

Jika menatap Baekyun, astaga, dia dapat bersumpah bahwa laser merah bisa tertembak dari sana dan membolongkan kepalanya. Kehadirannya sangat mengintimidasi gadis itu. Baekhyun bergidik.

Hanya malam ini.

Hanya malam ini dan dia berjanji pada dirinya sendiri dia tidak akan menjadi obat nyamuk mereka lagi.

Berjalan keluar dari pintu masuk toilet wanita, dia nyaris menjerit melihat Sehun di depannya. Menatapnya seperti biasa, tajam dan mengintimidasi, membuat Baekhyun serasa mengkerut ke pojok dinding dan berubah menjadi anak kucing ketakutan.

"Apa film-nya sudah selesai?" tanya Baekhyun memberanikan diri dan Sehun menggeleng. "Jadi untuk apa kau kesini?"

Pria itu menatapnya tajam sebelum mulutnya terbuka untuk berbicara. "Aku mengawasimu selama ini." Apa-apaan? Pikir Baekhyun. "Dan ternyata memang kau jawabannya." Apa-apaan, pikir Baekhyun lagi dan sebelum dia dapat mencerna apa yang terjadi Sehun sudah menariknya masuk ke dalam toilet lagi.

"Oh Sehun, apa yang kau lakukan?!" jeritnya dan Sehun segera membungkamnya.

"Aku takkan aneh-aneh aku berjanji. Aku hanya perlu bantuanmu." Ucap Sehun dan yang ada di pikiran Baekhyun sekarang adalah,

Dasar pria kaku gila! Kau sinting! Tunggu saja kalau Luhan tahu-

Dan dengan itu, entah halusinasi atau tidak, dia melihat asap keunguan melayang di atasnya, masuk ke hidungnya. Bau memabukkan asap itu membuatnya linglung, terjatuh ke lantai. Hal terakhir yang dia lihat adalah tatapan taham Sehun, seperti biasanya.

Jadi gimana?

Aneh? Gaje? Konyol?

Whatever pastinya ada kurang, kkkkk.

Karena ini chapter paliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing pertama yang pernah saya buat disini, saya hanya akan menunggu review baru di update (or not) well, who knows.

Tapi mohon banget, karena saya baru disini, banyak-banyakin kritik/saran gitu, saya kan masih rookie jadi butuh bantuan, hehe.

Yoon Soo Ji, out!

Annyeong!