La conquista y el conquistador
.
Screenplays!official pairing of EXO and other
.
About characters is not mine, just a fic.
.
Aliceao96
.
M
.
Yaoi/BL/Be eL
.
No like, don't read!
.
Summary! :
Guru – Murid; Manajer – Pelayan; Pemilik hotel – Office boy; Dokter – Suster; Dosen – Asisten dosen; Direktur – Sekretaris. kisah penaklukan enam orang namja. Berbagai cara mereka lakukan demi menarik perhatian sang target dan mendapatkan jiwa mereka seutuhnya. Mulai dari cara biasa dan lembut, hingga cara 'luar biasa' dan 'kasar'.
Bagaimana kisah keenam namja itu..? apakah mereka berhasil melakukannya, atau tidak..?
Apakah mereka berhasil menaklukan sang target…?
Atau justru ditaklukan oleh sang target…?
.
.
.
.
Chapter 0.5 [Prolog]
Sesosok namja cantik berpipi chubby melangkahkan kakinya melewati anak tangga. Tidak terburu – buru, dan tidak santai pula. Sesekali, matanya menelusuri foto – foto yang tergantung apik di dinding bercat kuning persik. Tangan kanannya pun tak jarang meraba foto itu dengan penuh perasaan.
Namja cantik itu tersenyum melihat dua namja cantik lainnya yang berada di foto itu. Bersama babanya –suaminya yang tinggi dan tampan (ups!)—, menikmati acara memancing mereka di danau sebuah kampung asri. lima tahun yang lalu.
Ia melanjutkan perjalanannya.
Melangkahkan kakinya melewati lorong yang tidak terlalu panjang. Berbelok ke kanan, dan viola! Matanya telah menemukan dua pintu. Di dinding yang berbeda, dengan warna yang berbeda, dan tanda pemilik yang berbeda.
Menghembuskan nafasnya perlahan.
Pertama - tama, ia pergi ke sebuah pintu berwarna hijau muda. Sebuah pintu yang memiliki gantungan pemilik berbentuk unicorn –kuda bertanduk- dan bertuliskan 'Yi xing' dengan ukiran kuda bertanduk mini di sisi kanannya.
Meskipun namja cantik itu sudah sering melihat tanda pemilik yang tergantung apik di sana, tapi bukan berarti ia tidak akan tertawa kecil. Tentu saja, sudah besar kok masih suka dengan mahkluk mitologi yang pantas disukai anak perempuan?
Mengetuk pintu itu tiga kali, "Yi xing-ah.., cepat bangun."
Sayup – sayup, terdengar suara dengungan kesal di dalam. Namja cantik yang masih memakai apron warna biru tua itu mendecak. "Yi xing-ah.., kau tidak bekerja, sayang..?"
Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka setengah. Menampilkan seorang namja manis berambut pirang lurus dengan potongan pendek yang rapi. Ia mengucek mata kanannya, dan menguap kecil.
Dengan gontai dan masih setengah tidur, ia memeluk namja manis yang telah melahirkannya sejak 22 tahun yang lalu. Mengucapkan selamat pagi dan turun lebih dulu menuju kamar mandi bawah. Sesekali, ia berhenti di jalan karena tubuhnya masih lemas ketika harus bangun tiba-tiba.
Namja berapron yang tetap awet muda itu menggeleng kecil. "cuci mukamu dulu, dan segeralah ke ruang makan. Bantu babamu memakaikan dasi, Yi xing-ah.."
"ya, mama."
Baiklah, si sulung berdimple penyuka unicorn telah bangun. Kini giliran si bungsu; yang harus pakai tenaga ekstra untuk membangunkannya.
Sungguh, gaya tidurnya yang mirip sang baba membuat namja manis itu mencebik; memonyongkan bibir merah muda miliknya dan sang suami.
Seperti biasa. Setelah berjalan beberapa langkah ke pintu di seberang, ia mengetuk pintu tiga kali. "Taozi.., cepat bangun dan sarapan."
Tak ada sahutan dari dalam. Hening yang damai. Namja berambut coklat tua itu mengetuk pintunya lagi, dan kali ini panggilannya dengan suara yang agak dikeraskan. "Taozi…, bangun, sayang. Taozi~"
'Sudahlah!', namja itu memegang handel pintu. "bangunkan dengan cara yang biasa saja." Gerutu namja berusia kepala empat itu.
Pintu yang berwarna putih polos itu terbuka. Gantungan pemilik yang berbentu panda itu bergoyang sedikit, dan tidak lama. Melangkahkan kakinya pada sebuah gundukan yang bertempat di ranjang mungil.
Di bawahnya; tak jauh dari ranjang, bantak dan guling berserakan. Menjadi satu dengan sebagian boneka panda dengan berbagai ukuran dan variasi model di atas permadani hitam. Wangi citrus yang tenang menyapa indra penciuman namja cantik itu. Kebiasaan si bungsu sebelum tidur adalah menyemprot pewangi ruangan.
Tangan mungil itu menggoyangkan sebuah buntalan berlapis selimut bermotif papan catur. Menyeru – nyerukan namanya dan memintanya segera bangun lalu sarapan. Merasa gagal, makan cara terakhir memang harus di lakukan.
Namja cantik itu menghirup nafas dalam – dalam dengan tenang, di dekatkannya bibir plum pada telinga si bungsu yang tampak dari balik selimut, dan berbisik pelan dengan nada mengancam. Membuat sang bungsu bangun dengan mata melotot yang hampir menangis merajuk.
"mama akan membuang semua boneka pandamu ini dan menyuruh baba untuk tidak membelikannya lagi…; jika kau tidak ingin bangun, Taozi sayang."
"tidak! Jangan..! jangan, mama..! hiks! Jangan..!" rajuk Tao sambil bergelayut manja pada tangan kiri sang mama. Mata hitamnya melihat senyum penuh arti mama.
"kalau begitu, cuci muka dan cepatlah sarapan. Mengerti…?"
"um," Tao mengangguk lucu dengan mata melasnya. "mengerti. Janji tidak akan membuang boneka pandaku dan meminta baba berhenti membelikan boneka panda yang baru..?"
Namja cantik itu mengecup sayang dahi Tao, menimbulkan kekehan menggemaskan yang keluar dari bibir curvy anak bungsunya. "mama janji."
.
.
Suara kompor yang dimatikan terdengar nyaring di ruang makan mini tersebut. Sesosok namja sipit berpiyama abu – abu jalan ke arah meja makan dengan gaya tatami –gaya tempat duduk di lantai khas negara sakura- sambil membawa teflon berukuran sedang.
Di teflon itu, ada beberapa daging tipis yang hendak ia letakkan di dua piring yang tertata rapi di meja berbentuk persegi empat berwarna coklat muda. Dan sarapan hari ini pun jadi dan siap, lengkap dengan air putih untuk dua orang, teh untuk hyungnya, dan susu coklat untuk dirinya. Namja bermata bulat bening itu tersenyum puas.
Ingin membawa teflon itu ke tempat pencucian piring, ia mendengar suara parau dari pintu masuk ruang makan mini rumah kontrakan mereka. Sesosok namja bermata sipit dan berambut coklat keemasan berdiri lemas di sana. Mungkin karena jam tidurnya kurang cukup karena ia harus lembur. Menjadi asisten dosen memang melelahkan.
"kau menyiapkannya semua, Kyungsoo-ya..?"
"nde, hyung.." Kyungsoo tersenyum, lalu berjalan ke meja makan setelah sebelumnya meletakkan teflon kotor itu. Namja mungil yang di panggil hyung mendesah berat.
"kenapa kau tidak membangunkan hyung, hm..?" namja berkaus pendek putih tipis dan memakai brief hitam itu duduk di sini dimana ada segelas teh di meja makan itu. Kyungsoo menggeleng, dan ikut duduk juga. Berhadapan dengan hyungnya.
"dan membiarkan hyung hanya tidur selama tiga jam..? oh, ayolah, hyung. Kau tidur empat jam pun masih tetap terlihat lemas dan lelah seperti ini." Hyungnya terdiam. Belum satu pun menu sarapannya ia jamah. "aku tidak ingin membuat hyung lelah. Yah, selama aku bisa melakukannya sendiri, tak apa – apa, 'kan, untuk melakukannya sendiri…?"
Kyungsoo tersenyum tulus. Lalu menempelkan kedua telapak tangannya masing – masing. Diikuti oleh hyungnya pula, dan mereka berdo'a bersama.
"gomawo, Kyungsoo-ya.." lirih hyungnya membalas senyum sang dongsaeng.
"hihihi..," Kyungsoo terkikik senang, "cheonma yo, Baekhyunnie hyung.."
Dalam hatinya, ia merasa senang dan bangga bisa meringankan beban hyungnya. Dalam keheningan yang hangat dan tak canggung, mereka menikmati sarapan pagi sederhana diselingi cerita kecil. Membuat ruang dapur mini itu menggemakan canda tawa khas keluarga antara kakak dan adik yang sesungguhnya tidak sedarah.
.
.
"fiuh! Semuanya sudah beres..!"
Seorang namja dengan apron putih polos dan kain serbet yang melindungi rambutnya tampak tersenyum puas. Ia berkacak pinggang dengan gaya angkuh, sambil mengulum lollipop. Kedua matanya berkilau – kilau melihat hasil kerjanya yang tak pernah mengecewakan.
Meninggalkan ruang tamu yang kini terlihat apik, bersih, dan harum dengan aroma terapi dan bunga tulip sambil membawa ember berisi air dan menggotong pelan di pundak kanannya. Ia menggumamkan lagu eternal flame aransemen Atomic kitten tanpa lirik. Namun tetap menghayati pola nada dan harmonisasi suaranya. Kakinya mengantar namja manis itu menuju kamar gudang di dapur sederhana. Meletakan ember yang telah ia buang ke kamar mandi dapur ke dalam gudang mini berpintu trails warna merah.
Setelahnya, ia beranjak ke luar, ke halaman belakang melalui pintu yang terbagi menjadi dua –satu sebagai jendela, dan satu sebagai pintu-. Berniat ingin menjemur alat pelnya.
Mengadahkan kepala keatas dengan telapak tangan yang mencoba menghalangi sinar matahari, ia berdecak. Tersenyum tipis begitu tubuhnya merasakan hembusan angin pagi yang seolah sedang mengucapkan salam ramah.
"oh, jam berapa sekarang..?" ia tergopoh masuk ke dapur. Lalu matanya menangkap sebuah jam dinding yang tergantung tepak di atas pintu dapur.
"07:00, ya. Baiklah.., saatnya mandi dan berangkat ke rumah sakit."
Berlari kecil dan tak lupa ia membuang tangkai lollipop ke tempat sampah dapur.
.
.
Berlari menjelajahi kamar yang tampak berantakan.
Selimut oren pudar ia biarkan membuntal di sisi ranjang. Bantal yang tidak tertata dengan rapi dan guling yang tergeletak asal di lantai berwarna ungu tua. Beberapa bungkusan snack yang menjadi sampah dibiarkan menumpuk di sudut kamar dekat meja nakas. Baju kotor tercecer dan tergeletak lesu dekat pintu kamar dan pintu kamar mandi. Seberantak apapun kamarnya, tapi satu yang pasti—meja tempat para boneka rusanya tetap steril dari apapun. Bahkan tetap dia di tempat, mengawasi sang pemilik kini sedang memasukkan peralatan apa saja yang harus ia bawa hari ini—mengabaikan kondisinya yang hanya dibalutkan handuk sepaha untuk menutupi daerah privat.
"ok, sudah semua! Sekarang tinggal memilih pakaian!"
Dan berlari lagi ke seberang ruangan menuju lemari bercermin.
Membuka pintu dan langsung memilih pakaian yang tergantung di lemari. Ia terdiam dengan raut wajah serius. Telapak tangannya menopang pipi kanan, dan tangan kirinya menopang tangan kanan. Ia memanyunkan bibir dan mengerutkan keningnya.
Beberapa menit berlalu, dan ia tersadar bahwa ia terlalu menghabiskan lima menit hanya untuk berfikir pakaian apa yang pantas ia gunakan hari ini. Mengerti bahwa waktunya untuk sampai ke tempat kerja tinggal empat puluh lima menit lagi, ia langsung sigap mengambil t-shirt putih bergambar rusa Bambi yang sedang bergaya di tengahnya, rompi jaring abu – abu muda yang panjangnya se-butt miliknya, dan celana ¾ bermotif army.
lima menit ia gunakan untuk berpakaian, lima menit ia gunakan untuk merias wajah (hanya membedaki wajahnya dan memakai eyeliner tipis), tiga menit untuk memastikan tidak ada yang tertinggal di kamar, tiga menit untuk turun ke bawah, dan tiga menit untuk mencapai halte bus dari rumahnya. dua puluh satu menit dan itu belum termasuk menunggu bis dan mengantri.
Ia pasrah jika hari ini telat. Walau ia tahu hukumannya hanya sebatas lembur hingga jam 11.00 malam, tapi tetap saja, pulang larut itu berbahaya (padahal dia namja).
"mungkin aku akan meminta Jiyong untuk mengantarku pulang.." putus namja itu sambil memasangkan headphone bermotif kartun anak rusa di kedua telinganya. Sayup – sayup, terdengar lirik dari alunan lagu they long to be closed to you milik The Carpenter.
Menunggu bus datang dengan sedikit perasaan was-was, takut kalau akan banyak orang datang ke halte ini dan membuatnya untuk mengantri mau tidak mau.
.
.
"kami berangkat Henry mama!" teriak Tao dengan wajah berbinar. Sedangkan 2 namja berbeda umur di dalam mobil itu hanya tersenyum pada namja cantik—Henry yang berdiri di teras rumah. Apron dapurnya kini ia gantung di kedua tangannya yang terlipat rapi di perut.
"sayang! Belikan aku mozzarella pizza dan kue mochi, ya!" pesan Henry dengan antusias. Membuat suaminya menatap heran dan aneh. Sudah kepala empat dan punya anak dua kok masih suka pizza dan mochi..?
Tidak berubah sama sekali.
Di sisi lain, Yi xing cemberut mendengar permintaan mamanya, "kenapa sih, mama masih suka makan makanan yang seperti itu, hn..? apa mama tidak takut dengan kondisi perut mama yang sensitive..?" disusul anggukan polos Tao yang menggemaskan.
Henry terkikik, tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi kikikannya. "mama tidak mau tahu. Pokoknya baba harus membelikannya!"
"yah..," Zhoumi—sang suami, hanya mendesah maklum. "baiklah. Jaga rumah, Henry sayang.. kami berangkat!"
"hati – hati, ya!" Henry menatap kepergian suami dan kedua anaknya yang mulai meninggalkan rumah mereka. Henry menghembuskan nafas pelan dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Tugas rumah tangga lainnya masih menunggu, dan mungkin ia akan meminta bantuan pada Park ahjumma—pembantu satu – satunya dirumah.
.
.
"hari ini kau pulang jam berapa, hyung..?" tanya Kyungsoo yang sedang memakai sepatu converse-nya. Baekhyun yang sedang mengirim pesan singkat pada teman satu jurusannya melirik Kyungsoo sebentar. "jam 03:00 sore. Wae..?"
"ah, tumben, hyung..? kenapa tidak seperti biasanya..?"
"hari ini aku tidak ada tugas mengajar siang pada mahasiswa baru. Kau pulang seperti biasa..?" Kyungsoo mengangguk mengiyakan.
Lalu, mata bulatnya menangkap uluran tangan Baekhyun yang kini berdiri di depannya. "berarti hari ini aku yang pegang kunci." Dan Kyungsoo menyerahkan kunci dengan gantungan penguin pororo di sana. Membuat Baekhyun mencibir.
"ya ampun."
"sudahlah, hyung. Abaikan saja gantungan kuncinya." Kyungsoo beranjak membuka pintu rumah kontrakan mereka. Yang saat itu, bertepatan di mana ia mendengar suara seorang namja yang meminta di belikan mozzarella pizza dan kue mochi.
Kyungsoo mendengus geli, "Huang ahjumma memang penggemar berat kue mochi, ya."
"kau bilang apa, Kyungsoo-ya..?"
"itu, Huang ahjumma, tetangga kita di seberang kanan. Memesan kue mochi pada Zhoumi ahjussi. Hahaha.. ya ampun." Dan mereka berdua kembali tertawa di depan pintu yang telah terkunci.
"kau tahu, Kyungsoo-ya..," mereka berjalan melewati halaman depan mini rumah kontrakan mereka. Bunga ilalang, mawar putih, dan krisantemum—bunga khas jepang— yang tumbuh subur di tempatnya menambah cantik halaman itu.
"aku rindu suasana dapur." Kyungsoo tersenyum senang mendengarnya. Ia tahu, apa maksud perkataan hyung tidak sedarahnya.
"hyung! Aku mau sup miso dan tofu! Oh, kimchi juga, ya, hyung!" pekiknya. Baekhyun tertawa kecil sambil menggembok pagar mereka.
"arra, kalau begitu, mungkin hyung akan pulang telat karena harus belanja. Persediaan dapur kita juga mulai menipis. Kebetulan appa mengirim uang semalam."
"tidak sampai jam makan malam, 'kan..? hihihi."
Baekhyun dan Kyungsoo berjalan menuju halte dengan cerita – cerita ringan yang tetap menjadi kebiasaan mereka di situasi apapun.
.
.
Xiumin terkekeh mendengar interaksi keluarga Huang yang selalu membuatnya merasa semangat. Dengan Huang Henry penggemar setia mochi, Huang Zhoumi yang pengertian pada keluarga sederhananya, Huang Zi Tao dan Huang Yi xing yang freak pada binatang panda dan binatang mitos unicorn, juga Park ahjumma yang setia semenjak Huang Henry melahirkan Tao.
lima tahun yang lalu, Xiumin datang ke komplek ini. Awalnya, ia bersama sang appa dan sang umma. Namun empat tahun yang lalu, mereka harus pindah ke Manchester karena sang ayah dimutasi oleh perusahaannya ke sana. Xiumin yang saat ini sedang kuliah akhir semester dan akan menyusun skripsi, membuatnya harus tetap tinggal di korea hingga sekarang.
Appa dan Ummanya bertetangga baik dengan semua tetangga di sini, terutama keluarga Huang. Karenanya, ia bisa tahu sedikit cerita tentang keluarga Huang dari orang tuanya. Terkadang, orang tua Xiumin meminta tolong pada suami-istri Huang untuk memantau keadaan sang putra tunggal.
Dan hasilnya tidak mengecewakan.
Ketika Xiumin demam tinggi, keluarga Huanglah yang membawanya ke rumah sakit dan membiayainya. Dan dengan tulus, mereka menolak uang ganti dari appanya untuk mengganti biaya rumah sakit. Saat itu, Xiumin merasa bahwa ia tidak sendirian di korea—ketika orang tuanya tinggal di Inggris sana.
Ketika ia sedang mengunci pagar rumah, ia mendengar suara yang memanggil namanya.
Xiumin menoleh sejenak. Dan matanya menangkap kakak beradih tak sedarah; Byun Baekhyun dan Byun Kyungsoo dengan berlari kecil kearahnya. Xiumin pun buru – buru menyelesaikan untuk mengunci pagarnya.
Setelah selesai, ia melepas sejenak lollipop kedua yang ia lumat hari ini.
"pagi, Baekhyun, Kyungsoo.."
"pagi, Xiumin hyung. Mau ke halte bersama..?" tawar Kyungsoo yang diangguki Baekhyun. Xiumin tersenyum. "kajja.., sebelum banyak antrian di halte."
.
.
Luhan menggerutu dengan antrian bis yang membuatnya tambah terlambat. Ingin sekali ia melakukan tindakan egois—mendorong orang yang menghalanginya ke tengah jalan untuk naik bis dan membiarkannya pergi lebih dulu dari halte ini. Ok. Itu sedikit psikopat juga kalau dipikir – pikir. Maka dari itu, Luhan bergidik dan menggelengkan kepalanya perlahan.
Mencari ide yang 'normal' untuk menyingkirkan antrian di depannya.
TIIN! TIIN!
Luhan terlonjak. Ia menoleh ke kanan, ke sumber suara klakson yang sedikit memekakkan telinga beberapa orang di sana. Walaupun tidak keras, namun jika ada suara nyaring di tempat yang hening membuat siapapun merasa kaget.
Sambil mengumpat dalam hati, ia melihat kaca jendela mobil bagian depan dan belakang turun perlahan. Menampilkan dua namja yang tersenyum ramah, dengan namja setengah abad sedang menikmati roti bakarnya. Luhan membeo.
"kalian..?!"
"hai, Luhan hyung!" sapa Tao dan Yi xing dengan nada suara yang berbeda. Tao yang selalu semangat dan Yi xing yang selalu kalem. "mau ikut kami..? kami antar sampai hotel..!"
"sungguh..?!" Luhan berjingkat tersenyum. Mengabaikan beberapa orang yang terpana dengan kehadiran tetangganya. Yi xing mengangguk, lalu menyuruh Tao menggeser tempatnya duduk, dan Tao menurutinya.
"kajja! Masuklah Luhan hyung! Nanti kau terlambat!" ucap Tao sambil menepuk tempat kosong di mobil sedan metalik itu. Luhan mengangguk dan beranjak untuk masuk ke dalam mobil. Mengabaikan tatapan dan ungkapan iri orang – orang sekitar.
"pagi, ahjussi!" sapa Luhan. Zhoumi melirik dan mengangkat roti bakarnya yang entah ke berapa. Berniat memberitahu bahwa ia menawarkan sarapan paginya.
"sarapan, Luhan..?"
"gomawo, ahjusshi. Tadi sudah sarapan di rumah."
"baba~ jangan makan terus! Cepatlah. Nanti Xing terlambat.." rajuk si sulung Huang. Zhoumi terkekeh sambil mengangguk. Lalu menjalankan mobil yang ia miliki sejak 10 tahun yang lalu.
"mm.., maaf kalau merepotkan kalian." Lirih Luhan.
"apa..?" Tao membeo. "mengantarkanku. Yi xing bilang dia sedang terburu – buru. Takut terlambat." Jelas Luhan.
"tidak masalah." Jawab sang kepala keluarga. "kami senang membantu, kok."
"ya! Seperti baba dan mama yang menjaga Xiumin gege waktu demam!"
"Xiumin ge..? oh, yang waktu itu kalian ribut agak panik itu, ya?"
"waktu itu, Xiumin demam tinggi. Jadi kami harus buru – buru membawanya ke dokter." Jawab Zhoumi. Ia menyalakan radio mobil yang menyetel lagu pop yang disiarkan stasiun radio.
Luhan tertegun. Masih ada tetangga yang peduli dengan tetangganya sampai sejauh itu di jaman sekarang, gumamnya dalam hati. Lalu ia tersenyum dan merangkul tubuh Tao yang sedang bermain game dari ponselnya.
"kalian tetangga yang berharga dan langka."
"..yah.., pujian manismu unik juga, Luhan." Kekeh Zhoumi.
.
.
Xiumin tertegun dengan kehebohan di ruang khusus para perawat. Beberapa perawat yeoja berbisik satu sama lain, lalu cekikikan sok cantik. Ada juga para namja yang sibuk berdebat tentang seseorang yang berhubungan dengan profesionalitas dalam bekerja.
Selesai meletakkan tasnya ke dalam loker yang telah tertempel stiker makanan dan membawa pakaian perawat, ia berjalan kearah Myungsoo, salah satu perawat yang ikut beradu debat tentang seseorang itu.
"ada apa, sih..? kok semuanya heboh..?"
"oh, Xiumin!" pekik Hoya lalu memeluk Xiumin. Mengabaikan deathglare mematikan yang dilayangkan perawat pria di sana. Padahal Xiumin menyadari hal itu. "menurutmu, dokter muda itu bekerja lebih baik dan pro sama seperti dokter yang sudah berpengalaman..?"
"apa?"
"kau tahu," sela Sunggyu. Ia merangkul Hoya dengan akrab, setelah Hoya melepaskan Xiumin dari pelukannnya.
"akan ada dokter muda baru di sini. Dan kaulah yang menjadi asisten dokter muda itu, Xiumin! Chukkae, nde..!"
Xiumin membeo. Mengabaikan tatapan iri dari perawat yeoja di sekitarnya. "hah..?"
.
.
Baekhyun mengernyitkan dahinya ketika aula yang sedari awal menjadi tempat apel ceramah—kebiasaan sang rektor universitas di awal bulan— kini seolah menjadi ajang siapa yang memiliki suara teriakan paling 'mempesona'. Sambil menatap ke depan dengan wajah ingin tahu, Baekhyun menyenggol teman—sunbae satu kelas—di sebelah kanannya.
"su-ah.., ada apa, sih..? kok jadi heboh begini?"
"um, kau tak tahu..? hari ini ada seorang dosen muda baru yang akan mengajar kelas kita." Jawab namja manis dengan suara lumba – lumbanya yang khas.
"eh..? di tengah semester ini ada dosen baru..?" Baekhyun mengerjapkan matanya bingung.
.
.
Yixing berjengit kaget ketika ruangnya kini hampir sesak karena berkumpulnya orang – orang kantor. Sepertinya ada sesuatu di ruang direktur perusahaan tempatnya bekerja. Tapi apa..? sesuatu apa yang membuat ruangannya terlihat seperti arena tempat lelang barang..?
Setelah meletakkan tasnya di meja dan beranjak duduk dengan manis. Detik ketiga setelah duduk, ia menggebrak meja kerjanya agak keras dengan tempat alat tulis. Membuat beberapa orang di sana kaget dan menoleh kearahnya dengan wajah kesal.
"ada apa, Yi xing-ah..? kenapa wajahmu kusut begitu, hm..?" tanya Yoochun dengan gaya playboynya. Ia beranjak menjauh dari kaca buram tempatnya ia akan mengintip sesuatu bersama rekan lain.
Duduk di sisi mejanya dan menepuk pundak Yi xing. "aku akan mengeluarkan mereka." Ungkap Yoochun yang tahu penyebab kesalnya namja cina yang sudah dua tahun menjadi sahabatnya.
"kalau begitu cepatlah, Yoochun hyung. Kepalaku jadi pusing mendengar keributan aneh mereka. Sebenarnya ada apa, sih..?"
"oh. Kau sekretaris direktur perusahaan ini tapi tak tahu apa yang terjadi..?"
"hyung. Langsung ke intinya saja."
"baik, baik.. singkirkan wajah ancaman gagalmu itu, xing. Ah, kau tahu..? kau mendapatkan bos baru hari ini. Kim sajangnim sudah pensiun dan sekarang di gantikan dengan anaknya yang baru pulang dari New Zealand."
Mata Yi xing membulat lucu. "direktur baru..?"
.
.
Drt! Drt! Drt! Pling!
[you have 1 new messages]
[open now] [close and save] [delete]
Kyungsoo mengerutkan dahinya begitu melihat pesan dari seseorang yang ia kenal. Jarang sekali orang ini mengirim pesan di pagi hari, gumamnya pelan sambil terus berjalan dan menyeruput hot cappuccino-nya. Ibu jari kanannya menekan layar yang bertuliskan 'open now'.
From : Himchannie hyung
Subject : manajer baru!
Text : Kyungsoo, jam berapa kau pulang kuliah? Kita akan mengadakan pesta
Penyambutan untuk manajer baru café! Manajer kita yang lama mengundurkan diri
karena keinginannya sendiri, dan beliau menyuruh anak dari temannya
menggantikannya. Kalau bisa, datang ke café sebelum jam 02:00 siang! Karena
manajer baru kita datang jam 05:00 sore. Arraseo..? (^u^)
[replay] [delete] [back]
"huh..? manajer baru..?"
Kyungsoo mengedikkan bahunya dan kembali menyimpan ponsel di saku kemeja biru dongker berlengan pendek yang ia kenakan. Setelah sebelumnya ia membalas pesan dari sang pattisier-cake chef yang telah ia anggap hyungnya sendiri.
Mengingat bahwa sebentar lagi kelas pertamanya dimulai, Kyungsoo berjalan agak cepat menyusuri lorong kampus yang mulai sepi.
To : Himchannie hyung
Subject : [re-play] Manajer baru!
Text : tentu, hyung. Aku pulang jam 12:30 hari ini. Aku penasaran, siapa yang jadi
manajer baru kita. Kuharap dia orang yang baik seperti manajer Lee.
[send] [save] [back]
Drt! Drt! Drt! Pling!
[your message have been received]
.
.
Luhan bingung menatap teman seprofesinya. Semua merapihkan pakaian status masing – masing. Bagian resepsionis yang sedang belajar tersenyum dengan sempurna melalui cermin mini masing – masing, lalu para pelayan yang merapikan vest juga kemeja putihnya, para koki yang sedang membenahi rambut dan topi chef, dan para office boy yang sudah stand by dengan rapi. Bahkan sepatu pantofel putih mereka yang biasanya ada noda atau debu, kini sudah bersih dan bersinar.
"ada apa ini..?"
Seorang namja bermata kucing yang berpakaian chef itu memicingkan matanya. Lalu berkacak pinggang, "yak! Luhan! Cepat kau ganti pakaianmu dan segeralah kemari! Kita akan menyambut pemilik baru 'GROWL co. hotel & restourant'! palliwa!"
Dengan sedikit berlari karena teriakan melengking milik namja manis berstatus 'istri' dari Lee Jinki—manajer hotel bidang resepsionis cabang Cina—. Dengan raut wajah bingung, ia bergumam kecil.
"siapa, ya..? kok mendadak begini penyambutannya..?"
.
.
Tao mengabaikan bising kelasnya yang di dominasi oleh yeoja. Lebih tertarik menyeruput susu kotak rasa strawberrynya yang beberapa menit lalu ia beli dari vending machine kantin. Sesekali, matanya menyusuri kelasnya. Di mana teman – temannya sudah stand by di bangku masing – masing; walau masih dengan kegiatan bergosip para geng yeoja sekelasnya.
Tidak seperti teman sebangkunya yang merajuk terganggu dengan bising mereka. Sama dengan teman namjanya yang lain.
"Taozi.., kau tidak merasa terganggu, eih..?"
"buat apa..? yang mereka lakukan," Tao menunjuk salah satu geng yeoja di kelasnya. "itu biasa meraka lakukan sebelumnya, 'kan..?"
Namja manis teman sebangkunya itu mengangguk ringan. "tapi apa yang mereka bahas sedikit berbeda. Bukan lagi mascara yang dihargai diskon, atau sunbae – sunbae tampan yang mereka maksud."
Tao mengedikkan bahunya, lalu menatap ke jendela. Melihat gumpalan awan putih yang membentuk sebuah naga lengkap dengan sayapnya. Tao terpana dan kagum.
"aku tidak peduli. Eh, Taemin! Awan itu bagus, ya! Bentuknya dragon!"
"mana? Mana?"
.
.
Di tempat yang berbeda dan timing sang sama, kelima pria maskulin dengan aura feromonnya masing – masing melangkahkan kaki menuju tempat yang menjadi tujuannya. Beberapa dari mereka tampak tersenyum dan membalas sapaan orang sekitar dengan ramah.
Berjalan dengan santai namun mengesankan aura keangkuhan yang terpampang sempurna dari kelima namja yang berusia hampir sama dengan yang lainnya.
.
.
Namja berkulit putih agak pucat dari yang lain mendekat ke gerombolan bawahannya yang stand by dengan senyum masing – masing. Tidak membalas senyuman bawahannya, kedua matanya menyusuri bawahannya tanpa satupun yang luput. Termasuk Luhan dengan bola matanya yang membulat dan kedua tangannya yang menutupi daerah bibir.
"Ya Tuhan..," lirihnya. Matanya berkaca – kaca dan perlahan pipinya merona manis.
"Annyeong. Oh Sehun imnida. Bangapseumnida. Mulai hari ini, akulah pemilik GROWL co. hotel & restaurant ini. Mohon bantuannya." Pemilik baru itu tersenyum kecil. Mengakibatkan pekikan kecil yeoja bawahannya.
"Sehun.., Sehunnie…,dia tampan.." Luhan menatap Sehun dengan intens.
.
.
"hei! Masing – masing siap di posisi! Dokter muda itu sebentar lagi datang!" koor salah satu perawat yeoja yang terlihat excited. Dan yang lain langsung siap pada posisinya masing – masing dengan sedikit gugup. Terutama Xiumin, yang merupakan asisten dokter baru ini.
Cklak!
"wah! Kejutan sekali kalian berkumpul di ruanganku..!" sahut namja berkemeja putih dengan garis horizontal berwarna hitam—senada dengan celana kain dan sepatu pantofelnya.
Semua yeoja yang berada di sana menahan nafas dan tersenyum bahagia. Berbeda dengan Xiumin yang hanya berwajah terkejut dengan pipinya yang merona tipis.
Dokter muda itu memasuki ruangannya dengan perlahan, mengedarkan pandangan matanya ke ruangan yang akan ia tempati untuk bekerja. Membungkuk sedikit dengan kepala yang masing menhadap ke para perawat namja dan yeoja di divisinya, ia menyapa dengan suara agak rendah.
"halo. Nama saya Kim Jongdae. Tapi kalian bisa memanggil saya Chen hyung jika tidak dalam kondisi formal. Seperti yang kalian ketahui, aku dokter baru bidang penyakit organ dalam. Mohon bantuannya."
Xiumin menelan saliva begitu mendengar suara husky dokter baru yang menjadi penanggung jawabnya. Pipinya memanas dan tubuhnya terasa lemas.
.
.
"kenapa ribut sekali, hm..? apa kalian tidak bekerja di tempat masing – masing..?" namja itu tersenyum ramah dengan tubuh yang menyender di kusen pintu ruangannya. Kedua tangannya terlipat dan ia tempelkan di depan dada.
Membuat semua yeoja dan namja berstatus uke menjerit tertahan di sana. Berbeda dengan Yi xing yang hanya terperangah melihat direktur barunya. Jantungnya berdegup kencang melihat rupa dan gaya atasannya yang terlihat menggoda.
"ah ya," pria itu berdiri tegap. "saya belum memperkenalkan diri, ya. Maaf, saya baru memperkenalkan diri pada kalian sekarang, sebab saya sudah lama datang ke kantor ini. Dan kalian tahu—kalian tentu belum datang, 'kan..?"
Semua karyawan di sana mengangguk. Pria itu berdeham, lalu membungkuk tak lama.
"Annyeong. Kim Joonmyun imnida. Tapi kalian bisa memanggil saya Suho jika tidak dalam kondisi formal. Saya direktur baru perusahaan ini. Dan mohon bantuannya."
"tentu saja sajangnim!" koor beberapa yeoja di sana. Joonmyun—atau Suho terkekeh.
"oh ya, terima kasih. Selamat bekerja semua."
Namun pergerakan langkahnya untuk kembali memasuki ruangan terhenti sesaat. Ia menoleh kearah gerombolan karyawannya yang belum beranjak dan tersenyum ramah.
"untuk sekretaris saya, saat ini saya tunggu di ruangan. Dan ya, kalian, selamat bekerja."
.
.
"dan sebelum pembiasaan apel bulanan kali ini, ada pengumuman penting hari ini. mulai hari ini, universitas tercinta kita mendapatkan dosen baru yang berpengalaman. untuk pengenalan lebih lanjut, mari kita sambut beliau..," sang master of ceremony bergeser ke samping kanan. memberikan tempat pada sesosok pria jangkung berjas biru dongker. pria itu tersenyum manis dan melambaikan tangannya.
membuat beberapa yeoja dan namja berstatus uke menjerit tertahan melihat hal itu. dan sebagian lagi hanya terdiam shock dengan pria tampan yang mulai hari ini menjadi dosen sekaligus penyegar mata bagi mereka dan mahasiswa lainnya.
mereka sudah terlalu kenyang dengan dosen berumur—
—termasuk Baekhyun yang kini menggigit kecil bibir bagian bawahnya.
"perkenalkan. nama saya Park Chanyeol. saya lulusan Tokyo University setahun yang lalu. saya akan mengajar mata kuliah social bidang manajemen. mohon bantuannya."
dan setelahnya, terdengar pekikan bahagia dari mahasiswa jurusan manajemen.
.
.
Lee seonsaengnim; guru bimbingan konseling yang memiliki badan berisi menjurus ke montok, melongokan kepalanya ke dalam. ia tersenyum hingga menampilkan gigi kelinci khasnya. "boleh seonsaeng masuk, eh..?"
"oh, Lee Seonsaengnim. boleh kok, seonsaeng." angguk beberapa namja dan yeoja yang menyadari keberadaannya. dan setelah diberikan izin basa – basi, ia melangkahkan kakinya yang dibalutkan celana kain berwarna hitam ke kelas Tao. disusul dengan sosok pria tinggi dengan rambut pirangnya yang tampak mencolok.
lalu, terdengar pekikan tertahan dari beberapa yeoja dan namja uke yang membuat Tao mengalihkan perhatiannya dari kegiatan mengamati bentuk awan. saat itu, kedua matanya, bertumbuk dengan tepak pada sepasang mata yang memiliki alis tebal; yang kebetulan juga sedang menatap kearahnya.
Tao merasakan tubuhnya menghangat dan tanpa sadar, ia menggigit bibirnya kecil.
"nah, perkenalkan guru sekaligus wali kelas baru kalian." prolog Sungmin—guru konseling sekolah tempat Tao menimba ilmu.
Kris menunduk sedikit. lalu, tanpa senyum dan masih melirik kearah Tao, ia mengucapkan salam dengan nada datar dan terkesan dingin yang membuat beberapa murid terkesan dengan suara husky-nya.
"Annyeonghaseo. Wu Yi Fan imnida. saya kelahiran cina dan besar di kanada. lulusan Oxford university dan mulai hari ini saya akan menjadi bahasa inggris sekaligus wali kelas kalian selama setahun. mohon bantuannya."
sedetik setelahnya, disusul teriakan antusias dari beberapa yeoja yang overacting dengan pria tampan idola baru mereka.
.
.
kelima pasang mata dengan warna mata berbeda itu bergerak gelisah. tubuh mereka bergetar kecil. ditambah dengan gejolak aneh yang bersumber dari perut sekaligus hati (dalam konteks lain) mereka. gejolak aneh yang terasa menyesakkan, memabukkan, hangat dan entah kenapa mereka menyepakatinya menjadi candu utama dalam hati.
jantungnya berdetak cepat ketika mata itu menatap tajam mata mereka. seolah ingin menusuknya, mengoreknya lebih dalam—dalam—hingga terdalam.
"he must be mine.." tanda mereka dalam hati.
kepala mereka berlima menunduk perlahan di timing yang sama. dengan kedua tangan yang menutupi mulut mereka, tanpa diketahui orang – orang sekitar; terdapat seringai kecil yang tampak menggoda sekaligus mematikan.
"must be mine.."
matanya yang terkatup karena ingin focus mengambil oksigen yang entah kenapa sempat susah untuk menghirupnya kini terbuka.
berkilat cantik.
"MINE." bisik mereka amat kecil.
.
.
[To be continued]
.
.
A/N :
#BackgroundMusic : Blah blah blah Ke$ha
belum juga yang satu itu diselesaikan #lirikdaftarficdibawah.., nambah lagi ficnya. ah, ya sudahlah! daripada idenya pergi—minggat dan ngambek karena nggak diperhatikan(?), Al ketik saja.
dan, WOW!
baru prolognya saja sudah 4K+…!? bagaimana dengan per-chapter-nya..?!
jangan- jangan, bisa lebih banyak daripada ini..!
(atau juga malah lebih sedikit daripada ini..#bisikbisiktetangga #digaplok)
oh, sudahlah!
mind to review…? :3
