All of characters wasn't belong to me


Prolog


"Aku mencintaimu." Aku menatapnya dengan tatapan kosong. Dia, teman semasa kecilku, cinta pertamaku, orang yang paling aku cintai. Dia diam, tetap memasang wajah datarnya. Namun, aku bisa tahu. Tersirat keterkejutan di mata biru langitnya yang aku rindukan. Aku rindu mata birunya yang menatapku tajam bila berbuat macam-macam. Aku rindu saat ia memarahiku bila aku terlalu keras kepala.

Tapi, semuanya menghilang sejak aku dan dia masuk SMA.

"Maaf, Miku." Setetes airmata jatuh. Tolong, jangan lanjutkan!

"Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu." Aku menutup mata, menarik napas panjang-panjang. Menahan dadaku yang mulai sesak.

"Namun, aku hanya menganggapmu sebagai adikku kecilku." Pecah sudah pertahananku. Isak tangis mulai terdengar. Aku sudah menduganya. Aku tahu semua itu. Aku dan dia, hanya sebatas sahabat bagaikan kakak dan adik.

"Aku hanya punya satu bidadari. Aku tidak bisa mempunyai dua bidadari. Aku milik Luka." Aku tahu itu. Aku hanya menggantungkan harapan kosong.

"Terima kasih, Kaito. Aku sudah lega bisa mengatakannya. Ya, kamu milik Luka. Maaf, aku terlalu blak-blakan." Dengan gemetar, aku mengusap kristal bening yang membasahi pipiku. "Maaf, aku selalu merepotkanmu." Aku menepuk bahunya. Airmata semakin mengalir deras saat aku melihat liontin hati yang hanya setengah di dadanya. "Aku senang, kamu dan Luka bahagia. Kalian pasangan yang cocok! Maaf telah mengganggu kalian. Aku terlalu kelewatan, padahal aku bukan siapa-siapa. Aku tidak cuma mengganggu, dan tidak berarti. Maafkan aku." Dadaku sesak. Kugigit bibir bawahku.

"Bodoh! Tentu saja kau berarti bagiku! Minta maaf tidak cukup untukku!" Dia mendekapku. Detak jantungku semakin berdetak melebihi normal. Saat itu juga, senyuman tulus dan penuh kasih sayang tertuju padaku. Tersenyum. Ia tersenyum. Berputar wajah gadis berambut merah muda panjang yang tersenyum bersamanya. Aku menundukkan kepala. Aku sungguh jahat, iya 'kan?

"Walaupun aku punya bidadari, aku memiliki malaikat." Kurasakan, tangannya mengusap kepalaku. Sesak. Hanya itu yang aku rasakan. Sungguh bodoh sekali aku ini. "Selamanya, kau adalah adik kecilku, Sayang. Malaikat kecilku yang akan terus berjuang untuk hidup walau tanpaku." Gemetar, aku tersenyum. "Selamat tinggal, malaikatku." Bisiknya. "Kita akan bertemu lagi. Saat itu, aku tidak mau kau menampakkan tangisanmu. Kau akan menemuiku dengan wajah ceria dan tanpa kursi bodoh ini. Dan saat itu juga, kau harus membawa pemuda lain yang lebih baik dengan gaun putih pengantinmu!" Ingin sekali aku menamparnya saat itu juga. Namun, aku tidak bisa.

"Penerbangan untuk pesawat kode A08 siap untuk berangkat."

"Apakah aku harus pergi?" Tuturku. Derit roda mengisi suara di lorong. Dia mendudukkanku di kursi penumpang. Kursi beroda yang aku tumpangi diambil oleh petugas.

"Tanpa pergi, akankah kau bisa bertahan di sini?" Ia tersenyum lagi , kemudian beranjak pergi. Sebelumnya. "Kau harus ingat kata-kataku. Kita bertemu lagi tanpa kursi bodoh itu. Selamat tinggal." Punggungnya menjauh. Airmata kembali menangis. Aku cengeng sekali.

"Tidak kusangka, orang bodoh sepertimu akan bilang seperti itu! Akan kubuktikan, bahwa aku lebih hebat dari kursi bodoh itu!" Teriakku. Kaito mengacungkan ibu jarinya. "Selamat tinggal."

Aku pun menutup mataku. Menangis dalam diam. Dan, hei. Jangan kira aku menangis tanpa sebab. Aku menangis bukan berarti terluka. Aku tersenyum bukan berarti bahagia. Tetapi, aku menangis karena bahagia. Dan, aku tersenyum karena terluka. Bodoh bukan?


Hajimemashite ^_^

Saya author baru di sini. Walaupun akun saya sudah cukup lama, tetapi baru sempat menulis cerita kali ini QwQ

Mohon bantuan dari para senpai di sini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan.

Arigatogozaimasu =]

NP : Untuk kode pesawat itu maaf bila saya ngawur Q_Q