a/n: untuk #NekonoHeichou hari keempat. Drabble, entahlah. Niatnya mau ngangsa, tapi apalah ini kutac mengerti ;;;;
Shingeki no Kyoujin © Isayama Hajime
torque
"tema: chat"
[brought to you by trimasketir]
.
.
From: Church, Farlan
Sub: -
Aku ingin terbang.
Delivered. 10.15 PM
.
.
Levi selalu berpikir begini soal Farlan: simpel, penuh kejutan, berbahaya.
Mereka dibebaskan di hari yang sama untuk kejahatan yang berbeda. Levi, Levi seorang pecundang, tetapi ia tahu apa yang ia inginkan. Ia ingin uang, ingin kemudahan, maka ia merampoknya dari orang-orang yang tidak menghargai privilege itu, tukang pamer, dan maling berdasi. Sialnya, ia tertangkap karena kalkulasinya meleset soal kepulangan si tuan rumah.
Farlan mungkin bukan pecundang, mungkin, ia kasanova yang punya segala; ia bilang suatu hari ketika mereka masih menghuni kubikal, terkurung, sempit, kotor, ia ingin bebas, katanya. Jadi ia coba melompat dari tebing bersama seorang wanita, sayang dewa kematian luput mencabut nyawanya, tapi si wanita mati dan mesti ada yang bertanggungjawab soal mayat yang mengapung di lautan itu. Farlan pun semakin menjauhi kebebasan.
Mereka sudah bebas, sekarang, dan Levi tidak menolak ketika Farlan mengajaknya berbagi kamar di flat murahan. Levi tidak mengenal cinta, tapi ia mengerti bahagia. Farlan memberikannya sejak di hari pertama mereka dijebloskan ke sel tahanan. Farlan juga tidak mengenal cinta, tapi ia mengerti rasa lain dan Levi adalah pria pertamanya.
.
Levi berubah, ia mencobai pekerjaan yang lebih legal, tak benar-benar legal, tapi yang tak memiliki potensi untuk ditangkap setiap beroperasi. Tetapi, tetapi, Farlan tidak. Farlan masih sama, masih bermimpi di antara jemari yang dikatupkan ke wajah, senja yang membayang di pelupuk mata dan celah-celahnya. Ia memimpikan kebebasan lagi, kebebasan yang tak bisa Levi berikan bahkan di malam-malam ketika jarak fisik mereka lenyap dan kakofoni dunia tenggelam dalam bulir-bulir keringat, desah napas; matanya melirik Levi, tetapi menerawang, jauh, membayang hal lain, dunia lain.
Ia (masih) ingin bebas.
.
Awalnya, Levi membiarkan Farlan terpedaya botol-botol alkohol. Ia tak keberatan, toh ia juga suka, pelarian itu, hangover urusan nanti-nanti, lagipula ia bisa menyetok banyak obat sakit kepala jika perlu. Botol-botol akan bertambah setiap hari, dan pusingnya Levi disebabkan oleh alasan lain. Ia benci ini. Dan Levi pikir, Levi pikir, alkohol-alkohol yang bertambah itu akan menjadi akhir. Akhir dari pencarian Farlan akan kebebasan.
Aku salah, Levi.
Levi juga salah. Ini tidak berakhir. Mimpi Farlan masih membayang, mengintai ketika efek-efek alkohol berkurang, memaksa masuk lagi, mendominasi akal sehatnya lagi.
Levi, apa kau punya sayap?
Apa aku terlihat seperti malaikat?
Farlan tertawa, seperti kidung, yang jauh, menggema, elusif. Levi ingin terus mendengar tawanya. Tapi doanya tak didengarNya, sebab esoknya Farlan lenyap sebelum matahari sempat merangkak dari ufuk, membawa mimpinya pergi. Ia tidak kembali.
.
Ia belum kembali
Aku ingin terbang.
Ia mengirimi pesan itu setiap hari.
.
Levi selalu berpikir begini soal Farlan: simpel, penuh kejutan, berbahaya.
Tetapi bukan seperti itu, Farlan tidak begitu. Ia seperti fatamorgana yang membayang dari kejauhan tetapi lenyap jika didekati. Ia ilusi.
Levi berpikir begini soal Farlan: enigmatik, memukau, terjebak, menjebak.
Suatu hari ketika pesan-pesannya tak sampai padanya lagi, pintunya diketuk, polisi bilang ia melompat. Mati.
Ia sudah terbang dengan sayapnya sendiri.
.
Maaf aku tak bisa memberimu sayap.***
.
fin.
.
a/n(2): yaampun gaje banget, aku malu nulisnya :" dan itu bahkan bukan chat, itu email #cries
