Kiranya cinta datangtah sekali
pastilah hamba bisa akhiri
luka dirasa dalam dada
dan hampanya ruang di sukma
Bilanya cinta tak boleh kembali
Tak akan berdendang lagu abadi
tentang jiwa yang terlunta
tentang kehendak untuk merdeka
.
.
An Influenced Hetalia Axis Powers's (© Himaruya Hidekaz) fanfiction by A Bientot! (Until We Meet Again) chapter at volume 4:
Kinanthi
by kanahaya
.
.
.
Andaikan rindu adalah bara, tentunya jiwa ini telah melepuh bersamanya. Meradang merah dan menjijikkan di mata.
Namun itu bukan salahmu.
Berapa tahun yang terlewati, para manusia sudah menghitungnya dengan pasti. Enam abad. Sepuluh windu.
Abumu diterbangkan angin Normandia. Rusukmu direngkuh oleh bumi yang begitu kau cintai. Bumi Perancis, tanah lahirmu.
.
.
Bara yang kau titipkan pernah menjelma menjadi seorang laki-laki. Napoleon, anak dari Bonaparte, di bagian berbeda dari Bumi yang kau lindungi. Pada genggamannya Perancis yang kau kenal menjadi mahsyur dan makmur. Digdaya.
Apakah ilusi ketika aku melihatmu dalam geloranya?
Aku rindu. Aku rindu.
Rindu—Tetapi tak bisa membawamu kembali.
.
.
Di dekapan Bumi helaanmu dilarutkan
Tak 'kan berjejak ia pada permukaan
Di antara dekapan Bumi ragamu dileburkan
Tapi, di jiwa mereka asamu menguar
.
.
Aku iri. Pada Bumi yang selalu rasakan napasmu. Memelukmu erat dan memiliki semua tentangmu.
Aku Perancis. Tetapi aku bukan Bumi.
Aku rakyat. Aku kaisar. Aku tanah kelahiran. Aku kemerdekaan...
Aku Perancis. Tetapi bukan pemilikmu, Gadis.
Ah, berdosalah hamba mengatakan bisa memilikimu, duhai Ksatria. Hamba yang hina ini takkan bisa memiliki kepunyaan Tuhan.
Dirimu adalah ksatria yang merindukan langit. Tidak sekali kau terlihat menengadah, seolah berharap Tuhan di sana dan menjawab pertanyaanmu, menghalau ragumu, dan menepis sedihmu.
Kau orang terpilih. Kau pilihan. Kau lentera di tengah buta karena kebiadaban dan kesewenangan. Kau guruh di antara tuli karena penindasan.
Kau cahaya bagi kami.
Sedangkan cahaya tak pernah terangkum oleh siapapun.
.
.
Andai rindu adalah bara, maka bayangan yang kulihat adalah sekam. Ia terbakar bersama hati yang telah menanti.
Aku mengenali mata cemerlang itu. Mengingat tangan halus itu mengayunkan pedang, tubuh ramping menghindar gesit dan memberikan komando di antara dentum dan dentang.
Ada kehalusan dalam untaian katanya. Ada ketegaran pada pemahamannya.
.
.
Tuhan—sungguh—sedang mempermainkanku.
Lisa—aku mengenali dirimu dalam keberadaannya.
Tuhan membawamu kembali dalam sosok baru. Dia gadis dari seberang samudera. Tapi kurasakan tiap desir yang melaluinya, yang melaluiku berkata, "Dia Jeanne."
.
.
Dia Jeanne—
Dia dirimu, Gadis.
Aku ingin mengutuk Tuhan karena menguji lagi diri yang rapuh ini. Menguji lagi hingga mungkin hancur kembali.
Lisa memiliki senyummu. Dia memiliki rasa ingin tahumu. Dia mengenali tempat ini. Dia dirimu.
—Tuhan mempermainkanku dengan cara-Nya membebaskanmu dari Bumi.
.
.
Jika Dia ingin tahu apa aku akan merdeka dari rasa mencinta, aku tidak akan merdeka. Aku tidak hendak merdeka karena telah menjumpaimu kembali.
Yang kucintai telah kembali. Biarkanlah berdendang lagu abadi sebab aku telah merdeka dalam mencinta.
.
.
.
.
Fin.
Inspired by: A Bientot! At volume 4
Catatan K: Salam kenal, fandom Hetalia Axis Powers. Maaf hamba memberikan karya buruk rupa ini pada Puan sekalian. Kiranya Puan sekalian memberi feedback, hamba berterima kasih karena feedback tersebut akan membantu perbaikan tulisan hamba kemudian. (=
