Felson Spitfire

Presents

A Naruto Fanfiction

"Gentei Tsukuyomi"

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing:

Neji Hyuuga X Sakura Haruno

Summary:

Sakura sebenarnya merasa kurang nyaman jika harus menjalankan misi hanya berdua saja dengan Hyuuga Neji, namun bagaimana jika mereka berdua malah terjebak cukup lama dalam dunia genjutsu yang disebut dengan Gentei tsukuyomi?

CHAPTER 1: Prolog

Haruno Sakura, iryoonin berbakat asuhan Senju Tsunade itu tengah berjalan menyusuri koridor menuju kantor sang Godaime Hokage saat mata emerald-nya menangkap sosok pria berambut coklat panjang tengah memutar kenop pintu sebuah ruangan yang juga akan dimasukinya. "Konnichiwa, Neji-san." Sapa gadis berambut merah muda itu membuat bola mata keperakan milik Hyuuga Neji menatap ke arahnya. "Apa kau menerima panggilan untuk misi?"

"Aa. Kau juga dipanggil rupanya." Neji mendorong pintu kantor Hokage agar terbuka. Pria yang sudah dikenal sebagai ninja jenius sejak masih di akademi itu membiarkan Sakura masuk lebih dulu sebelum ia mengikuti dari belakang dan kembali menutup pintu. Keduanya berjalan menyeberangi ruangan dan berhenti di depan meja yang penuh tumpukan berkas milik sang Godaime Hokage.

"Kalian sudah datang." Sambut seorang wanita cantik berambut pirang yang tampak jauh lebih muda dibandingkan dengan usianya. Senju Tsunade memutar kursinya yang semula menghadap ke jendela besar di balik meja kerjanya untuk menyambut kedua tamunya. Di sampingnya berdiri seorang wanita berambut hitam pendek yang parasnya tak kalah cantik dari sang Godaime Hokage. Mata hitamnya sibuk mencerna kata demi kata yang tertera pada lembaran kertas yang ia pegang dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memeluk seekor babi gemuk yang mereka panggil degan nama Tonton. "Shizune," mata coklat terang milik Senju Tsunade melirik asisten pribadinya yang langsung mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang sejak tadi ditekuninya. "Jelaskan misi mereka kali ini."

"Hai, Tsunade-sama. Jadi…"

"Etto, Tsunade-shishou," Belum sempat Shizune memulai penjelasannya, suara kunoichi berambut merah muda itu menginterupsi,"apa kita tidak menunggu yang lain dulu?"

"Karena itu dengarkan penjelasan Shizune dulu, Sakura."Alih-alih memberikan jawaban atas pertanyaan anak didiknya, Tsunade justru menghela napas kemudian menyandarkan punggunya ke kursi. Sepertinya tumpukan laporan yang setiap hari harus ditekuninya membuat cucu Hokage pertama itu menjadi semakin tidak sabaran. Selain itu, di dalam benaknya ia mengingat-ingat bukankah biasanya Sakura adalah orang pertama yang akan memarahi Naruto jika terlalu banyak menyela ketika mereka sedang membicarakan tentang misi? Jadi kenapa sekarang iryoonin asuhannya itu justru meniru kebiasaan Naruto?

"Ahaha, sumimasen." Ujar Sakura menyadari kesalahannya. Secara refleks tangan kanannya bergerak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hanya saja, biasanya Anda akan mulai menjelaskan tentang misi kami jika tim sudah lengkap."

"Karena tim kalian memang sudah lengkap."Kali ini Shizune yang menjawab. Ia meletakkan lembaran kertasnya ke atas meja sebelum memfokuskan pandangannya pada dua orang yang berdiri di hadapannya dan melanjutkan, "Kalian akan menjalankan misi berdua, sebagai mata-mata."

"Eh?" Saat itu Sakura benar-benar berharap dia salah dengar atau setidaknya Shizune salah mengucapkan. Tentu saja gadis itu tahu bahwa Hyuuga Neji adalah ninja yang sangat jenius. Dia bisa bersikap tenang dalam situasi apapun dan pandai mengambil keputusan. Menjalani misi dengannya tentu akan memberinya banyak kemudahan. Masalahnya ia juga sangat tahu bahwa Hyuuga Neji termasuk ke dalam daftar pria irit bicara, dan menjalani misi sebagai mata-mata sudah pasti akan memakan waktu yang cukup lama karena mereka harus mengumpulkan informasi selengkap dan seakurat mungkin. Sakura benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang harus dilakukannya untuk beberapa hari ke depan ketika mereka harus mengintai target dan bersembunyi di dalam hutan. Berdua saja. Dengan Hyuuga Neji. Gadis itu sudah membuka mulutnya untuk melayangkan protesnya, namun Shizune kembali angkat bicara.

"Kami mendapat laporan tentang kemunculan tim Akatsuki yang kita tahu sudah mati di hutan desa Yumegakure. Kami ingin kalian pergi ke sana untuk memastikan apakah laporan itu benar." Shizune menghela napas sejenak sebelum kembali melanjutkan. "Dan jika hal itu benar, kami ingin kalian mencari tahu bagaimana mereka bisa hidup lagi, serta apa tujuan mereka."

"Wakattemasu." Respon Neji singkat.

Sakura sudah akan melayangkan protesnya sekali lagi ketika Tsunade menjauhkan punggungnya dari sandaran. Satu-satunya Hokage wanita itu sedikit membungkuk ke depan. Ia menopang kepalanya dengan tangan. Jari-jarinya saling bertautan dengan kedua siku menekan mata coklat terangnya menatap lurus ke arah emerald Sakura. "Aku memilih Neji karena menurutku dia cocok untuk misi ini." Ujarnya seolah ia dapat membaca pikiran Sakura. "Dengan Byakugan-nya, kalian akan lebih muda menggali informasi sekaligus menjaga jarak dari musuh. Dan kau Sakura," suara tegas Tsunade sedikit meninggi ketika ia menyebut nama iryoonin asuhannya.

Sedikit terkesiap Sakura memberanikan diri untuk balas menatap mata shishou-nya. "Hai?"

"Biasanya misi mata-mata seperti ini hanya membutuhkan satu orang. Tapi karena kita tahu bahwa Akatsuki itu kelompok yang berbahaya, sebagai ninja medis aku ingin kau ikut untuk berjaga-jaga jika saja terjadi kemungkinan terburuk."

Kalimat terakhir yang diucapkan Tsunade memberi tahu Sakura bahwa ia benar-benar tidak memiliki pilihan lain. Kunoichi itu tadinya ingin mengusulkan untuk memasukkan Naruto atau setidaknya siapa saja yang lebih dia kenal akrab ke dalam tim, namun apa yang dikatakan Tsunade benar. Misi mata-mata tidak membutuhkan terlalu banyak orang. "Hai, wakattemasu." Gumamnya pelan.

)))))oOo(((((

Entah sudah berapa kali Sakura menghela napas dalam tiga puluh menit terakhir. Gadis yang notabene cerewet itu masih kebingungan bagaimana nanti dia harus bertahan di tengah kebisuan saat dirinya hanya berdua dengan Hyuuga Neji. Sebelumnya ia memang sudah pernah beberapa kali mendapatkan misi berdua dengan Neji, tapi itu bersama dengan teman-temannya yang lain. Dan meskipun ia pernah beberapa kali terjebak dalam situasi bisu saat dirinya hanya bersama Neji, semua itu dilaluinya hanya dalam hitungan menit sebelum mereka berkumpul lagi dengan teman-temannya yang lain.

"Hah, seandainya saja aku mendapatkan misi seperti ini dengan Sasuke-kun." Sakura tengah memasukkan beberapa botol antidote ke dalam kantung senjatanya saat nama mantan rekan satu timnya itu terlintas dalam benaknya. Ya, Uchiha Sasuke juga termasuk dalam daftar pria dingin yang irit bicara, tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa Sakura mencintai pria yang rela menghianati desa dan teman-temannya hanya untuk tujuan balas dendam itu sejak ia bahkan belum paham mengenai cinta. Sasuke memang tidak pernah peduli dengan perasaannya, bahkan pria itu tidak segan-segan untuk membunuhnya jika ia dirasa terlalu mengganggu, tapi demi Kami-sama, Sakura tidak pernah bisa membencinya. Ia bahkan rela menukarkan apapun asal dia bisa bersama dengan Sasuke.

Menghela napas untuk yang terakhir kalinya, Sakura mengangkat tas ranselnya dan menyampirkannya di pundak. Bukan Haruno Sakura namanya jika ia takut berhadapan dengan pria irit bicara. Dengan langkah yang mantap gadis itu melangkahkan kaki keluar dari kediamannya. Melompat dari atap ke atap membuatnya tak butuh waktu lama untuk mencapai pintu masuk Konoha. Di sana, rekan sekaligus kapten tim dalam misi ini sudah menunggunya. Hyuuga Neji berdiri menyandar pada pilar besar dari gerbang utama Konoha dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Mata keperakannya yang semula menatap tanah segera beralih ke arah Sakura begitu ia menyadari kehadirannya.

"Apa aku membuatmu menunggu lama, Neji-san?"

Sebelum menjawab pertanyaan rekan setimnya, Neji lebih dulu menarik punggungnya dari tempatnya bersandar semula. Mata keperakannya menatap lurus ke arah mata Sakura saat gadis itu sudah berada di hadapannya. "Aa." Gumamnya singkat.

Sakura bahkan tidak mengerti apakah gumaman Neji itu berarti ya atau tidak, tapi karena dia memang memakan waktu cukup lama untuk bersiap-siap tadi, gadis itu memutuskan tidak ada salahnya meminta maaf. "Gomen ne." Tangan kanannya merogoh kantung senjata miliknya, mengeluarkan botol kecil berisi cairan berwarna kuning dan memamerkannya di depan Neji. "Aku memerlukan waktu untuk meracik ini." Tangannya yang tertutup sarung tangan berwarna abu-abu gelap bergerak menggoyang-goyangkan botol antidote yang dipegangnya di hadapan Neji, kemudian ia kembali memasukkannya ke dalam kantong senjata sebelum menambahkan,"Untuk berjaga-jaga."

"Kalau begitu, apa kita bisa berangkat sekarang?"

"Hai."

Dengan persetujuan singkat dari Sakura, keduanya segera melesat pergi, meloncati batang-batang pohon. Tidak ada yang mereka bicarakan sepanjang perjalanan. Neji yang berada di depan hanya fokus menentukan rute yang akan mereka ambil sementara Sakura mengikutinya dalam diam.

Yumegakure terletak di tengah-tengah hutan yang dekat dengan perbatasan Negara Api. Bukan jarak yang cukup jauh untuk ditempuh, namun, meskipun begitu, karena keberangkatan mereka sudah cukup jauh melewati tengah hari, kedua shinobi Konoha tersebut tidak punya pilihan lain selain bermalam di tengah rimbunnya pepohonan saat kegelapan telah sepenuhnya menyelimuti hutan karena mereka belum mengetahui posisi musuh, dan Neji tidak mau mengambil resiko jika nantinya mereka berlari ke arah sarang musuh. Ia memang memiliki Byakugan yang bisa diandalkan disaat seperti ini, namun pria itu selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ditambah lagi, mereka berdua sama-sama tahu bahwa Tim Akatsuki memiliki kemampuan yang tak bisa dianggap remeh.

Tanpa banyak mengeluarkan suara, Neji dan Sakura menghenyakkan diri di bawah naungan pohon besar. Tak ada api unggun. Neji berasumsi bahwa menyalakan api sama saja dengan memberitahukan keberadaan mereka pada musuh. Satu-satunya penerangan yang mereka miliki berasal dari sinar bulan yang menembus masuk melewati celah-celah pepohonan. Beruntung kala itu bulan sedang tampak hampir penuh sehingga pencahayaan yang mereka dapatkan terbilang cukup terang. Sakura merogoh-rogoh ke dalam tas ransel yang sudah berada di pangkuannya. Gadis itu mengeluarkan kotak bento dengan empat buah onigiri di dalamnya.

Tangan gadis itu terulur ke arah Neji. "Neji-san, makanlah." Kata Sakura memecahkan kebisuan diantara mereka.

Mata keperakan milik Neji menatap kotak bento di tangan Sakura. Pria yang sering dijuluki sebagai ninja jenius itu tampak menimbang-nimbang tawaran rekan setimnya. "Arigato."ucapnya pada akhirnya sambil mengulurkan tangan mengambil sebuah onigiri dari kotak bento Sakura.

Mereka menghabiskan onigiri pertama mereka dalam diam. Pembicaraan-jika itu bisa benar-benar disebut pembicaraan-terakhir yang terjadi diantara mereka hanya ketika Sakura bersikeras memaksa Neji untuk memakan sebuah onigiri lagi agar adil dan pria itu hanya menjawab dengan gumaman pelan karena dia malas berdebat dengan Sakura.

Keheningan kembali menyelinap diantara Neji dan Sakura. Kunoichi berambut merah muda yang biasanya bisa menjadi cukup cerewet bahkan meskipun dia bersama dengan seseorang yang pendiam itu kali ini tak dapat memikirkan satupun topik yang bisa dia jadikan bahan obrolan ringan dengan rekan satu timnya. Entah sudah berapa jam mereka habiskan dengan kesunyian seperti ini. Sakura benar-benar benci terjebak dalam situasi yang teramat kaku seperti sekarang ini.

"Sebaiknya kau tidur. Biar aku yang berjaga." Sakura nyaris meloncat saking kagetnya saat mendengar suara berat Neji menyeruak diantara mereka. Gadis itu sama sekali tak menyangka jika diantara mereka Neji lah yang akhirnya menjadi pemecah keheningan.

"Tapi, Neji-san, kau juga harus beristirahat."Kunoichi itu mengakui bahwa suasana membosankan yang sejak tadi mereka lalui memang membuat kelopak matanya sedikit berat, namun gadis itu tak mau bertindak egois dengan hanya memikirkan dirinya baru saja akan mengeluarkan suara untuk menyanggah ide Neji, namun alih-alih mengeluarkan penolakan, gadis itu justru menguap.

"Kau mengantuk, Sakura."

Tenang tapi mematikan. Mungkin itu kata yang menurut Sakura cocok digunakan untuk menggambarkan cara bicara Neji. Dia hanya ketahuan mengantuk, tapi entah kenapa, ketika Hyuuga Neji yang mengatakannya, rasanya ia seperti baru saja tertangkap basah sedang mencuri sesuatu. Sepertinya saat ini dia tidak punya pilihan lain. "Ah, baiklah." Gumam gadis itu pada akhirnya. "Tapi kita bergantian jaga. Kau harus membangunkanku saat kau lelah, Neji-san." Tambahnya dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.

Neji hanya memberikan sebuah anggukan singkat sebagai jawaban. Sakura meraih ranselnya, mengeluarkan mantel yang biasa dia gunakan untuk menjalankan misi, dan menggunakannya sebagai selimut."Oyasumi, Neji-san."Ucap Sakura setelah menemukan posisi ternyaman untuknya tidur.

"Aa. Oyasumi, Sakura."

)))))oOo(((((

Sakura terbangun ketika merasakan hawa dingin menerpa kulitnya. Kunoichi asuhan Tsunade itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Rupanya selimut-mantelnya-sedikit melorot dari posisinya semula. Gadis itu mengedarkan pandangannya pada satu-satunya sosok lain yang berada di sana. Hyuuga Neji sedang duduk bersila sambil memejamkan matanya. Pria itu tidak tidur, melainkan melakukan meditasi. Sakura menatap langit sejenak, melihat posisi bulan yang sudah bergeser cukup jauh dari posisi awalnya sebelum gadis itu memejamkan mata. Rupanya ia sudah tidur cukup lama. Sembari merapatkan mantelnya untuk menghalau hawa dingin, dia beringsut mendekati Neji yang masih terlihat tenang dalam posisinya.

"Neji-san?" Gadis itu menepuk pelan pundak rekan satu mata pria itu terbuka, menampilkan iris sewarna mutiara khas klan Hyuuga. "Tidurlah, ini giliranku berjaga." Pria itu membuka mulut hendak melakukan penolakan, tapi Sakura buru-buru melanjutkan ucapannya, "Aku sudah tidur cukup lama, sekarang kau bisa beristirahat, Neji-san."

Menyadari dirinya tidak akan menang berdebat melawan Sakura, pria itu memberikan sebuah anggukan pelan sebagai jawaban, dan di menit berikutnya dia sudah tampak tertidur pulas berselimut mantel miliknya. Sakura menatapnya dalam dia. Dia pasti menahan kantuknya. Pikir gadis itu. Dia tak habis pikir, bagaimana Neji bisa tetap terjaga dalam posisi meditasi seperti tadi. Jika dia yang melakukan itu, gadis itu berani bertaruh dia pasti sudah jatuh tertidur dalam lima menit pertamanya.

Sakura beberapa kali menatap sekeliling mereka, berusaha memastikan bahwa tak ada sesuatu yang membahayakan, sayangnya, satu-satunya pemandangan yang dapat ditangkap oleh mata emerald-nya hanya sebuah kegelapan. Gadis itu menghembuskan napas pelan. Seandainya saja dia memiliki byakugan. Tanpa sadar matanya kembali menatap Hyuuga Neji yang masih terlelap. Apa aku juga setenang itu saat tidur tadi? Ia bertanya dalam benaknya. Tentu saja tidak. Mana mungkin mantelku melorot jika posisi tidurku setenang itu.

Sakura mendengar dari Tenten bahwa Neji sudah banyak berubah. Dulu, pria itu sangat arogan dan kata-katanya selalu tajam. Namun sekarang dia sudah berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Pria kini tak lagi menyandang predikat sebagai ninja yang jenius, tapi juga seseorang yang cukup bijaksana dalam mengambil keputusan. Sakura akui, Hyuuga Neji yang sekarang memang lebih keren daripada Hyuuga Neji yang dulu dikenalnya. Mereka memang tidak terlalu dekat, tapi Sakura tahu seberapa arogannya pria itu dulu ketika dia melawan Naruto di ujian Chunin.

Jam-jam berikutnya dihabiskan Sakura dengan menatap kosong ke dalam kegelapan yang mengelilingi mereka. Kegelapan. Kata itu mengingatkan pada mantan rekan satu timnya. Uchiha Sasuke. Dimana dia sekarang? Gadis itu mulai tenggelam dalam berbagai pemikiran tentang pria yang sejak dulu mendiami hatinya.

)))))oOo(((((

Matahari dengan malu mulai mengintip dari ufuk timur ketika Hyuuga Neji membuka matanya. Hutan masih cukup gelap mengingat rimbunnya pepohonan yang mengelilinginya."Ohayou, Neji-san."sapa Sakura ceria disertai senyuman tipis di bibirnya. Gadis itu berdiri, membiarkan mantel yang semalam menghangatkannya jatuh ke tanah. Ia menautkan jari-jarinya dan menarik kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Dihirupnya udara segar yang kemudian memenuhi paru-parunya. Gadis itu memejamkan matanya, membiarkan telinganya bekerja dengan seksama. Suara nyanyian burung dan serangga di pagi hari adalah salah satu hal yang disukai Sakura ketika ia harus menjalankan misi dan bermalam di tengah rimbunnya hutan. Tanpa ia sadari, sepasang mata perak milik Neji menatapnya dalam cukup lama sebelum akhirnya pria itu mengaktifkan byakugan-nya.

Urat-urat tipis muncul di sekitar tulang pipi Neji. Pria itu mulai megedarkan pandangannya ke rerimbunan di sekeliling mereka. Sementara itu Sakura sudah kembali duduk, membereskan barang-barang yang semalam dikeluarkannya. "Beberapa ratus meter di depan ada sungai." Suara datar Neji membuat Sakura menolehkan kepala padanya. Gadis itu hanya menatapnya dalam diam tanpa tau harus memberikan respon apa. Dan sepertinya, keputusannya untuk tetap diam adalah pilihan tepat, sebab tak lama setelahnya, Neji kembali bersuara. "Kita bisa ke sana untuk mencuci muka, sekaligus melanjutkan perjalanan."

"Ah, baiklah. Aku sudah selesai berkemas, Neji-san."

Melihat Sakura sudah menenteng ranselnya, Neji bahwa menyadari bahwa dia belum berkemas. Dengan cepat pria itu melipat matelnya dan memasukkannya ke ransel miliknya. "Ayo." Gumamnya kemudian melesat pergi dari tempat itu diikuti Sakura di belakangnya.

Sesuai yang dikatakan Neji, tak jauh dari tempat mereka bermalam sebuah sungai dengan air yang sangat jernih membentang membelah rimbunnya pepohonan. Mereka berhenti sejenak untuk membasuh muka dan mengisi botol minum mereka sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Tak ada suara. Persis seperti kemarin. Tampaknya Neji memang tipe orang yang menyukai ketenangan. Karena itu Sakura pun memilih untuk tetap diam.

Matahari belum sepenuhnya berada di atas kepala ketika Neji tiba-tiba mengangkat tangan kanannya sejajar dengan kepala yang diketahui Sakura sebagai aba-aba agar ia berhenti meloncati batang-batang pohon. Gadis itu mendaratkan kakinya di sebuah batang pohon besar yang juga dipijaki oleh Neji. "Ada apa, Neji-san?"tanya Sakura dalam suara yang dibuatnya sepelan mungkin.

"Kau merasakannya?" Alih-alih menjawab, pria berambut coklat itu justru balik melontarkan pertanyaan. Sakura memberikan sebuah anggukan singkat sebagai jawaban. Memang samar-samar, tapi Sakura juga dapat merasakan keberadaan chakra lain yang tauh dari mereka. Hanya saja gadis itu tak dapat memastikan apakah chakra itu milik Tim Akatsuki yang menjadi target misi mereka kali ini atau hanya sekedar ninja dari desa lain yang sedang menempuh perjalanan untuk sebuah misi seperti mereka.

Seolah dapat membaca keraguan yang terpancar dari raut wajah Sakura, Neji segera mengaktifkan byakugan-nya dan menatap ke arah sumber chakra yang mereka rasakan. Di sana, dibalik rimbunnya pepohonan, Neji dapat melihat sekumpulan ninja yang mengenakan jubah tengah berunding tentang sesuatu. Seseorang diantara mereka tampak memakai topeng kayu dengan ukiran melingkar yang menyerupai pusaran air dengan lubang pusat yang lerletak di bagian matanya kanannya. Neji tidak begitu mengingat nama masing-masing anggota Akatsuki, yang jelas, ia mengingat nama si pria bertopeng. Madara.

"Sudah dipastikan, mereka adalah Akatsuki." Masih dengan byakugan yang aktif, Neji menjelaskan apa yang dilihatnya pada Sakura tanpa mengalihkan pandangannya dari sekelompok ninja buruan mereka. "Kurasa kita harus mendekat untuk mencari tahu apa yang sedang mereka rencanakan, tapi kita harus menyembunyikan chakra kita, Sakura."

Neji tahu, sebagai medic-nin asuhan Godaime Hokage, Sakura pastilah memiliki otak yang cemerlang, karena itu pria itu tak perlu menjelaskan panjang lebar sebelum keduanya melesat pergi dari sana dan mencari posisi yang tepat untuk mencuri dengar apa yang tengah direncanakan oleh Tim Akatsuki namun masih dalam jarak yang terbilang aman.

Beberapa detik setelah kedua shinobi Konoha itu pergi dari sana, salah seorang anggota Akatsuki yang memiliki bentuk tubuh yang aneh untuk disebut sebagai manusia menampakkan dirinya. Tubuh bagian kiri pria itu berwarna putih pucat sementara bagian lainnya berwarna hitam pekat dengan sesuatu berbentuk seperti kelopak bunga venus yang mencuat keluar dari pundak kanan dan kirinya. Dan yang tak kalah aneh adalah dia muncul dari dalam tanah. Sangat disayangkan karena tanpa sepengetahuan Neji dan Sakura, pria putih itu telah melihat dan mendengar mereka bahkan di jarak yang lumayan. Sempat memamerkan seringai tipis entah pada siapa, pria itu membiarkan bumi kembali menelannya dan dia menghilang dari sana.

)))))oOo(((((

Sudah sekitar satu jam sejak Neji dan Sakura bersembunyi dibalik batang pohon besar yang terletak beberapa meter dari tempat dimana Tim Akatsuki berada, namun tak banyak yang bisa mereka dapatkan. Satu-satunya hal yang dapat mereka dengar adalah tentang rencana uji coba prototype yang baru saja diciptakan pria yang dipanggil dengan nama Madara. Sakura hendak melangkahkan kakinya mendekat untuk mencari tahu lebih dalam tentang prototype yang mereka bicarakan, hanya saja, tangan Neji dengan sigap mencegahnya. Pria itu menggelengkan kepalanya pada Sakura.

Mereka tidak bisa melangkah lebih dekat lagi dari ini jika tidak ingin mengambil resiko untuk berhadapan dengan seluruh anggota Akatsuki itu secara bersamaan. Dua lawana sepuluh ditambah dengan kemampuan luar biasa yang mereka miliki membuat Neji merasa mereka tidak akan memiliki kesempatan. Lagipula, tujuan dari misi ini adalah untuk menggali informasi seakurat mungkin, jadi tidak akan ada gunanya jika mereka berdua harus terbunuh di sana.

Si pria bunga venus yang sempat memergoki Neji dan Sakura tanpa sepengetahuan mereka muncul dari dalam tanah di belakang Madara. Pria itu mendekatkan kepalanya ke telinga Madara dan membisikkan sesuatu yang entah apa, membuat pria itu berdiri dari posisi duduknya yang semula. Madara menepukkan kedua tangannya sekali. "Kurasa kita tidak perlu repot-repot mencari kelinci percobaan, karena Zetsu telah menemukannya untuk kita." Katanya dengan lantang kepada anggota Akatsuki yang lain. Tak satupun dari mereka tampak ingin memberikan respon atas pernyataan Madara, tapi sama halnya dengan Neji dan Sakura, mereka mendengarkan dengan seksama dan menanti apa yang akan pria bertopeng itu ucapkan selanjutnya. "Zetsu bilang, Konoha telah mengirimkan dua orang kelinci percobaan pada kita."

Sakura sempat terpaku sejenak mendengar ucapan Madara―ia yakin telah sebisa mungkin menekan chakra-nya agar tak ketahuan―sebelum Neji menariknya dan membawanya melesat pergi dari sana. Gerakan mereka yang sangat cepat diikuti oleh anggota Akatsuki yang dalam sekejap mata telah meninggalkan tempat pertemuan mereka dan berpencar mengejar dua yang baru saja melarikan diri dari sana.

Sakura memusatkan sebanyak mungkin chakra di kakinya agar ia bisa melompati pepohonan secepat yang ia bisa, Neji berada tak jauh di depannya. Kecepatan mereka membuat gadis itu merasakan dadanya mulai sedikit sesak karena kekurangan pasokan udara namun berusaha mati-matian menahannya. Sakura pernah sekali melawan salah seorang anggota Akatsuki yang bernama Sasori dan itu cukup menyusahkan. Gadis itu bahkan sempat berada di ambang kematian jika saja dulu nenek Chiyo tidak menyelamatkannya, dan sekarang semua anggota Akatsuki sedang mengejar mereka. Fakta menyedihkan ini membuat gadis itu meyakinkan dirinya untuk tidak berhenti melompati batang-batang pohon apapun yang terjadi.

Sayangnya, usaha kedua shinobi Konoha itu untuk melarikan diri harus terhenti ketika beberapa orang anggota Akatsuki muncul dari beberapa arah berlawanan untuk mengepung mereka. Neji dan Sakura menghentikan langkah mereka di dua batang pohon besar yang berdekatan. Sakura yang terengah-engah mencengkeram dadanya berusaha menekan nyeri yang mulai terasa di sana, sementara Neji masih tampak setenang biasanya. Entah sejak kapan pria itu sudah mengaktifkan byakugan-nya dan menyiapkan posisi kuda-kuda untuk bertarung.

Sakura yang masih terengah terlalu sibuk menghitung berapa orang yang mengepung mereka untuk memastikan kemungkinan adanya anggota yang bersembunyi dan menyiapkan jebakan untuk mereka hingga tidak menyadari si pria yang dipanggil Zetsu muncul di belakangnya dan memukul tengkuk gadis itu dengan kekuatan yang cukup keras. Suara pekikan gadis itu membuat Neji menyadari bahwa rekan satu timnya sedang meluncur lurus ke atas tanah. Dengan sigap pria berambut coklat itu memusatkan kembali chakra di telapak kakinya dan melompat turun untuk menangkap Sakura tepat sebelum gadis itu jatuh membentur tanah diikuti para anggota Akatsuki yang masih setia mengepung mereka.

Neji memejamkan mata sejenak untuk menampik rasa cemas yang mulai melandanya. Saat ini Sakura tengah tak sadarkan diri di dalam gendongannya, dan kesepuluh orang berjubah hitam itu tengah mengepungnya. Posisi mereka saat ini benar-benar tidak menguntungkan.

-To be continued-

Hai minna-san, ada yang masih inget sama saya? :"D

Anggep aja ini comeback fic dari saya yang udah bertahun-tahun ngilang ya –-v

Btw, ini ceritanya terinspirasi dari movie yang Road to Ninja. Selama ini saya selalu bikin cerita Sasusaku, tapi kemaren baca Gokon-nya Arlene Shiranui-san jadi kepikiran pingin bikin Nejisaku ^^v

Oh iya, di sini Obitonya masih saya sebut Madara sebagaimana yg di film ya ^^

So, mind to give your review?

Continue or delete?