Chapter 1: Sungmin
"Kelinci pink bodoh!"
"Maniak game culun!"
"Apa? Pergi dari jalanku, kenapa, sih?"
"Kau dulu yang minggir!"
Ini masih pagi dan kita mulai lagi! Kenapa sih, Cho Kyuhyun selalu yang paling pertama menghancurkan mood-ku setiap hari? Lihat, dia tidak mau beranjak dari pintu kelas. Dia ingin keluar, sedangkan aku ingin masuk. Dan kita bertengkar tentang siapa yang harus mengalah agar salah satu dari kami bisa bergerak duluan. Tapi selama aku masih hidup, aku tidak akan melakukannya!
"Yah, kelinci bau! Minggir, sih!"
"Oh, tidak bisa! Kau duluan yang mengalah!"
"Tidak mau!"
"Aku juga!"
Kupijat dahiku yang mulai pusing dan membasahi bibirku.
"Bagaimana kalau begini, kita miringkan badan kita dan berjalan menyamping jadi tidak perlu ada salah satu dari kita yang harus mengalah?" Aku menyarankan.
Dia memandangku dengan penuh kecurigaan.
Kuhela nafasku panjang, "Atau kita akan terjebak seperti ini sampai guru kita datang."
Dia juga menghela nafas dan mengangguk. Dia memutar tubuhnya dan berjalan keluar. Kulakukan hal yang sama dan berjalan masuk. Sebenarnya itu simple, tp lumayan menyebalkan, 'kan? Ya, itulah Cho Kyuhyun yang menyebalkan.
Aku duduk di kursi yang biasa kutempati dan melihat sebuah tas di atas meja yang ada di sebelahku, tas milik Kyuhyun. Kudenguskan nafasku dan kutendang mejanya.
Seperti biasa, belum ada siapapun di kelas. Aku memang selalu datang kedua, yang pertama tentu saja si Culun itu!
Sekolahku adalah sekolah khusus anak laki-laki. Kami mempunyai dua gedung asrama yang besar untuk para murid yang rumahnya memang di luar jangkauan, seperti diriku dan si Kyuhyun. Satu kamar biasanya ditempati oleh dua murid. Teman sekamarku adalah Park Jungsu, atau biasa dipanggil Leeteuk, makhluk mulia yang pernah ada di dunia ini saking baiknya. Guru-guru yang rumahnya jauh juga mempunyai satu gedung asrama berukuran sedang. Tetapi gedung itu tidak seperti asrama murid, asrama guru letaknya lumayan jauh dari lingkungan sekolah, waktu yang ditempuh dari sekolah sekitar 15 menit. Sekolahku adalah salah satu sekolah terbesar di Korea, dipenuhi oleh pemuda-pemuda kaya dan pintar dari seluruh penjuru negara. Sebuah kehormatan untuk bisa diterima di sini.
Aku menguap dan melihat jamku. Masih ada sekitar 30 menit sebelum sekolah dimulai. Mungkin aku akan tidur sebentar.
###
"Sungmin, Sungmin!"
Kubuka kelopak mataku dan kulihat Leeteuk di hadapanku.
"Ada apa, Teukie?" Kutanya dia sambil menguap.
Dia memberikan senyum berlesung pipinya, "Kelas akan dimulai dalam 5 menit. Kenapa kau tidur? Apa kau masih mengantuk?"
Kugelengkan kepalaku, "Tidak. Kelas ini sangat sepi saat aku sampai, jadi aku tidur dulu sebentar."
"Aku mengerti. Cuci muka dulu sana, pasti kau akan merasa lebih baik."
Aku mengangguk dan berdiri.
Kudengar Kyuhyun bergumam, "Tukang tidur."
Jadi, kubalas dia, "Jelek."
Aku berjalan menuju toilet dan kucuci mukaku. Dinginnya air benar-benar membuatku bangun. Tetapi, saat kuangkat tanganku untuk mengambil tissue, oh-oh, tidak ada di sana.
"Sial! Mana tissue-nya?" Aku bergumam. Kutepuk-tepuk seluruh dinding sambil menutup mata, tapi tetap saja tidak kutemukan.
"Tissue-nya habis. Ini, pakai handukku saja."
Kuangkat tanganku dan kuambil benda yang empuk itu di tanganku, "Terima kasih."
"Sama-sama." Jawab suara yang sama.
Kukeringkan muka basahku dan saat kubuka mataku, kutemukan sebuah senyum berlesung pipi dari seorang murid tampan di hadapanku. Rasanya air liurku menetes.
"Uhh…" Aku memulai, "Terima kasih lagi. Dan…dan…aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau murid baru?"
Dia mengambil kembali handuknya dan mengangguk, "Ya, aku murid baru di sini."
"Ah, iya, iya." Aku mengangguk, "Namaku Sungmin, Lee Sungmin."
Dia membungkuk sedikit dan menjawab, "Siwon. Choi Siwon. Senang bisa berkenalan denganmu."
Aku mengangguk dan sesaat teringat sesuatu. Kucek jamku dan kusadari aku sudah telat.
"Astaga! Kelasku! Aku harus pergi, Siwon! Sampai jumpa!"
Aku berlari sepanjang koridor sampai kelasku. Kubanting pintunya dan melihat Hangeng Hyung, sepupuku sekaligus guru bahasa China-ku, di depan kelas.
"Maafkan aku, Geng Hyu…eh, maksudku, Pak Han…"
Dia mengerenyitkan dahinya dan menanyaiku, "Dari mana kau, Lee Sungmin? Kelas sudah dimulai 5 menit yang lalu."
Aku membungkuk lagi, "Maaf, Pak Han, aku mendapat sedikit masalah di toilet tadi. Hmm, tidak ada tissue…"
Seluruh kelas meledak dalam tawa, begitu juga Hangeng Hyung.
"Baiklah, Sungmin, kutoleransi untuk yang satu itu. Kembalilah ke kursimu."
Aku tersenyum dengan canggung dan kembali ke kursiku.
Lagi-lagi si Kyuhyun mengejekku, "Babo."
Kubalas saja dia dengan bahasa Jepang, "Baka!"
###
Pada waktu makan siang, aku berjalan sendiri ke kantin karena Leeteuk ingin mengunjungi pacarnya yang sakit, Kangin, di asramanya. Kuhela nafasku dengan menyedihkan dan mengambil sebuah nampan sebelum bergabung ke antrian.
Tiba-tiba, aku melihat sesorang familier dengan figur tinggi di depanku. Kutepuk pundaknya.
"Hey, Siwon!" Kusapa dia.
Dia memutar tubuhnya dan memberiku senyum berlesung pipinya yang menawan (di mataku dia lebih menawan dari pada Leeteuk), "Hey, Sungmin. Kita bertemu lagi."
"Bagaimana kelasmu?"
"Kelasku menyenangkan." Dia menjawab, "Semua orang sangat ramah. Aku menyukainya."
"Baguslah! Aku senang kau betah di sini."
Dan sesuatu yang keras menghantam kepalaku, menghancurkan suasana indah itu.
JDUGG!
"Aaagh!" Aku berteriak, memegang kepalaku.
"Maju, Kelinci bau! Kau menghalangi antriannya."
Gah! Aku tahu itu suara siapa!
"Yah! Cho Kyuhyun! Bisa-bisanya kau memukul kepala berhargaku dengan…" Kulihat dulu apa yang dia gunakan, "nampan…? Yah! Itu sakit tahu, dasar culun!"
Dia membenarkan kacamatanya dan memeletkan lidahnya padaku, "Bleh! Apa peduliku?"
"Cho Kyuhyun…?"
Kupandangi Siwon dengan kaget, "Ha?"
Kyuhyun melihatnya juga, "Ya, itu namaku, kenapa?"
Siwon tersenyum dengan lebar, "Cho Kyuhyun? Ini benar kau?"
Ha? Sebentar dulu! Siwon kenal si Culun bodoh itu?
Kyuhyun memandanginya dengan curiga dan menjawab, "Iya, itu namaku. Aku sudah bilang, 'kan?"
"Yah! Sudah lama tidak bertemu!" Siwon menepuk-nepuk pundak Kyuhyun.
Sebentar! Siwon betulan kenal si Kyuhyun?
"Hmm…?"
Aku melihat Kyuhyun, tidak percaya. Laki-laki dengan aura pangeran, Choi Siwon, kenal si Bodoh Culun berkacamata, Cho Kyuhyun?
"Yah! Ini aku Siwon! Choi Siwon! Ingat tidak?"
Kyuhyun memandangi langit-langit sebentar sebelum menjentikkan jarinya, wajahnya berseri-seri.
"Choi Siwon? Siwon? Wah! Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
Bagus sekali. Benar-benar bagus sekali, ya. Mereka mengibrol dengan gembira sementara aku dianggap tidak ada di sini. Bagus!
"Oh, Kyuhyun, jadi kau temannya Sungmin juga?"
Mendengar namaku disebutkan dalam satu kalimat dengan si Culun, aku memberengut padanya, "Ehh? Teman?"
Kyuhyun melihatku dengan jijik, aku pun sama saja.
"Bukan!" Kita jawab berbarengan. Kyuhyun mendapat delikkan dari mataku.
"Apa yang akan membuatku menjadi temanmu, hah?" Dia mendesis.
"Hah? Temannya? Dia? Si Culun berkacamata? Kau pasti bercanda, Siwon! Namaku dan nama si Culun itu tidak akan pernah ada dalam satu kalimat, tidak pernah dan tidak akan pernah, selamanya!"
