Tok, Tok, Tok! Terdengar suara ketukan dari sebuah kamar yang di dominasi warna pink.

Tak,Tak, Tak! Terdengar langkah kaki dengan sepatu merek ternama menaiki tangga.

Krrreeeet ... seseorang membuka pintu berwarna putih itu.

"Sakura! Kamu ... kamu ngapain sih? Berisik tau!" gerutu seorang Nyonya sambil mengacak pinggang, sedangkan perempuan berambut pink yang menjadi sasaran gerutuan si Nyonya-Sakura-tetap melanjutkan aktivitasnya dengan riang gembira.

Tak puas karena menjadi bahan kacangan gadis itu, sang Nyonya mendekat dan menjewer telinga sang gadis. "A,Aduuuuh ... Mama ngapain sih ngejewer aku?! Aku udah enam belas tahun Mama~" rengek si gadis, namun tetap tak dipedulikan oleh Mama-nya.

"Lagi siapa suruh kamu berisik?! Mama itu lagi nyiapin ruang tamu buat besok sore arisan Mama, kamu malah ngapain nih?! Ngetok-ngetok gak jelas?!" bentak sang Mama dan mulai meringankan jewerannya.

Sakura mengambil papan-papan yang sudah ia cat dan mulai ia rangkai menjadi sebuah rumah-rumahan yang pas untuk tubuh seekor kucing. "Nih! Aku tuh, lagi bikin rumah buat Dobe! Kasian dia tidur di lantai terus!" kilah Sakura.

"Kamu ini?! Kamu tuh anak perempuan, gak pantes kerja kayak gini! Kalo rumah buat kucing kamu, kamu bisa beli 'kan?! Nanti kalo tangan kamu kena paku atau palu, Gimana?!" Nyonya Haruno tak henti-hentinya mengocehi anak bungsunya itu. "Lagian 'kan, ada Sasori! Kalo mau, kamu minta aja dia bikinin rumah buat kucingmu itu!".

"Ih ... Mama gimana sih? Kak Sasori itu sibuk itulah! Sibuk inilah! Kalo lagi gak sibuk, paling dia pacaran tuh! Sama si lemot!" Sakura memajukan bibirnya. "Emang Mama tau, kapan sih Kak Sasori peduli sama Sakura?!".

"Heh, kamu itu jangan sembarangan ngatain Hinata ya! Dia itu putri bangsawan! Kalem, cantik, baik, gak kayak kamu! Sembrono, slengekan, jarang mandi lagi!" sindir Nyonya Haruno yang pastinya nyelekit buat Sakura.

"Iya, kalem, cantik, baik ..." Sakura memutarkan kedua mata Emeraldnya " ... itu kalo di depan Mama sama Papa, aslinya mah, yah ... gak jauh dari wanita sewaan ..." Sakura memetikkan jarinya.

"Heh, APA KA- ..." BLAAAAM! Sakura menutup pintu kamarnya.

"SAKURA! KELUAR KAMU! SAKURAAAA! ! !" Nyonya Haruno tetap teriak-teriak dari luar kamar yang kini pintunya terkunci tersebut.

"AKU BUKAN PENGEMIS CINTAAAAAAAAAAAA~"

MAID VS BUTTLER

Disclaimer©Masashi Kisimoto

Genre : Humor, Romance

Rate : K - T

Summary : Sakura yang akan dijodohkan dengan anak dari orang narsis bin alay yang bernama Fugaku, kabur dari rumah dan menjadi pelayan di rumah Naruto. Ternyata orang yang akan dijodohkan dengannya juga kabur ke tempat yang sama.

Warning : A/U, alur tak jelas, Asemeneh, kurang romantis, humor garing, semraut, de es be.

Nyonya Haruno menuruni tangga dengan wajah ketekuk (?) sambil melipat kedua tangan di dada. Tuan Haruno yang terkekeh dengan ekspresi Istrinya itu pun angkat bicara.

"Kenapa sih Ma? Sakura buat ulah lagi?" tanya Tuan Haruno yang sedang santai sambil baca koran dan minum kopi.

Nyonya Haruno duduk di sofa depan suaminya "Ah! Tau Pa! Sakura itu susah diomongin!" sungut Nyonya Haruno.

"Yaudah, gampang. Tinggal kita jodohin aja dia sama siapa tuh? Anaknya Tuan Fugaku?" Tuan Haruno mengangkat cangkir kopinya.

"Sasuke maksud Papa?" Nyonya Haruno mengerutkan dahinya.

"Memang siapa? Itachi?"

"Yasudah, sana gih! Papa telepon Tuan Fugaku!"

Keesokan paginya, dikamar mandi utama kediaman keluarga Haruno.

"ES DUREN, ES CENDOL, DIMAKAN SIANG-SIANG BATAL-BATAL! KETAHUAN SAMA MAMA DI PENTUNG SAMPE BENJOL ENAK-ENAK~" Sakura kembali Karaoke-an.

Seorang Pria berambut darah lewat dengan muka datarnya "HE! Penyanyi kamar mandi, udah belum konsernya?!" teriak Pria tersebut.

"Udah~ Kak Sasori mah mandi bareng sama Hinata aja sana~" balas Sakura dari dalam Kamar mandi. Pria itu-Sasori-mematung di depan kamar mandi.

Drreeet ... Sakura membuka pintu kamar mandi mewah tersebut dan mendapati kakaknya sedang mematung tak jelas di hadapannya. "Oi, ngapain ente diem disini? Mau ngintip ya? Udah sana~ ngintipin Hinata aja~ dia itu kan suka banget di intipin~" ucap Sakura sambil mengeringkan rambut pinknya dengan sebuah handuk kecil.

Seketika Sasori bangkit dari posisi diamnya "Apa maksud kamu bilang gitu?" Sasori memiringkan alisnya.

"Yah, menurut kakak?" Sakura menyambar sebuah roti bakar di meja makan.

"Beneran deh, kakak gak ngerti kamu ngomong apa!" jawab Sasori.

Sakura berlari kecil menuju kamarnya, ia berhenti sejenak di pertengahan anak tangga yang berurutan "Terserah kakak aja deh!" ia pun melanjutkan perjalannya.

Setelah Sakura selesai dengan seragamnya yang bisa terbilang acak-acakan namun rapi bagi dirinya. Jika biasanya para gadis berlomba-lomba dengan parfum-parfum mahalnya, hal ini tak berlaku bagi Sakura yang sudah merasa cukup dengan wangi detergent yang dipakai untuk mencuci seragamnya.

Sakura pun kembali menuruni tangga dengan embel-embel tas punggungnya yang berat.

"Sakura, sekolahnya mau bareng kakak?" tanya Sasori.

"Gak perlu! Nanti kakak sama TUAN PUTRI Hinata keganggu lagi ..." Sakura menekankan kata 'TUAN PUTRI'.

"Nggak kok, Hinata lagi gak masuk sekolah, ya ... daripada kakak berangkat sendi- ..."

"Tuh kan! Aku Cuma jadi penggantinya Hinata doang?! Kalo Hinata masuk juga aku gak akan kakak ajak bukan?!" sindir Sakura yang seolah-olah memojokan Sasori.

"Sakura, jangan ngomong gitu dong. Sasori ini 'kan kakakmu, bicara itu yang sopan sedikit dong seperti Hinata." Ucap Tuan Haruno.

"Tuh 'kan! Papa lagi?! Terus aja semuanya belain tuh Hinata! Udah, gak usah peduli deh sama aku! Toh biasanya juga begitu!" Sakura mengacak pinggang "Aku berangkat dulu!".

"Sakura! Tunggu!" sergah Tuan Haruno.

Sakura menghentikan langkah "Apa lagi sih Pa? Mau ngebandingin aku lagi sama Hinata?" ucapnya dengan wajah tak peduli.

"Papa Cuma mau ngomong satu hal sama kamu, ka- ..." Nyonya Haruno buru-buru menutup mulut Suaminya. "Udah Sakura~ Jaa~" Nyonya Haruno melambaikan tangannya.

Tanpa merasa adanya kejanggalan dari ekspresi Ibunya, Sakura pun melenggang berangkat ke sekolah.

Di Konoha High School, Kelas X-IPA-1.

Sakura langsung melempar tas punggung besarnya ke kursi dimana ia biasa ia duduk. Jangan kira Sakura ikut Eskul Pramuka sampai tasnya sebesar ini, ia hanya membawa peralatan renang karena sepulang sekolah ia ada kegiatan renang.

"Nasiiiiiib ... kenapa sih gue mesti dari ntuh keluarga?" saat Sakura sedang meratapi nasibnya untuk yang kebeberapa juta kalinya tiba-tiba Ino mengagetkannya dari belakang.

"HAYO! LAGI MELAMUNIN APA?!"

"INO LEKONG! INO LEKONG!" latah Sakura.

"Sialan lu ngatain gue lekong?!" Ino menggeplak kepala Sakura.

"Salah sendiri, lu yang ngagetin gue?! Oh iya, kemaren lo kemana? Kok gak masuk? Ke dukun ya buat melet Sasuke-Buntut-Ayam itu?" Sakura memulai ritual introgasinya.

"Enak aja! Gue gak akan securang itu kali!" Ino duduk di depan Sakura "Kemaren itu, gue abis Syuting!".

"Syuting apaan?" Sakura mengerutkan dahinya yang lumayan lebar 'Gak percaya gue dia bisa syuting' inner Sakura.

"Syuting iklan obat panu! Dan gue sukses jadi panunya!" ucap Ino dengan bangga.

"Dafuuuq ... udah gue kira ..." Sakura sweatdrop.

Ino berdiri "Udah ya, gue mau ke kantin. Siapa tau aja Sasuke ada disana! Ahahaha~" Ino pun ngacir ke Kantin.

"Dasar, ManiakBuntutAyam!" gumam Sakura yang segera mengambil Ipod-nya "Dari pada gue jadi kerupuk kulit di nih kelas dan jidat gue tambah lebar, mendingan keluar ah sambil dengerin musik~"

Di luar, di sebuah kursi panjang depan kelasnya Sakura meluruskan kaki jenjangnya, memang sebuah pose yang tak enak dilihat untuk seorang gadis cantik dengan warna rambut yang unik, namun apa mau dikata? Bandeng sudah menjadi presto, inilah Haruno Sakura.

Saat Sakura sedang mendengar alunan musik dari deretan daftar Playlistnya, di sisi lain Konoha High School ada dua sejoli *Dicidori* maksud sepasang sahabat yang sedang berjalan menyusuri jalan setapak (koridor) di sekolah tersebut. Seorang cowok bermata Saphire, berwajah beret-baret, rambut durian. Seorang lagi cowok bermata Onyx, berwajah stoic, berbuntut ayam.

"Heh! Teme! Kenapa akun twitter sama facebook ente ganti, jadi apaan tuuuh ... Ansatsu, Ansatsu ... Mana fotonya Konan lagi?" cowok Saphire memulai pembicaraan.

"Ansatsu Senjutsu Tokushu Butai! Kayak gak pernah belajar sastra jepang aja lo Dobe!" dengan wajah stoicnya, Teme-A.K.A Sasuke- menjawab dengan nada rata pada sahabat sehidup seakhirat dan alam barzahnya tersebut.

"Iye, pokoknya gitu deh! Gue gak ngerti deh lo dapet tuh nama dari mana!" balas Dobe-Naruto-sambil histeris bak anak alay.

"Google Translate" mendengar pernyataan si buntut ayam temannya ini, Naruto ber-Gubrak-ria.

"Jadi sebenernya siapa sih yang gak belajar sastra jepang?!" Naruto mengadah tangan.

"Ya tetep elu! Emang nilai sastra jepang lu berapa?"

"4,5"

"Gue 8"

Naruto mengehentikan langkah kakinya "Tapi kalo gue dapet nilai, berarti gue belajar sastra jepang dong?" gumam Naruto.

"Heh! Dobe! Lu mau gue tinggalin?" sungut Sasuke yang tiba-tiba berada 50 meter di depannya.

"TUNGGUIIIIINNN ! ! !" Naruto pun mengejar sahabat Karibnya tersebut.

Setelah Naruto berhasil mengejar Sasuke.

Naruto kembali mengoceh "Dan gue masih bingung, kenapa lo pake ganti nama gitu di DuMay?".

"Dobe, lo itu katrok apa deso sih?! Kalo gue pake nama asli di jejaring sosial, ntar alayers pada tau yang mana akun gue!" jelas Sasuke.

"Oh~" Naruto hanya bisa ber-OH-ria.

Kemudian, langkah seorang Uchiha berhenti di depan seorang gadis yang dengan santai tertidur dengan posisi selonjor dan telinga disumpel earphone yang berada di atas bangku panjang sekolah.

"Gile ye nih cewek, mentang-mentang masih jam 6 dia malah tidur disini ..." Gumam Sasuke dan mulai tersenyum (MENYERINGAI) nista.

Naruto menyelidiki wajah cantik nan imut Sakura.

"Kayaknya gue kenal nih ... dia ... Sakura!" Naruto mengacungkan jarinya "Lo gak mikirin hal yang mesum 'kan Teme?" sungut Naruto.

Sasuke tak menjawab. Ia berjalan ke arah belakang kursi tempat Sakura tertidur lelap.

"Heh! Teme! Ngapain lu!? Jangan ngapa-ngapain nih cewek! Kenalan gue nih!" Naruto berusaha menghalangi niat nista Sasuke, namun Sasuke keburu ngelemparin Naruto pake ta* kucing.

"1, 2 ... 3!" BRAAAAAKK! ! ! Sasuke menggulingkan kursi tempat Sakura terlelap, otomatis Sakura pun ikut terjatuh ke tanah. Karena kesialan atau keapesan (SAMA AJA) Sakura, kepalanya membentur batu.

"AAAUUUWW! ! !" Sakura yang masih setengah bangun pun sedikit menjerit kesakitan.

"Ups! Maaf!" Sasuke Masang muka stoicnya.

"Kalo dia kenapa-napa gue bunuh lo Teme!" Naruto berusaha menggotong tubuh Sakura.

'Baru Kali ini gue liat Dobe serius banget' Inner Sasuke. Sebenarnya Sasuke merasa bersalah atas perbuatannya yang nista dan kekanak-kanakannya itu, akhirnya ia ikut membantu Naruto menggotong tubuh Sakura ke ruang UKS ...

... Untuk mengobati dahinya yang berdarah.

Samar-samar terlihat cahaya putih yang menyilaukan di hadapan Sakura "Apa gue udah mati?" gumamnya. Kemudian ia menulusuri lagi "Kenapa ada AC di alam kubur?" tanyanya. Lalu, saat ia melihat ke sebelah kiri, ia mendapati seorang cowok berwajah stoic yang sedang menunggunya, karena keget, sontak Sakura berteriak "HUWAAA! ! ! MALAIKAT PENCABUT NYAWAA! ! !"

Si muka stoic bangkit dari posisinya yang bersandar di dinding untuk bisa lebih dekat dengan gadis berambut pink tersebut "He, sialan lo manggil gue Malaikat pencabut nyawa! Kalo gue emang malaikat pencabut nyawa, udah gue cabut nyawa lo!" bentak Sasuke.

Akhirnya Sakura sadar bahwa ia masih hidup. Sejenak ia menatap orang yang berada di hadapannya. "Nge-fans toh, sama gue ..." batin Sasuke yang udah narsis tingkat dewa.

"Ipod ... Ipod ... IPOD GUE MANA?!" Sakura berteriak tepat di depan wajah Sasuke.

Sasuke sweatdrop.

Kemudian, Naruto pun masuk ke ruangan yang sama.

"Sakura? Syukurlah kau sudah sadar ..." Naruto membawa segelas teh hangat "Ini, minum dulu!"

"Ipodku mana Kak Naruto?!" Sakura mengadahkan tangannya.

"Hm ... sudah kakak taruh ke tasmu." Jawab Naruto.

"Huh ... syukur deh, kirain ilang ..." Sakura menghela nafas panjang.

"Heh! Dobe! Dia udah bangun 'kan? Gue keluar ya?!"

"Enak aja lu Teme! Dia itu belum sembuh total! Orang kata guru perawat dia itu belum boleh kemana-mana, harus istirahat !" Naruto memegang tangan Sasuke.

"Cie, cieeeeeee~" Sakura menyeringai setan dan udah bersiap untuk mengabadikan momen tersebut.

"Le,Lepasin gue!" Sasuke melempar tangan Naruto "Iya! Terserah lo aja deh!" Sasuke mengambil sebuah kursi dan menyeretnya dekat tempat tidur Sakura, Naruto pun melakukan hal yang sama.

"Oh iya, Sakura. Kamu kenal si Buntut ayam ini 'kan?" tanya Naruto.

"Iyalah, siapa yang gak kenal sama Kak Sasuke, dia 'kan idola para alayers ..." Sakura menaikan bahunya.

"Cih," Sasuke mendengus kesal.

"Kak Naruto, kalo kakak mau ke kelas, yaudah ga papa kok! Kak Sasuke juga kalo mau ikut Kak Naruto boleh ..." ucap Sakura.

"Tuh! Dobe! Lo denger gak !? dia aja bilang kita boleh balik ke kelas! Ayo!" Sasuke kini sudah berdiri.

"Gak! Gue sama lo harus tetep disini Teme!" Naruto menarik tangan Sasuke.

"Kenapa mesti ama gue?" Sasuke memiringkan alisnya.

Kemudian, sesosok gadis masuk ke ruang UKS.

"Sakura! Lu g- ..." Mata gadis pirang tersebut yang tadinya melihat kearah sahabat karibnya kini sedang menatap cowok stoic yang ada di sebelah sahabatnya yang sedang terbaring lemah tak berdaya "Sa,Sa, Sas-Uke?"

"Sopan banget lu manggil gue kayak gitu?!" Sasuke kembali mendengus kesal.

"Ma,maaf Kak Sasuke ..." Ino blushing. Kini perasaannya campur aduk antara bahagia bisa bertatap wajah dengan Sasuke dan berbicara dengannya, dan bingung mengapa Sasuke bisa menemani Sakura yang sedang terbaring dengan perban di kepalanya.

Ino berlari ke sahabatnya "Sakura! Kok lo bisa disini?! Sama Sasuke lagi?!" tanya Ino bertubi-tubi.

Sakura mengangkat kedua bahunya "Mana gue tau? Orang gue tadi lagi tidur di kursi taman ... pas gue bangun gue udah disini pake nih perban!".

"Jadi, tadi si Teme- maksud Sasuke ngejungkir-balikin kursi tempat Sakura tidur ... dan kepala Sakura kena batu dan berdarah, akhirnya kita bawa kesini ..." Naruto angkat bicara.

"KAK-SA-SU-KE?!" Sakura menatap Sasuke dengan tatapan horor.

"Hn,"

"JADI GUE BEGINI GARA-GA- ... AUUUWW ..." Sakura menjerit sambil memegangi luka di kepalanya.

"Sa,Sakura ... kamu gak apa-apa?" tanya Naruto.

"Gak kok, Cuma pusing sedikit aja ..." jawab Sakura.

"Tuh! Teme! Liat perbuatan lo! Gue gak mau, pokoknya lo harus tanggung jawab!" Naruto meletakan satu jarinya di wajah stoic itu.

"Terus gue harus ngapain?"

"It- ..." kreeeet ... ada seseorang memasuki ruang UKS "Ano- ... Naruto, di panggil kepala sekolah di ruangannya" ucap seorang gadis.

"Inget! Sasuke, Lo harus tanggung jawab! Sakura! Kasih tau Teme apa yang harus dia lakuin!" Naruto pergi meninggalkan UKS.

"Ano ... Sakura, gue ... ke kelas dulu ya ..." Ino berjalan keluar sambil menundukan kepalanya.

"Ino tu- ..." BLAAM! Pintu ditutup.

"Nee, sekarang gue harus ngapain? Nungguin lu disini terus?"

"Kalo kakak mau pergi, pergi aja, tapi ambilin Ipod gue dulu gih sana!" jawab Sakura.

"Sialan ... gue di kerjain ama adek kelas ..." Sasuke berjalan keluar pintu.

"Lagi lu sendiri yang ngerjain gue ..." Sakura melipat kedua tangannya di dada.

Di kelas X-IPA-1.

Tok, Tok! Kreeeet ... Sasuke membuka pintu kelas dan semua orang di kelas pun terheran-heran mengapa sang pangeran ini mampir ke kelas mereka.

"Aduuuh ~ Sasuke mau ketemu akyu yaah?"

"Sasukeee~"

Kurenai-sensei pun menghampiri Sasuke "Maaf, a ..."

"Uchiha Sasuke."

"Iya, Maaf Sasuke. Ada keperluan apa ya? Tadi agenda sudah diambil ..."

"Jiaaah ... emang tampang gue yang kece ini cocok apa narikin agenda?!" Sasuke membatin. "Gak, Sensei. Ano ... Cuma mau nanya, tempat duduk Sakura dimana ya?"

"Oh, Sakura. Tuh disana!" Kurenai-sensei menunjukan meja Sakura.

"Makasih sensei" Sasuke segera mengambil Ipod dari dalam tas berwarna coklat milik Sakura dan melesat pergi.

"Ino, Kak Sasuke yang ganteng itu ngapain ya? Apa dia udah pacaran sama Sakura?" tanya seorang cewek yang duduk di belakang Ino.

Ino terdiam.

Sedangkan itu, sebelum kembali ke UKS, Sasuke menyempatkan diri mampir ke toilet hanya untuk cuci muka.

Setelah selesai mencuci mukanya, ia melihat ke cermin.

"Aduuuh ... ngapain juga ya gue nurutin nih cewek?" Sasuke bertanya pada dirinya sendiri dan hati kecilnya berkata "Kau menyukainya!" namun Sasuke membantahnya. Tanpa peduli dengan sura hati kecilnya, Sasuke melesat pergi ke UKS.

Di UKS.

Sasuke menyodorkan Ipod hijau dengan earphone putih tersebut ke pemiliknya "Nih, Ipod lu! Gue boleh pergi?".

"Yaudah, tapi nanti pulang sekolah Kakak gantiin gue renang ya?" Sakura mulai merapikan kabel earphone nya yang digulung tak karuan oleh Naruto.

"Hn, Renang?"

"Iya, emang kakak pikir dengan keadaan gue kayak gini bisa renang untuk pengambilan nilai?" Sakura memasang earphone dan mulai mendengarkan deretan lagu di playlistnya.

"Tapi kenapa harus renang? Gak ada yang lain apa?" pertanyaan Sasuke ini tak dihiraukan oleh Sakura yang sedang mendengarkan musik dengan Volume full.

"Arrrggghh!" Sasuke pergi sambil mendengus kesal.

Teeeeeeeeet! Teeeeeeeeeeeet! Teeeeeeeeeet! Bel panjang 3 kali tersebut menandakan bahwa murid-murid sudah di perbolehkan pulang ke rumah masing-masing, namun tidak untuk Sasuke.

"He, ayo cepetan!" Sasuke yang membawa tas punggung Sakura yang berat sudah berada di depan pemiliknya.

"Jadi kita ke rumah kakak dulu?" tanya Sakura.

"Gak, kita ke mall dulu!" jawab Sasuke.

"Lho kok mall?"

"Soalnya celana renang gue ilang semua, jadi kita beli!"

"Oh." Dan mereka berdua pun pergi dengan mobil hitam Sasuke ke mall di pusat kota Konoha.

Di mall.

Sasuke terlihat kebingungan mencari sesuatu. Sebenarnya ... dia tidak tahu dimana toko yang menjual peralatan olah raga, namun karena gengsi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Sakura.

"Kakak, kenapa?" Sakura mengerutkan dahinya.

"Hn, itu ... toko buat beli peralatan olahraga dimana sih?"

Sakura hampir tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan pangeran sekolah ini "Hahahay! Kakak gak pernah ke mall ya?".

"Gitu deh ..." Sasuke memalingkan wajahnya karena gengsi.

"Pantes aja tadi kayak kebingungan gitu, nih toko peralatan olahraga itu ada di situ tuh!" Sakura menunjuk sebuah toko yang tak jauh dari tempat mereka berdiri "Ayooo~" Sakura menarik tangan Sasuke.

"Aaaaa ..." Sasuke hanya bisa pasrah.

Setelah selesai membeli pakaian renang untuk Sasuke yang pastinya bukan bikini tapi Cuma celana pendek, kedua orang itu melesat lagi menuju kolam renang yang biasa dipakai anak-anak Konoha High School untuk tes pengambilan nilai dalam materi renang.

Di kolam renang.

Sasuke sudah ganti baju, kini ia hanya memakai celana pendek yang barusan ia beli dengan Sakura.

Sasuke menghampiri Guy-sensei "Sensei!".

"Sasuke? Bukannya kamu kelas 12 ya? Kok ada disini?" Guy-sensei mengerutkan keningnya.

"Itu, saya gak sengaja nyelakain Sakura, terus dia gak bisa renang sekarang, jadi saya yang gantiin dia renang boleh 'kan Sensei?" tanya Sasuke.

"Yasudah, nanti kamu nunggu giliran absen Sakura ya!" jawab Guy-sensei.

Sedangkan itu, Sakura sedang mengamati Sasuke dari kejauhan "Ternyata badannya Sasuke itu kekar ya?" tanpa tersadar Sakura terpana melihat penampilan Sasuke.

"Ih ... Kak Sasuke keren ya? Beruntung deh kita bisa ngeliat dia renang!"

"Iya~ Kok bisa ya Sasuke ada disini?"

"Pokoknya aku sukaaaaaa sama Kak Sasuke ...!"

Begitulah pembicaraan sekumpulan anak cewek yang ada di belakang Sakura.

"Dasar Alayers ..." batin Sakura.

Pukul 5 sore, aktivitas renang anak-anak KHS selesai. Mereka pun mulai pergi meninggalkan kolam renang satu persatu.

Sasuke memasukkan tasnya ke dalam mobil "Nah, Saku-chan~ apa lagi sekarang yang harus Kakak lakuin?" Sasuke agak membungkuk untuk menyamakan tinggi badannya dengan Sakura dan berusaha berbicara semanis mungkin.

"Anterin ya Kak!" Sakura tersenyum manis ke Sasuke.

"Iya-iya!" Sasuke membukakan Pintu mobil "Silahkan Tuan Putri ..." Sasuke mempersilahkan Sakura untuk masuk dimobilnya.

"Terima Kasih~" Sakura pun masuk ke dalam mobil dan mereka pun melesat menuju rumah Sakura. Keberuntungan yang didapat Sakura ternyata tidak dialami oleh Ino.

Ino menunggu sendirian di bawah pohon beringin sampe jam 8 malam untuk di jemput supirnya.

Di depan rumah Sakura.

"Makasih ya Kak Sasuke~" Sakura tersenyum manis.

"Hn," Sasuke pun pergi dari depan rumah mewah tersebut.

Setelah lama melambaikan tangan pada mobil hitam tersebut, hari yang semakin senja membuat Sakura memutuskan untuk masuk rumah. Di dalam, ada sesuatu yang janggal, biasanya para Maid dan Buttler rumahnya masih berada di luar rumah kalau masih sore seperti ini "Aneh, kok nih rumah sepi banget?" gumam Sakura "Ah, palingan juga lagi ada keluarga Hyuuga di dalem lagi ngomongin pernikahan Kak Sasori sama Hinata" Sakura pun tak menghiraukan keadaan sekitarnya dan masuk ke dalam rumah.

Di ruang keluarga, semua orang sepertinya sedang menunggu kedatangan seseorang.

"Sakura ..." ucap Nyonya Haruno.

"Hn? Apa? Kalian salah orang 'kan? Yang kalian semua tunggu itu keluarga Hyuuga 'kan? Terus Mama mau aku buru-buru mandi pake kembang 7 rupa biar wangi, terus pake gaun malam yang seksi itu?" ucap Sakura sinis.

Nyonya Haruno menghampiri anak bungsunya itu "Aduh ... sayang, jangan berprasangka buruk kayak gitu dong, lagian ngapain Mama nyuruh kamu mandi kembang tujuh rupa? Terus, kepala kamu kenapa?" Nyonya Haruno memegang luka Sakura.

"Biar aku dapet jodohkan? Udah deh, Mama jangan sok baik kayak gitu ... devil berbulu angel nanti jadinya!" Sakura melepaskan tangan Nyonya Haruno dari kepalanya.

"Gak, kamu gak mandi aja cantik. Sebenernya banyak yang suka sama kamu, kamunya aja yang bilang 'Gak tertarik buat pacaran'". Nyonya haruno mengelus rambut pink Sakura.

"Sakura, sini kamu." Panggil Tuan Haruno. Sakura pun mendekat Ayahnya. "Duduk." Sakura pun duduk.

"Ada apa sih Paaa? Aku tuh capek, mau istirahat ... nih! Gak liat apa kepala aku diperban?!" Sakura nunjuk-nunjuk luka yang ia dapatkan berkat Sasuke.

"Papa Cuma mau bilang, kalo ..." Tuan Haruno merangkul Sakura "... Kalo kamu mau Mama sama Papa jodohin sama Anaknya Tuan Fugaku, anaknya ganteng lho! Dan pertunangan kalian sudah Papa tentukan minggu depan".

"Apa?! Minggu depan?! Aku ... A,Aku tunangan Pa?! Sama anak temen Papa yang suka poto-poto narsis itu?! Paman Fugaku?!" Sakura langsung berdiri dari duduknya menandakan ia tak setuju.

"Iya, Kamu mau 'kan?"

"Ba,Bapaknya aja narsis kayak gitu! Gi,gimana anaknya Pa?! Gak! Pokoknya Sakura gak mau Papa jodohin!" kilah Sakura.

"Tapi Sakura, anaknya itu baik lho! Ganteng, keren, pinter ..." Nyonya Haruno menghasut Sakura, namun gagal.

"Emangnya Mama mau apa kalo misalnya Mama dijodohin sama orang yang gak Mama kenal, terus Bapaknya Narsis banget lagi?! Mama mau gak?!" pertanyaan ini sukses membuat Nyonya Haruno terdiam.

"Nih, Pa. Kakak aja boleh nentuin pasangan hidupnya sendiri, masa aku gak boleh!?" Sakura mengadahkan tangannya.

"Ya, dengan sikap kamu sekarang ... Papa takut aja kalo kamu itu salah pilih ..." jawab Tuan Haruno.

"Udahlah Pa ... Kalo Sakura gak mau jangan dipaksa ..." Nyonya Haruno berusaha menyabarkan anaknya dengan mengelus punggung Sakura.

BRAAAAK! Tuan Haruno memukul meja "GAK! Pokoknya, minggu depan, Sakura harus tunangan!".

BRAAAAK! Sakura juga memukul meja "Kalo Papa maksa, aku bakalan pergi dari rumah ini!".

BRAAAAK! Meja kembali menjadi sasaran pukul Tuan Haruno "JANGAN MUKUL-MUKUL MEJA!".

BRAAAAK! Sakura pun melakukan hal yang sama "BUKANNYA PAPA YANG MUKUL MEJA?!".

BRAAAAK! "KAMU BERANI SAMA PAPA?!"

BRAAAAK! "EMANG SIH PAPA LEBIH NYEREMIN DARI KAKEK CANGKUL, TAPI AKU GAK TAKUT SAMA PAPA!"

BRAAAAK!

BRAAAAAK!

BRAAAAAK!

Terjadi olimpiade pukul meja antara Ayah dan Anak ini, sedangkan itu Nyonya Haruno dan Sasori hanya ber-jawdrop-ria melihat tingkah konyol Suami-anak dan Ayah-adik mereka tersebut.

Setelah merasa kelelahan, olimpiade itu pun dihentikan.

Tuan Haruno melipat kedua tangannya di dada "Kamu itu anak Perempuan yang seharusnya nurut sama orang tua, harusnya tuh kamu contoh Hinata!".

Sakura mengambil tas nya "Yaudah, kalo Papa mau aku jadi Hinata, lebih baik aku keluar dari rumah i- ..." sebelum kalimatnya selesai tubuh Sakura telah di pegang erat oleh sang kakak "A,Apa-apaan nih? Dasar maniac hentaaaaaai! Lepasin!" Sakura meronta tak karuan.

"Sasori, kurung dia di kamarnya!" suruh Tuan Haruno.

"Baik, Pa!" Sasori pun segera mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Tuan Haruno.

"Ka,Kak Sasoriiii! ! ! LEPASIIIIIN GUUEEEEEE ! ! !" Sakura berusaha melawan namun gagal.

BLAAAAM! Sasori membanting pintu kamar Sakura dan menguncinya dari luar.

Tok, Tok, Tok! "Kaaakaaak ... bukaiiiin ...!" Sakura menggedor-gedor pintu kamarnya sendiri. Hati Sasori sebagai kakak sebenarnya berat untuk mengunci adiknya tercinta di kamarnya, namun ini perintah.

Sasori mendekat ke pintu putih tersebut "Maaf, Sakura. Kakak sebenernya gak mau ngunciin kamu ..." ucap Sasori lalu pergi meninggalkan kamar Sakura.

Sakura yang terkunci dalam kamarnya pun tertatih tak berdaya di hadapan pintu kamarnya "Papaaa, Mamaaaa, Kak Sasoriii ... bukain dong pintunya ... Sakura mau makan, lapeeeeeer ..." untuk kesekian kalinya Sakura memukuli dan mengutuk pintu kamarnya. "Huuuuh ... kalian jahat banget siih? Hik," Sakura yang tak sadar air mulai tumpah dari mata emeraldnya karena ia terus mengerutuk dirinya sendiri juga pintunya, mulai dari ia menyesal kalau kamarnya punya pintu, juga ia menyesal karena memberi kunci tambahan di depan dan belakang pintu, jadi semakin susah saja ia untuk melarikan diri, di tambah lagi engsel jendela kamarnya yang berkarat karena lupa diberi oli, pokoknya Sakura hampir kehabisan kata-kata untuk mengukirkan betapa bodoh dirinya. Niatnya sih mau ngehalang maling atau orang yang tidak diinginkan masuk ke kamarnya, tau-taunya malahan dia yang dikunciin.

Sakura dengan cepat bangkit dan menghapus air matanya. Kemudian ia merebahkan dirinya ke kasur "Kenapa mesti tunangan? Sama anaknya si narsis lagi?" kegalauan Sakura membuatnya teringat akan wajah Fugaku yang narsis dan itu malah membuatnya ingin terjun ke jamban terdekat. "Kenapa jadi kebayang muka Bapaknya? 'Kan gue mau dijodohin ama anaknya!" Sakura kembali bingung.

Sedangkan itu di rumah Sasuke.

Saat Sasuke turun dari mobil, ia mendapati Ayahnya sedang bernarsis-ria dengan memfoto dirinya sendiri menggunakan hape blekbelek yang baru saja ia beli, ia dengan cekatan mengganti posenya, dari tiduran kayak model seksi, bibir dimanyunin kedepan kayak anak alay, nutupin mukanya yang narsis naudzubillah itu, pokoknya kebanyakan pose-pose anak alay deh! Sedangkan Sasuke hanya sweatdrop melihat tingkah laku Ayahnya. Dan, jangan tanya pada para Maid dan Buttler yang bekerja di rumah itu. Mungkin saat melihat pertama kali Fugaku, mereka akan mengira ia adalah abg labil teman anak majikan, namun saat tau bahwa orang narsis itulah yang akan menjadi majikan mereka, sebagian kabur, dan sebagian kejang-kejang tak menentu.

"Sasukyyeee ... kok kamyuuu pulaaaang sorye?" tanya Fugaku.

"Aku gantiin adek kelas aku yang gak sengaja celaka gara-gara aku." Sasuke sedikit menggaruk kulit kepalanya yang tak terasa gatal.

Saat Sasuke hendak masuk ke dalam, tangan Fugaku menghalanginya "Ayah kenapa sih?" Sasuke memiringkan alisnya. "Gak, Ayah Cuma mau bilang, kalau minggu depan kamu tunangan" ucap Fugaku dengan muka datar.

"HAH?! TUNANGAN?!" Sasuke kaget 7 keliling.

"Gak gitu juga kali, kamu itu bakal tunangan sama putri cantik jelita keluarga Haruno ..." kata Fugaku.

"HAH?! Kok Ayah tega sih?" tanya Sasuke.

"Sebenernya sih ini ide Tuan Haruno yang mau anaknya jadi istri kamu, Ayah pikir, dari pada kamu nanti jadi kayak Abangmu yang bujang lapuk dan malahan ikut-ikutan organisasi gazebo, mendingan Ayah terima aja tawaran Tuan Haruno." Fugaku mengangkat kedua bahunya.

"Tapi, Ayah ... aku udah punya pilihanku sendi- ..."

"Siapa?" Fugaku mengerutkan keningnya.

"Itu ... ano ..." Pertanyaan dari sang Ayah sukses membuat Sasuke salah tingkah.

Fugaku melipat kedua tangannya di dada "Kalo kamu belum bisa ajak cewek yang kamu suka itu ke hadapan Ayah, kamu bakalan tetep tunangan!".

"ARRRRGHHH!" Sasuke mendengus kesal sambil menendang pot bunga milik Mikoto hingga tak berbentuk. Nyelekit ... memang menyakitkan. Dalam hati Sasuke mengomeli dirinya sendiri karena lupa kalau jempol kakinya sedang bengkak dan dia malahan menendang pot bunga Ibunya. Bukannya sakit hati gegara bakalan dijodohin, tapi jempolnya yang bengkak sekarang tambah bengkak. Sasuke masuk lagi ke mobilnya dan pergi dari rumah. Dan bodohnya, bukannya mengehentikan anaknya tercinta, Fugaku malahan update Status.

Uchiha Fugaku

Ph0t bUn64 !zTrh! gU3 Rhzza44k L4gh!e,,,,, m4MpuzZz D3cH 3keU,,...

Beberapa menit yang .

Ternyata bukannya hanya Narsis, namun juga alay!

Sedangkan itu, Sasuke yang sedang bingung hendak pergi kemana memutuskan untuk menghubungi sahabat karibnya Dobe.

Bukannya langsung ditelepon malah disms, katanya sayang ama gratisan sms-nya.

To : Dobe

Oi, dimana lu Dobe?

From : Dobe

AduUuCh ..,, tUmB3nzz n!Ch Sy4hShUk3 Zmz Gu3,,... xIxIxIxI,,,...

To : Dobe

Udah ... jangan pake bahasa alay! Pusing gue bacanya, gue lagi nyetir mobil nih, ntar kalo gue nabrak lu mau tanggung jawab?!

From : Dobe

Iye, lagi ngapain lu sms gue? Biasanya sayang pulsa lu

To : Dobe

Be, di rumah lu ada siapa?

From : Dobe

Kagak ada, Emak Abah gue lagi ke amrik, biasalah ... Abah gue kan Bule, rambutnya aja pirang ... 8-)

To : Dobe

Yaudah deh, gue kerumah lu sekarang.

BAAAAAAYYY! ! !

-wWw-

Saat sedang sms-an dengan Naruto sambil nyetir, hampir aja dia nabrak pos ronda.

TBC~

A/N: chap 1 selesai! Sebenernya aku buat chap 1 sekalian sama chap 2, tapi update chap 1 nya dulu aja deh ... hehe ... XP

Maaf kalo fic ini kurang menghibur, cuma fic iseng ... kalo mau nge-flame gak papa. Maafkan kalau masih ada EYD-nya. Makasih udah di baca dan mohon komentar para readers~ =))