Title : KyuHae Stories

Genre : Brothership

Rating : K+

Cast : Cho Kyuhyun as Cho Kyuhyun

Lee Donghae as Cho Donghae

Disclaimer : all them belong to themself and GOD. I own only the plot.

Warning : typos, gaje, abal, pasaran. Don't like it? Don't read it please

Saya akui, saya bukanlah seseorang yang memiliki selera humor tinggi. Jadi saya minta maaf jika banyak yang garing di FF ini #plakkk

Summary :

Kyuhyun sakit, tapi ia masih saja membuat Donghae dengan tingkah Kyuhyun yang menyebalkan. Bagaimana kisah kedua makhluk beda usia satu marga itu selanjutnya?

Ini hanya cerita ringan dari Kyuhyun dan Donghae yang sangat saya sukai 'Brothershipnya' so...

Lets enjoy it ^^

Sick

.

.

Hujan!

Ini adalah hujan pertama yang turun di Seoul. Mungkin pula ini adalah saat-saat yang ditunggu oleh banyak orang. Hujan itu meneduhkan, bukan dalam arti yang sebenarnya. Hujan itu menenangkan dan meynyenangkan. Yah, walaupun banyak juga yang membenci peristiwa ini karena beberapa alasan.

Namun tak ayal lagi jika hujan juga sangat digemari anak-anak. Seperti seorang anak laki-laki belum genap berusia 5 tahun yang kini sibuk menghentak-hentakkan kakinya di tanah berlumpur sore itu. Wajahnya sangat cerah, kontras sekali dengan langit yang tengah sendu. Ia seperti tak takut jika hujan akan membuatnya sakit.

Anak laki-laki itu berlarian ke sana kemari dengan riangnya. Merentangkan kedua tangannya seraya mendongakkan kepalanya. Seluruh tubuhnyapun sudah basah kuyup. Entah sudah berapa lama pemilik kulit putih pucat itu bermain dengan air hujan.

"Astaga, Kyuhyun! Apa yang kau lakukan?!"

Seorang anak yang lebih besar darinya beberapa tahun berteriak dari arah dapur. Ia buka pintu kaca itu. Menampilkan sesosok makhluk kecil yang saat ini menatapnya dengan kepala yang dimiringkan. Ia begitu terkejut mendapati adik satu-satunya tengah 'mandi' dengan air hujan.

"Kyunie cedang belmain. Hyung mau ikut?"

Kyuhyun, Cho Kyuhyun. Anak laki-laki yang saat ini menghentikan kegiatannya itu menjawab dengan logat cadelnya yang lucu. Tak dipedulikannya sang hyung yang tengah melotot ke arahnya. Ia tak takut. Karena bukannya menakutkan, wajah itu justru tampak lucu di matanya.

"Cepat masuk, Kyuhyunie! Kau bisa sakit!"

Donghae berseru semakin gusar saat sang adik justru semakin menikmati kegiatannya.

"Andwaeee! Ini celu cekali, hyung! Mumpung appa dan eomma tak ada di lumah. Huh! Hae hyung payah cekali!"

"Ya! Anak nakal! Ke sini kau!"

Ahh, ada yang bertanya kenapa laki-laki yang dipanggil Hae itu tak segera berlari ke arah sang adik lalu membopongnya saja? Itu karena Hae atau Cho Donghae saat ini hanya memakai handuk yang dililitkan sebatas pinggang saja. Ia baru saja mandi. Tak lucu jika ia keluar sedangkan di depan rumanya cukup dekat dari keramaian.

"Hyung caja yang kesini. Bweee!" Kyuhyun menjulurkan lidahnya, bermaksud menggoda Donghae. Dan hal itu sukses besar.

Donghae mengacak rambutnya kasar. Tampak sekali ia begitu frustasi menghadapi adik satu-satunya yang sangat keras kepala dan sok dewasa itu.

Tampaknya Kyuhyun sangat hobi menggoda kakaknya. Bukannya menurut, ia justru semakin berlari menjauhi teras. Membuat Donghae semakin geram oleh kelakuan adiknya.

"Awas kau setan kecil."

Setelah mengucapkan hal tersebut. Donghae segera melesat ke kamarnya. Ia mengganti baju asal. Tak peduli baju yang dipakainya terpakai dengan benar atau tidak. Donghae hanya ingin mengahampiri Kyuhyun dan segera menyeretnya ke dalam rumah.

.

.

"Hujan,.. hujan. Kyunie cuka hujan. na na na."

Kyuhyun begitu tampak menggemaskan. Masih dalam acaranya 'hujan-hujannya'. Bahkan ia juga bersenandung kecil di sela-sela kegiatannya. Ia sudah tampak menggigil. Namun tak ada niatan untuk kembali ke dalam rumah. Hey, sudah kukatakan tadi jika ia sangat menyukai hujan, bukan? Namun tiba-tiba...

"Aww! Cakit, hyung. Appo!"

Suara rintihan terdengar dari bibir mungilnya ketika sebuah tangan nakal bermain di telinganya. Kyuhyun yang semula berjongkok memainkan tanah itu kini sudah berdiri dengan sebelah tangan menyentuh telinganya.

"Sudah hyung bilang berhenti, kenapa masih ngeyel, eoh? Mau hyung adukan kepada appa dan eomma?"

Donghae tampak tak peduli jika adiknya tengah merintih kesakitan. Ia bahkan semakin menambah 'tarikannya' pada telinga sang adik. Ia sangat kesal. Tak tahukah Kyuhyun jika dirinya begitu takut jika Kyuhyun akan demam nanti?

"Hiks,, appo, hyung. Mianhae…"

Mendengar isakan dari Kyuhyun. Donghae langsung melepaskan 'jewerannya'. Wajah bersalah terlihat jelas saat dilihatnya raut pucat adiknya serta matanya yang memerah. Langsung saja ia gendong tubuh Kyuhyun, membawanya ke dalam rumah.

"Dasar nakal!" runtuknya sambil berlalu.

.

.

"Hyung… appo. Dingin..ugh!"

Akhirnya kejadian yang Donghae khawatirkan terjadi. Setelah membawa Kyuhyun dan memandikannya. Tubuh Kyuhyun tak berhenti menggigil. Suhu tubuhnyapun semakin naik seiring waktu. Donghae semakin panik ketika panas Kyuhyun mencapai 39,5 derajat celcius saat ia coba ukur dengan thermometer elektrik tadi.

Rintihan yang terus keluar dari adik tercintanya itu membuat Donghae semakin kalang kabut.

"Ohh Tuhan!" panik Donghae.

Tanpa membuang waktu. Donghae segera melesat ke dapur. Diambilnya sebuah baskom berukuran medium. Diisinya dengan air secukupnya. Lalu, dimasukkannya es batu dan sebuah sapu tangan sebagai kompres. Setelah mendapatkan barang-barang yang ia butuhkan, Donghae kembali lagi ke kamar Kyuhyun.

Donghae duduk di sisi pembaringan yang kosong. Dicelupkannya sapu tangan ke dalam baskom berisi air es dan memerasnya terlebih dahulu sebelum mengompresnya pada dahi Kyuhyun.

"Ya Tuhan! Kau benar-benar nakal, Kyuhyunie."

"Hyung… appo."

Kyuhyun terus bergerak gelisah. Sungguh keadaan ini membuatnya tidak nyaman. Matanya terasa perih, dan kepalanyapun serasa dijatuhi berton-ton beban.

"Tenanglah, Kyuhyunie. Hyung cari bantuan dulu, ne?"

Donghae menyuruh Kyuhyun tenang. Padahal ia sendiri tak bisa menenangkan diri sendiri. Wajar saja bukan jika anak berusia 8 tahun begitu kepayahan menghadapi situasi ini? Ayolah, ia bahkan masih harus ditemani jika ingin kemana-mana.

"Apa yang harus aku lakukan?" Donghae mendesah dalam hati. Ia menggigit kukunya saat rasa gelisahnya semakin menjadi-jadi.

Sungguh. Donghae paling tak bisa melihat adiknya sakit seperti saat ini. Ia lebih baik digigit, ditendang bokongnya atau dipermalukan habis-habisan oleh tingkah konyol Kyuhyun. Jika saja Donghae bisa, ia ingin sekali menggantikan posisi Kyuhyun saat ini.

Donghae terus berpikir dan berpikir. Ia hanya ingat beberapa hal yang ibunya lakukan jika salah satu keluarganya demam seperti ini. Salah satunya mengompres pada dahi.

"Hyung…."

Diusapnya wajah pias Kyuhyun. Sementara sebelah tangannya menggenggam erat tangan kiri dongsaengnya yang lagi-lagi melenguh sakit. Ia berpikir keras di sela kekalutannya.

"Eomma! Astaga! Kenapa aku bisa lupa."

"Sebentar, Kyu. Hyung hubungi eomma dulu."

Dengan gerakan cepat. Donghae mengambil ponselnya di atas nakas. ia mencari contact person dengan tulisan 'nae eomma' di ponselnya.

Tuut tuut tuu-

"Yeo-"

"Eomma!" belum sempat menyelesaikan salamnya. Donghae langsung memotong dengan sedikit keras.

"Donghae-ya? Apa yang terjadi? Kenapa berteriak seperti itu?"

Sudah dapat dipastikan jika orang di seberang telepon itu menjadi panik karena ulah anak sulungnya. Dari nada suara Donghae, kentara sekali jika ia tengah gelisah. Pasti ada sesuatu yang terjadi, bukan?

"Eomma… tolong aku! Kyuhyun sakit. Apa yang harus aku lakukan?"

Donghae menjawab tanpa melepaskan pandangan dari adiknya. Suaranya bergetar menahan tangis. Bahkan air mata sudah menganak sungai di pelupuk matanya.

"Tenanglah, Hae. Semua akan baik-baik saja. Dengarkan intruksi eomma, arrachi?"

Sang ibu mencoba memberi ketenangan untuk Donghae. Dengan telaten Donghae mendengarkan setiap kata yang keluar dari wanita yang dihormatinya itu. Sesekali ia mengerutkan dahinya karena tak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh ibunya. Saat itu pula ibunya akan menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.

"Kau sudah mengompres adikmu, bukan? Jangan panik. Tak akan terjadi apa-apa. Lakukan semua yang eomma katakan dengar benar. Eomma yakin, besok pagi adikmu itu sudah dapat beraktivitas seperti biasa, arraseo?"

Donghae mengangguk paham. Ia tampak lebih lega setelah mendengarkan nasihat ibunya.

"Arrasseo, eomma."

Setelah itu komunikasi tersebut terputus setelah kata saranghae keluar dari keduanya.

Donghae kembali pada aktivitasnya. Dilihatnya tubuh adiknya yang masih saja menggigil dan wajahnya yang sudah memerah akibat suhu tubuhnya yang tinggi.

Jika Kyuhyun menggigil, bungkus dia dengan selimut sampai berkeringat lebih. Setelah itu, ganti pakaiannya dengan baju kering yang hangat.

Donghae mengambil selimut baru di lemari adiknya. Dibungkusnya tubuh mungil itu dengan selimut tebal yang tentu saja hangat. Dibenahinya letak kompres pada dahi Kyuhyun saat adiknya itu bergerak gelisah, menyebabkan kompresnya hampir jatuh.

Donghae mengulangi kegiatan 'mengompres'-nya berulang kali hingga suhu tubuh Kyuhyun sedikit turun. Saat melihat pakaian yang Kyuhyun kenakan sudah basah. Ia segera mengambil baju baru dan menggantinya. Di ambilnya selimut tebal yang membungkus tubuh Kyuhyun dan menggantinya dengan yang lebih tipis.

Adikmu sudah makan? Ambil obat penurun demam di laci nakas Kyuhyun. Obatnya berwarna pink. Minumkan 1 sendok penuh. Berikan air putih hangat untuk penawarnya.

Selanjutnya, biarkan Kyunie istrirahat. Jangan lupa tetap mengopres dahinya sepanjang demamnya belum turun

.

"Kyuhyunie, bangun. Minum obatmu dulu."

Ditepuknya pipi chubby Kyuhyun beberapa kali. Kyuhyun mengerang kecil. Ia membuka sedikit kedua matanya yang terasa perih. Dengan bantuan Donghae, Kyuhyun akhirnya duduk dengan bersandar pada kepala tempat tidur.

"Minum obat dulu, ne?"

Kyuhyun sedikit mengernyit ketika rasa yang menurutnya aneh itu memasuki indra pengecapnya. Saat Donghae mengangsurkan segelas air putih hangat, Kyuhyun hanya meminumnya beberapa teguk saja karena lidahnya terasa pahit.

"Tidurlah, Kyu. Badanmu masih panas."

Kyuhyun mengangguk patuh. Namun ia tak segera memejamkan mata. Dilihatnya Donghae yang tengah mengelus lembut surai ikalnya.

"Wae, Kyu?"

"Temani Kyunie ne?"

Suara parau itu membuat Donghae tersenyum. Adiknya begitu polos dan menggemaskan jika seperti itu. Donghae melebarkan senyumnya dan menganggukkan kepala.

"Ne. sekarang Kyunie tidur, oke? Hyung akan tetap di sini. Jalljayo, Kyuhyunie."

Dan terakhir, kecupan singkat di dahi Kyuhyun terima sebelum dirinya beranjak ke alam mimpi. Tubuhnya sudah tak sesakit tadi. Setidaknya, ia bisa memejamkan matanya dengan tenang.

Hingga menjelanga malam, Donghae masih terjaga karena demam Kyuhyun belum hilang. Ia berulang kali memeriksa suhu tubuh Kyuhyun dengan thermometer electricnya. Hingga saat angka di sana mencapai 38 derajat celcius, ia menghentikan aktivitas mengompresnya. Namun, ia masih membiarkan kompresnya berada di kening Kyuhyun.

Donghae mendesah lega, demam Kyuhyun sudah tak setinggi tadi. Dan tanpa merubah posisinya, ia segera merebahkan kepalanya di samping tubuh Kyuhyun yang tertidur pulas.

"Saranghae, Kyuhyunie."

Dan kata-kata itu menjadi pengantar tidur untuk Donghae. Menyusul sang adik ke alam mimpi.

.

.

"Eungh..."

Suara lenguhan dan gerakan kecil dari seorang anak dengan kompresan yang masih menghiasi keningnya itu membuat seseorang yang tengah tertidur menjadi terusik. Ia mengangkat kepalanya masih dengan mata yang terpejam.

"Hae hyung..."

Hingga sebuah suara pelan mampu membuka lebar kedua mata Donghae.

"Kyuhyunie,... kau bangun?"

Disentuhnya kening Kyuhyun setelah mengambil kompresnya dan meletakkan kembali di baskom seperti semula. Donghae tersenyum mendapati demam Kyuhyun yang menghilang.

Ia menatap Kyuhyun yang masih terdiam, "Apa yang kau rasakan, eum?" tanya Donghae sambil mengelus pipi gempal Kyuhyun.

"Pucing,... Kyunie cepelti tak beltenaga, hyung."

Huh! Kenapa adikku jadi tambah lebay kalau sedang sakit? Donghae menjadi teringat kata-kata ibunya sebelum sambungan telepon terputus tadi.

Ahh, kau harus tahu Donghae-ya. Adikmu akan sangat manja saat dia sakit. Jadi, turuti apa maunya jika tak ingin adikmu menangis dan menyebabkan ia demam lagi. Arraseo? Kkk

Sret!

Sebuah gerakan dari atas ranjang mengembalikan Donghae dari fantasinya. Ia mengernyit heran saat adiknya yang belum lama mengeluh tak bertenaga itu tampak menurunkan kedua kakinya.

"Ya! Mau kemana?"

"Kyunie mau ke kamal mandi, hyung. Buang ail kecil." Kyuhyun menjawab acuh.

"Jangan ngawur! Kau bilang pusing?! Biar hyung yang antar."

"Andwae! Kyunie bica cendili! Hyung mau ngintip eoh? Dacal mecum!"

Doeng! Hal itu sukses membuat Donghae sweetdrop. Mesum? Padahal Kyuhyun masih harus dimandikan olehnya setiap hari. Dan apa katanya tadi? Oh My God! Jika tak ingat adiknya itu sedang sakit. Sudah dipastikan ia akan menyumpal mulut Kyuhyun dengan sepatu boot miliknya.

Donghae membulatkan matanya saat dengan acuhnya Kyuhyun melenggang ke kamar mandi.

Brug!

Dan Donghae semakin terbelalak saat tubuh gembul adiknya terjatuh begitu saja. Entah sudah berapa puluh kali Donghae dibuat spot jantung oleh Kyuhyun seharian ini. Segera saja ia menghampiri Kyuhyun yang tampak menahan sakitnya.

"Gwaencahana?" tanyanya cemas.

"Pantat Kyunie sakit," jawab Kyuhyun meringis sakit sambil mengelus-elus pantat malangnya.

"Aish! Kau ini benar-benar." Tanpa menanyakan terlebih dahulu, Donghae langsung menggendong Kyuhyun dan membawanya ke kamar mandi.

Setelah menuntaskan hasratnya. Kyuhyun kembali dengan wajah yang lebih segar. Raut wajahnya sudah berangsur normal setelah ia membasuh wajahnya dengan bantuan Donghae tadi. Ia merengut kesal ketika Donghae memaksanya untuk berbaring kembali.

"Wae?"

"Kyunie bocan. Kyu mau ec klim."

Kyuhyun mendongakkan kepalanya. Memandang Donghae dengan puppy eyes andalannya.

Donghae diam sesaat. Ia yakin tak akan mampu menolak Kyuhyun jika adiknya tersebut memasang wajah seperti itu. Donghae memalingkan wajah lalu menjawab, "Besok saja, Kyunie. Kau belum sehat. Hyung janji akan membelikanmu banyak es krim jika esok kau sudah sehat."

Kyuhyun mengerucutkan bibirnya kesal. Ia ingin sekarang. Kenapa menyanggupinya besok? Kyuhyun tak ingin menyerah. Walau bagaimanapun, Cho Kyuhyun harus menang. Ia memikirkan cara apa yang mampu membuat kakaknya itu luluh.

"Hyungie,.. bbuing bbuing."

Melalui ekor matanya, Donghae bisa melihat kedua tangan dongsaengnya yang mengepal digesek-gesekkan pada permukaan pipi Kyuhyun yang halus. Jangan lupakan mata Kyuhyun yang mengerjab beberapa kali.

Oh Tuhan! Godaanmu terlalu besar. Donghae menutup kedua matanya sebelum memandang Kyuhyun tajam. Ia mencoba membutakan penglihatannya atas rayuan Kyuhyun. A a, tampaknya usaha Kyuhyun kali ini tak akan berhasil. Poor baby Kyu.

"Cho Kyuhyun!"

Oke, Kyuhyun tahu ini saatnya dia berhenti. Suara Donghae yang begitu rendah dan penuh dengan penekanan itu berhasil membuat Kyuhyun mengatupkan mulutnya. Ia merunkan kembali kedua tangannya dengan lesu. Wajahnya tampak muram, dan Donghae mengetahui hal itu. Lihat saja, taka akan lama lagi adik dengan predikat evil itu pasti akan mengeluarkan jurus terakhirnya. Donghae amat yakin akan hal itu.

"Hikss.."

Nahh benar kan?

Donghae kembali memfokuskan pandangannya pada Kyuhyun yang saat ini menundukkan kepalanya dengan kedua tangan menggenggam selimutnya erat. Ia mengacak rambutnya frustasi. Menggeram kesal dengan kelakuan ajaib adik tercintanya.

"Kyu..." Kyuhyun tak bergeming.

Donghae menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kenapa adiknya sulit sekali diberitahu?

"Huh! Baiklah,.. baiklah. Nanti hyung belikan Kyunie es krim."

Kyuhyun yang mendengar keputusan kakaknya segera mengngkat wajahnya, menatap wajah kusut Donghae dengan mata berbinarnya. Cepat sekali mood evil itu berubah.

"Jinjja?" Kyuhyun memastikan. Wajahnya tak lagi keruh, membuat Donghae ingin mencubit kedua pipi itu sampai memerah. Donghae gemas, sungguh.

"Ne. Tapi, Kyunie makan bubur buatan ajumma dulu. Cha! Kyunie kan belum makan."

Semangkuk bubur hangat telah berada di tangan Donghae. Bubur buatan ajumma yang memang dipekerjakan untuk mereka. Hanya untuk memasak dan membersihkan rumah selama orang tua mereka tak berada di rumah.

Kyuhyun memandang horror. Bayangan bubur hambar yang masuk ke dalam mulutnya membuatnya mual. Ia membenkap mulut dengan kedua tangannya yang mungil. Membuat Donghae mengernyit heran.

"Kenapa, eoh?"

Kyuhyun menggeleng kasar, "Bubulnya tak enak hyung. Tak ada lacanya."

"Tentu saja. Kyunie kan sedang sakit." Decak Donghae kesal. "Palli, buka mulutnya."

Donghae menyodorkan sesendok bubur di depan mulut Kyuhyun yang masih terkatup. Namun dongsaengnya itu masih enggan membuka mulutnya.

"Mau Kyunie apa? Kau tak ingin sembuh?!" sembur Donghae

"Kyunie mau bubul laca jjangmyon, hyung." Jawab Kyuhyun takut-takut

Apa lagi ini Tuhan?

"CHO KYUHYUUUUN! Makan atau hyung tinggal!"

Dan berakhirlah perjuangan Kyuhyun untuk meruntuhkan pertahanan Donghae. Dengan terpaksa dan masih dalam tangisnya, Kyuhyun menelan sesuap demi sesuap bubur dari tangan Donghae. Sebenarnya Donghae tak tega, namun Kyuhyun yang memaksanya seperti itu.

.

.

Setelah acara makan bubur yang dramatis itu, Donghae tak lantas istirahat karena panas Kyuhyun kembali tinggi. Sepertinya ia benar-benar melupakan wejangan yang ibunya sampaikan. Namun itu sudah tak berlaku lagi hari ini.

"Ikan acin menyebalkan, kejal Kyunie kalau bica. Ahaha."

See? Kyuhyun adik kecilnya sudah berani menggodanya lagi, bukan? Apakah Donghae harus senang? Tentu saja, mengingat betapa panik dan repotnya ia saat Kyuhyun sakit seperti kemarin sore hingga malam pun ia tak dapat tidur tenang.

Kyuhyun diam-diam masuk ke kamar Donghae untuk mengambil boneka nemo kesukaannya. Tentu saja hal tersebut membuat Donghae geram bukan kepalang.

"Kyuhyunie! Berehenti sekarang!"

Suara keras Donghae tak lantas menghentikan aksi Kyuhyun. Kyuhyun bahkan semakin bahagia melihat Donghae yang kesal setengah mati akibat ulahnya,

"Ani! Kejal Kyunie, hyung ikan. Palli palli! Yuhuuu! Hyung tak pandai belali. Hyung benal-benal payah. Hyung- omo!"

"Mau kemana adik nakal? Hm? Kemarilah.. hyung ada hadiah untukmu."

"Andwaeee.. eomma."

Hup!

Dalam satu kali langkah, Donghae sudah berhasil menggapai tubuh gembul adiknya. Ia tak habis pikir. Daya sembuh adiknya benar-benar luar biasa. Masih ia ingat betapa adiknya begitu kesakitan. Namun ia sangat senang mendapati adiknya yang sehat dan hyperaktif seperti ini. Setidaknya, Donghae tak akan mati cemas karena Kyuhyun yang sakit.

"Mianhae hyung… mianhae. Ahaha.. hentikan hyung, ini cangat geli." Dengan semangat yang membara. Donghae menggelitiki Kyuhyun karena itu adalah kelemahannya. Ia yakin, tak akan memakan waktu lama, Kyuhyun akan memohon ampun padanya.

"Tidak akan sebelum aku puas puas."

"Ahaha.. andwae hyung, mianhae."

Wajah Kyuhyun sudah memerah. Bahkan pelupuk matanya sudah penuh oleh air mata. Tak ayal lagi itu membuat Donghae menghentikan aksinya. Cukup puas juga melihat adiknya yang memohon-mohon padanya.

Direngkuhnya Kyuhyun dalam pelukannya. Masih dengan Kyuhyun yang belum saja menghentikan tawanya.

"Mianhae, Kyu. Salah sendiri kau nakal sekali."

Terlihat sekali jika Kyuhyun tengah mencoba meredakan tawanya. Ia memegangi perutnya yang terasa kram itu.

"Ini cakit cekali, hyung pabo!"

Bukannya marah, Donghae justru tergelak karena kata-kata serta ekspresi Kyuhyun yang begitu lucu. Pipinya menggembung sempurna dengan wajah yang semerah tomat. Dikecupnya kedua pipi itu sehingga mengempis kembali.

"Itu karena kau nakal Kyu. Maka dari itu jangan bermain-main dengan hyung."

Kyuhyun melipat kedua tangannya sambil mendengus kesal. Seakan mendapat ide, seringai andalannya terlukis di bibirnya yang tipis.

"Mianhae, hyung…"

"Eoh?"

Donghae memandang Kyuhyun heran. Saat ini, Kyuhyun tengah ,menundukkan kepala sambil memainkan kedua tangannya. Membuat perasaan bersalah Donghae muncul saat itu juga. Dibawanya lagi Kyuhyun dalam pelukan. Dikecupnya pucuk kepala Kyuhyun sayang. Bermaksud mengatakan pada Kyuhyun jika Donghae tak benar-benar marah padanya.

"Hyung..."

Donghae menundukkan kepalanya. Dilihatnya sang adik yang saat ini tengah memandangnya dengan mata yang mengerjab imut. Disentilnya hidung mancung itu dengan gemas.

"Waeyo, Kyunie?"

Perlahan, Kyuhyun mendekatkan bibirnya pada telinga Donghae, "Hyung jolok! Belum mandi! Iuuhh! Ahaha."

Bruggh!

Salahkan saja posisi Donghae yang tengah berjongkok, sehingga dorongan dari tangan mungil Kyuhyun mampu membuatnya terjatuh dengan pantatnya menyentuh lantai terlebih dahulu. Dan lagi-lagi, Donghae kembali meradang karena tingkah 'menggemaskan' adik satu-satunya itu.

"Dasar dongsaeng kurang ajar! AKU BELUM MANDI JUGA KARENA MENGURUSIMU!"

Donghae berteriak marah, sedangkan Kyuhyun sudah berlari menuju kamarnya.

Blam!

Suara dentuman pintu menandakan jika sang empu telah berhasil menjangkau kamar pribadinyaitu. Tak mempedulikan Donghae yang tengah mengumpat dengan segala macam kata-kata kasar yang ia miliki.

"Hyung pabo!"

Donghae melihat Kyuhyun yang kembali menyembulkan kepalanya dari pintu yang ia buka sedikit.

"Apa lagi, HUH?!"

"Gomawo, hyungie. CALANGHAEEEEE!"

Setelah itu, pintu kamar Kyuhyun benar-benar tertutup sempurna, meninggalkan Donghae yang tertegun di balik pintu.

"Aishh! Setan kecil itu selalu membuatku tak berdaya."

Donghae menyerah. Ia tak bisa marah jika Kyuhyun sudah bersikap demikian. Kelemahan donghae adalah Kyuhyun. Jadi percuma saja ia membuang tenaga untuk marah-marah, karena pada akhirnya ia akan selalu tersenyum akibat tibgkah manis si bungsu di akhir 'pertengkaran' mereka.

"Nado saranghae dongsaeng-ah."

Hari itu berakhir dengan senyum geli yang Donghae tunjukkan. Betapa konyol sikapnya terhadap Kyuhyun selama ini. Namun, ini adalah hal wajar yang terjadi dalam sebuah hubungan, bukan? Itu akan menjadikan kita lebih dekat satu sama lain. Seperti apa yang dikatakan banyak orang. Pertengkaran adalah bumbu untuk membuat hubungan itu lebih indah manis. Ya, tentu saja pertengkaran yang wajar.

.

.

.

Story of Sick is

END

(*ditimpukin chingudeul pake batu)

Mianhae chingudeul.. jeongmal mianhae...

Bukannya melanjutkan MBB malah posting FF baru yang bahkan sangat-sangat berantakan seperti ini..

Lagi mentok ide sama MBB -_-

Tapi tenang, tetap dilanjut sampai ending kok

Ini soalnya spontan waktu khakha ketik hujan,

Ehh malah kelepasan sampai menjadi sebuah FF

Oke.. khakha tau itu sangat nggak jelas pake banget

Tapi bagaimana lagi? Kkk

Eumhh sepertinya ini akan menjadi series, tergantung mood dan juga keinginan readers

Hehe...

Semoga ke-stress-an khakha tak menular pada chingudeul

Kkkk

The last,

Mind to review?