Diclaimer: Sengoku Basara (c) CAPCOM

Genre: soft-yaoi, drama, romance

Pairing: DateSana

Sengoku Basara Fanfic: Lovely or Terrible?

"Ahahahaha.. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" pria tua itu menyeringai geli kearah pemuda yang tengah menunjukkan ekspresi tak suka. Sanada Yukimura, anak buah kepercayaan Takeda Shingen, sedang bermain go atau catur Jepang dengan masternya itu dengan taruhan barang siapa yang kalah harus mengenakan kimono wanita dan bergaya layaknya wanita tulen selama 24 jam. Bisa diprediksi bahwa Shingen lah pencetusnya, namun telah disetujui Yukimura dengan percaya diri. Kini Yukimura kalah 1 set dan ialah yang harus menelan kekalahannya. Ini sudah kekalahannya yang ketiga, semenjak permainan aneh ini berlangsung 2 minggu lalu. Berarti Yukimura telah 'disulap' menjadi wanita dua kali.

"O-Oyakata-sama, a-apa tidak ada hukuman lain? A-aku malu.." Yukimura berusaha menolak secara halus hukuman permainan. Namun tatapan kau-lelaki-kan dari masternya membuatnya ciut.

"Ba-baiklah.." pemuda manis yang semenjak awal permainan sebetulnya agak takut kalah itu pun menyerah dan memilih menurut saja. Ia sedang malas menerima 'pukulan kasih' dari orang yang paling dihormatinya itu. Ia melepaskan kostum crimson-nya yang selalu melekat di tubuhnya dan mengenakan kimono wanita yang telah disiapkan.

"Ahahaha.. Seperti yang kuduga, kau memang manis memakainya, Yukimura. Kenapa kau dulu tak lahir sebagai wanita ya?" canda Shingen. Yang digoda kelabakan sambil mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona. Tiba-tiba ada suara dari luar ruangan.

"Oyakata-sama, ada tamu dari Oushuu. Katanya pimpinan Oushuu sendiri ingin bertemu anda." Sasuke, shinobi kepercayaan keluarga Sanada. Shingen beranjak pergi dari ruangan sembari menyunggingkan senyum.
"Yukimura, jangan berani melepasnya." Shingen mengingatkan sambil setengah tertawa. Yang diajak bicara hanya mampu menjawab, "B-baik, Oyakata-sama.."

"Suatu hal yang langka kau menemuiku kemari, Dokuganryuu, Date Masamune." Takeda Shingen duduk di kursi kebesarannya. Di depannya penguasa Oushuu, Date Masamune menatapnya dengan pandangan gelisah. 'Aneh', begitu pikir Shingen. 'Apa gerangan yang membuat sang naga datang berkunjung?'

"Aku tak ingin membicarakan masalah politik." Pria berambut hitam sedang sebahu itu mulai mengutarakan maksud kedatangannya.

"Lalu apa yang kau inginkan?" penguasa Kai yang berwibawa itu menunggu dengan wajah tenang. Seperti biasanya, ia selalu nampak tenang dalam menghadapi sesuatu.

Kegugupan sekilas muncul di raut wajah Masamune. Namun ia menjawab, "Aku.. cuma ingin menemui muridmu, Sanada Yukimura."

"Ada perlu apa kau dengannya, Dokuganryuu?"

"Aku hanya.. ingin mengatakan beberapa hal padanya. Sebelum ini aku hanya bertemu dengannya di medan perang. Aku.." belum sempat Masamune melanjutkan, terdengar tawa Takeda Shingen.

"Kau tertarik dengannya? Baik, akan kupanggil dia. Tapi, kau harus siap akan suatu hal. Dia kuhukum karena kalah main go. Namun hukumannya apa, kau lihat sendiri." Takeda Shingen berlalu dan mencari Yukimura. Ekspresinya yang jelas-jelas geli membuat Masamune hanya terdiam keheranan.

Sepuluh menit berlalu sampai –

"O-Oyakata-sama, setidaknya tolong ijinkan aku berganti baju dahulu, aku malu –" terdengar suara Yukimura yang panik. Ia menahan rasa malu sambil dipaksa masuk ke ruangan tempat Masamune menunggu.

"Sa-sanada Yukimura?" Masamune tergagap melihat Yukimura malu-malu masuk ke ruangan. Yang disebut namanya hanya tertunduk menyembunyikan wajahnya.

"M-ma-masamune d-dono.. A-ada keperluan apa? K-kenapa mendadak ingin bertemu d-denganku?" tanya Yukimura yang masih grogi berat. Bagaimana tidak, ia masih mengenakan kimono wanita dan rambutnya diikat cepol di atas oleh pelayan. Ia benar-benar nampak feminin dalam balutan warna merah jambu yang menenangkan.

Waktu seakan berhenti.

'Aaaagh! Kenapa Masamune-dono harus melihatku disaat seperti ini? Sungguh memalukan! Derajat seorang prajurit dari Kai harus runtuh hari in!.'

"K-ka-kau.. Yukimura?" Masamune tampak seperti anak kecil yang sedang takjub melihat patung Buddha raksasa.

Yukimura kini tak mampu menyembunyikan wajahnya yang merah total. "I-iya, Anda benar, Masamune-dono."

'Sekarang dia akan menertawakanku! Bagus, aku ingin sekali mengubur diri dalam-dalam! Dia, dia pasti menganggapku aneh dan gila. Aku, aku.." Isi kepala Yukimura mulai kacau. Ia menundukkan dalam-dalam kepalanya dan menggenggam ujung kimono erat-erat.

"Cantik–" terdengar suara Masamune. Lebih mirip bisikan, karena Yukimura hampir tak dapat mendengarnya. Namun, tepat setelahnya, Yukimura menengadah dan memandang Masamune dengan tatapan apa-kau-bilang-tadi yang lugu. Pipinya tetap semerah tomat yang masak.

'Manisnya! Sial, kenapa ia nampak seperti wanita muda yang lugu? Dan lagi, walau aku banyak menolak tatapan wanita di sekelilingku, kenapa sekarang aku menginginkan ia tak memalingkan mata dariku? Aakh, perasaan ini kenapa terulang lagi?' tepat saat berpikir demikian, Masamune merasakan darahnya berdesir. Jantungnya berdegup seakan ingin keluar dari tempatnya semula. Masamune mau tak mau sedikit memalingkan padangan ke pintu geser di belakang Yukimura sebelum pemuda itu menyadari ada yang tak beres dengan dirinya. Minimal biasanya ia bisa mengontrol dirinya disaat-saat seperti ini. Dan kali ini –

"Masamune-dono?"

"…"

"Masamune-dono, apa yang salah? Maaf tiba-tiba muncul dengan pakaian seperti ini, aku.." sebelum sempat Yukimura melanjutkan kalimatnya, Masamune memandangnya dengan lembut dan mendekat perlahan. Yukimura menelan ludah dan terbelalak ketika jemari Masamune menyentuh kimono yang dikenakannya.

"Ma-masamune-dono.. Ap—Hmph..!" menghentikan ocehan pemuda manis di depannya, Masamune menutup mulut Yukimura dengan telapak tangan kirinya.

"Diamlah, Yukimura. Kau membuatku syok malam ini. Tapi, aku suka itu.. You see? Kau.. SHIT, bagaimana mengatakannya.. Kau nampak begitu berbeda. K-kau.. menawan.." Masamune meletakkan telunjuk dan ibu jari kanan di dahinya tanda ia sedang pusing. Malam ini sungguh berbeda. Hasrat bertarungnya dengan Yukimura berganti dengan perasaan aneh yang sudah terasa akrab di hatinya belakangan ini setiap bertemu Yukimura. Ia hanya terpaku dan memandangi Yukimura tanpa berkedip. Kimononya, kepolosannya, kepanikannya saat memasuki ruangan, rambutnya yang dicepol, semua itu nampak indah dimatanya.

Yukimura yang mendengarkan setiap kata yang dilontarkan Masamune kini menedengkan kepalanya dan memberikan kesan bingung. Rahangnya tergetar karena malu, sekaligus kaget oleh perkataan barusan. 'Menawan? Bagaimana bisa? Dan.. APA? Dia membuatku terlihat seperti bintang satu-satunya di langit malam. Ba-bagaimana ini.. Aku tak bisa bergerak.. Dan, kenapa wajahnya nampak begitu.. bersinar?'

Keheningan yang lain menyerbu ruangan itu. Masamune telah melepaskan bekapannya, namun Yukimura tak kunjung membuka mulutnya untuk memberikan respon. Sepuluh menit lain bergulir dalam rasa canggung. Karena gerah, Masamune akhirnya mencoba mencairkan suasana.

"Yukimura, sebenarnya kau sedang bercanda denganku atau apa?" meski ia berusaha sekuat tenaga nampak wajar, nada biacaranya menyelidik dan kelihatan penuh minat.

"A-aku tak sedang bercanda, Masamune-dono! Aku berpakaian begini karena kalah dalam permainan bersama Oyakata-sama. Ini untuk menjaga martabatku dengan menerima hukuman."

Tak disangka, Masamune tertawa kecil dan cepat-cepat menutup mulutnya sendiri, salah tingkah. 'Mana mungkin perbuatan seperti ini melindungi martabatmu? Wah, aku baru tahu, ternyata ini hobi si pria tua itu.' pikirnya geli.

"Masamune-dono! Aku tidak bercanda! Jujur saja, aku benar-benar malu mengenakan semuanya, tapi sekarang kau justru menertawakanku. Aku, aku–"

"Bodoh, aku justru menyukai kau yang seperti ini, tahu."

"…."

"…."

"APA?"

Sedetik setelah jeritan tidak percaya itu, Yukimura merasa terdorong ke belakang oleh suatu kekuatan besar, membuatnya terbaring di lantai tatami. Ia belum menyadari apa yang sedang terjadi sampai melihat Masamune berada di atas tubuhnya, nampak gugup dan khawatir dengan wajah yang lebih merah dari wajah Yukimura.

"Sudah kubilang diamlah, Yuki!" Kali ini Masamune berbisik lembut sembari mengusap pipi Yukimura. Di matanya terpancar ekspresi yang dapat ditemukan pada wajah Maeda Keiji yang tergila-gila pada Magoichi Saika. Yukimura yang tertegun diam tak bergerak, namun perlahan menyadari ada sesuatu yang berbeda dari biasanya pada diri lelaki yang bersamanya di ruangan itu.

Masamune meraih serta menggenggam rambut Yukimura yang terjuntai di bahu sang pemuda dengan tangan kanannya lalu menempelkannya di atas bibir. Tangannya yang satu lagi diletakkannya di lantai, menumpu tubuhnya. Semua gerak-gerik Masamune membuat Yukimura merasa bingung dan kacau, dan disaat bersamaan membuatnya senang.

"Masamune-dono, ada apa? Apa yang kau lakukan? Tolong lepaskan aku, aku tak bisa berge— Mmm—" Pelan tapi pasti Masamune mengecup bibir Yukimura sebelum ia dapat melanjutkan aksi protesnya. Yukimura terbelalak dan mencoba mendorong tubuh tegap di atasnya, tapi sia-sia saja. Masamune justru mendekatkan jarak tubuhnya dan Yukimura, memegang pipi pemuda itu lagi serta menggengam tangan kanan Yukimura yang dimaksudkan mendorong dirinya menjauh.

Setelah melepas ciumannya, Masamune menatap bola mata almond lekat-lekat. "Yuki, aku tak bisa lagi menyembunyikan semua ini darimu. Tadinya aku kemari untuk mengunjungimu saja. Sekarang aku sudah tak peduli. Menyaksikan kau malam ini membuatku yakin. Yakin atas perasaan ini—"

"Masamune-dono, aku masih tak mengerti. Kenapa kau tiba-tiba.. me-menciumku?" Yukimura tetap mengajukan protes tanpa menghiraukan tangan Masamune yang kini membelai rambutnya. Ia menghindari tatapan lurus sang naga.

"Kau tetap tak mengerti?"

"A-aku tak tahu apa yang mendorongmu melakukan ini! Namun.. aku juga tak tahu kenapa setengah diriku senang akan perlakuanmu ini—"

Gelak tawa terdengar di seluruh penjuru ruangan. Masamune melepaskan Yukimura dan ia sekarang memegangi perutnya, tak peduli akan Yukimura yang makin heran memperhatikan ulahnya.

'Masamune-dono, aku serius!" Yukimura mulai emosi. Ia merasa dibodohi dan dipermalukan, sekaligus penasaran akan alasan sang naga.

"Aku juga serius, serius heran akan kepolosanmu yang ajaib itu, Yuki" Sambil terus tertawa, Masamune menyeka ujung matanya dari air mata yang keluar. "Aku itu menyukaimu. LOVE. Aku tak bisa menyembunyikannya lagi kalau aku.. jatuh cinta padamu."

"…" Seluruh tubuh Yukimura mendadak bagai tersengat listrik. Ia tiba-tiba lemas dan menjatuhkan diri ke pelukan Masamune. Sang naga kaget akan reaksi Yukimura. Sesaat ia berpikir akan mengerjai lebih jauh sang pemuda, tapi kaget sekali ia menemukan bahwa Yukimura tak bergerak di bahunya. Yukimura pingsan!

"Sarutobi! Sarutobi!" teriak Masamune khawatir.

"Ada apa, Dokuganryuu? Kau tidak mela— DANNA!" Melihat Yukimura bersandar lemas di bahu Masamune, Sasuke langsung meraih tubuh tuannya dan menatap tajam ke Masamune. "Apa yang kau lakukan, Dokuganryuu? Kenapa dia jadi seperti ini?"

"Itu tidak penting, bawa dia ke kamarnya! Tiba-tiba saja dia pingsan!" Wajah pucat Masamune membuat Sasuke tak mengatakan apa-apa lagi dan membawa Yukimura ke kamarnya.

Sepeninggal Sasuke, Masamune terduduk lesu memandangi arah menghilangnya shinobi hijau itu dan bergumam lirih, "Apa aku keterlaluan? Kenapa aku senekat ini? Kenapa, kenapa aku selalu begini?"

"Masamune-sama!" Pintu dibuka agak kasar dan terdengar suara berwibawa dari tangan kanan sang naga. "Aku mendengar ada ribut-ribut. Apa yang terjadi disini?"

"…"

"Masamune-sama?"

"Yukimura pingsan tiba-tiba di hadapanku.."

"Sanada Yukimura? Pingsan? Sebetulnya ada apa?"

"Sudahlah, itu urusanku. Kali ini kau jangan ikut campur, Kojuurou. Aku akan ikut ke kamar Yukimura." Masamune melangkah ke pintu keluar.

"Tapi—" Melihat tuannya yang sedang gelisah dan emosi, Kojuurou menutup mulutnya. Ia tahu, ada sesuatu yang serius sedang berlangsung. Ia hanya berharap tak ada hal yang lebih buruk lagi yang menyusul kemudian.

TO BE CONTINUED

Author's Note: Ini pertama kalinya aku coba menulis sesuatu yang (rasanya) bakal lebih serius dan direncanakan bukan cuma fluff. Rating berubah sesuai isi *kebiasaan*. Di awal ide, fic ini sesuatu yang konyol (bisa dilihat dari plot awal yaitu Yukimura yang dijadikan bahan keisengan Shingen) tapi gara-gara di pertengahan kepikiran bikin lebih ke arah romance, jadinya begini.. RnR please. Semoga nggak buntu ide lagi, mengingat kedatanganku ke fandom ini juga pelarian dari out of ideas di fanfic bersambungku di fandom lain. See u at another chapter(s) ^^