Please Say "I love U"
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : NaruSaku, SasuIno, SaiHina
Genre : Friendship/Humor
Warning: OOC, there may be a typo, humornya mungkin engga terlalu kerasa, bahasanya juga engga terlalu formal, etc
.
.
.
Ting Tong …
Terdengar suara bel berbunyi yang memastikan ada orang yang sedang menunggu diluar.
Clek!
"Maaf menunggu lama. Apa yang lain sudah datang?" tanya seorang wanita berparas cantik walaupun sudah cukup berumur, dengan anak gadis disampingnya yang berambut pink panjang terikat dua. Mereka pun memasuki ruangan yang diarahkan oleh Shizune, wanita yang juga tinggal dirumah ini.
"Sakuraaaaa!" histeris dua gadis berambut blonde panjang terkuncir kuda dan gadis bermata indigo lembut. Mereka bertiga saling berpelukkan seperti serasa sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Maaf ya kami terlambat, kalian tau kan suamiku sangat lelet, hehe," ucap Ibu Sakura, dan yang lainnya memaklumi.
"Oh ya Shizune, mana Tsunade?" tanya Ibu Ino yang sudah bosan menunggu cukup lama.
"Sebentar lagi dia sampai kok, tunggu ya," jawab Shizune.
Ya, mulai saat ini Sakura dan dua sahabat karibnya, Hinata yang bermata indigo dan Ino yang berambut blonde, tinggal dirumah ini untuk sementara waktu sampai mereka lulus sekolah disekolah baru mereka. Mengapa mereka dititipkan dirumah ini? Alasan para orangtua mereka adalah rumah yang akan anak mereka tempati ini dekat dengan sekolah mereka, jadi anak mereka dapat bersekolah dengan baik dan lancar dari kemacetan (?), yah pokoknya seperti itulah, kalau nanya kenapa lagi atau bingung jawabannya kayak gitu, mending jangan tanya deh soalnya saya juga tidak tahu -.- Lagipula mereka juga percaya kepada Tsunade, wanita yang bertanggung jawab kepada tiga gadis itu yang akan tinggal dirumahnya, karena Tsunade adalah sahabat dari masing-masing orangtua dari Sakura, Ino dan Hinata.
Dari luar terdengar suara gercitan ban mobil berhenti didepan teras rumah. Shizune langsung melihat dibalik jendela dan tau bahwa itu adalah Tsunade. "Semuanya, ka Tsunade sudah pulang," seru Shizune.
Tsunade langsung membuka pintu dan memberi salam kepada semua tamu yang ada dirumahnya.
"Hai semua, maaf kalian pasti menungguku lama."
Beberapa jam bertamu akhirnya para orangtua pun berpamitan pulang. Kini hari sudah gelap alias malam. Sekarang Tsunade dan Shizune akan memberitahu kepada Sakura, Hinata dan Ino dimana kamar mereka masing-masing.
"Baiklah ini kamar Sakura, ini kamar Hinata, dan yang disana kamar Ino," ucap Tsunade sambil menunjukkan arah kamar mereka. Jadi, jika kalian naik ke tangga rumahnya dan telah sampai di lantai dua, nah! Disebelah kiri adalah kamar Sakura dan sebelah kanan kamar Hinata, sedangkan kamar Ino berada didepan yang jendelanya menghadap ke teras depan rumah.
"Kalau kamarku berada disebelah kamar Ino, dan Shizune berada disebelah Hinata. Dan jangan sungkan untuk bertanya kepadaku atau Shizune, kalian mengerti?" tanya Tsunade. Ketiga gadis itu mengangguk menandakan 'mengerti'.
Akhirnya mereka masuk ke kamar masing-masing dan bersiap diri untuk hari esok di sekolah baru mereka.
Pagi telah menjelang …
Sakura, Hinata dan Ino pun bersiap diri untuk berangkat ke sekolah baru mereka. Setelah sarapan, mereka pun berangkat ke sekolah diantar oleh Shizune, adik dari Tsunade.
"Sakura! Cepatlah, Hinata dan Ino sudah diluar!" teriak Shizune dari teras memanggil Sakura yang masih berada di dalam rumah.
"I-iya iya! Aku datang!" seru Sakura yang akhirnya keluar sambil membenarkan sepatunya dan roti yang masih ada didalam mulutnya. Sudah menjadi kebiasaan Sakura seperti itu, lelet! Maklumlah, sudah keturunan.
"Ok! Kita berangkat sekarang!" seru Shizune sambil membuka pintu mobilnya.
"Hai, hai tetangga!" teriak nyaring suara berat dari seorang pria berambut putih aneh dari dalam mobil bututnya.
"Oh, tuan Jiraya. Selamat pagi," salam Shizune sambil menundukkan kepalanya.
"Ya, ya selamat pagi, Shizune. Wah! tamu kalian sudah datang rupanya," ucap Jiraya.
"Hn, mereka baru datang kemaren sore. Ayo perkenalkan diri kalian!" perintah Shizune.
"Aku Ino Yamanaka, salam kenal."
"Namaku Hinata Hyuga, salam kenal."
"Sakura Haruno, salam kenal Pak …"
"Eit, eit, eits … Don't don't call me 'Pak', panggil saja Jiraya atau …. Ji-ra-ya (?)."
"Aaah, lupakan saja. Tapi ingat jangan panggil Pak."
"Baik Pak!" ceplos Sakura sambil hormat, "Eh, eh maksudnya Jira … Jira apa tadi?" kedua temannya hanya bisa menahan tawa karna kecerobohan teman mereka ini.
"Hehe … Oh ya, sekarang mereka akan berangkat ke sekolah baru mereka." Seru Shizune melanjutkan percakapannya.
"Oh, begitukah! Apa mereka akan satu sekolah dengan anakku?" tanya Jiraya penasaran.
"Iya, mereka akan sekolah di tempatnya bersekolah juga. Err … kalau engga salah nama sekolahnya ..."
"Konoha Gakuen," seru suara anak laki-laki yang sepertinya baru datang untuk mengacaukan percakapan Jiraya dan Shizune.
"Konohamaru?" tanya Jiraya dengan wajah bingung.
"Hai ayah!" sapa yang ditanya dengan tampang tanpa dosa.
"Hei hai! Hei hai! Apa yang kau lakukan disini bocah bodoh ! Seharusnya kau sudah berada di sekolah, kan!" geram Jiraya yang kesal karena kenakalan anaknya satu ini.
"Untuk apa aku berangkat pagi, kalau akhirnya tujuan akhirku bukan ke sekolah," kata Konohamaru sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah kesal.
"Ap-apa kau bilang!" Jiraya langsung keluar dari mobilnya dan menggerek paksa anaknya masuk ke dalam mobil, "kau ini benar-benar ya! Baiklah, aku akan mengantarmu ke sekolah sambil menggerekmu ke dalam kelas!"
"APA? Tidak tidak! Itu sangat memalukan tau! Sudah lepaskan aku, ayah !" teriak konohamaru sambil sekali-kali mencoba melepaskan tangan ayahnya dari kerah seragamnya.
Akhirnya Konohamaru pun menyerah dan Jiraya berhasil memasukkan anaknya ini ke dalam kursi penumpang di mobilnya. "Hah … Kalau begitu kami duluan ya. Sampai jumpa!" seru Jiraya lalu menancap gasnya.
"Ya … sampai jumpa," ucap Shizune dan yang lainnya sambil melambaikan tangan mereka dengan wajah tampak sweatdropped, "kita berangkat sekarang."
"Dasar pria bodoh," gumam Tsunade yang ternyata melihat percakapan mereka tadi dari balik jendela ruang kerjanya.
Sekarang Shizune dan tiga gadis ini sudah sampai ditujuan mereka, Konoha Gakuen. Saat mereka sampai, Shizune langsung membawa Sakura, Ino dan Hinata ke ruang kepala sekolah, setelah itu Shizune berpamitan untuk kembali pulang.
Sekarang tiga sahabat ini sedang mencari kelas mereka di sepanjang lorong di sekolah baru mereka. Sekolah baru mereka ini lebih besar dari sekolah mereka sebelumnya, dan pastinya mayoritas siswa-siswinya berasal dari kalangan anak dari orang-orang kaya, seperti pejabat atau pengusaha yang sukses. Sangat beruntung mereka bertiga dapat diterima di sekolah ini, mungkin karena otak mereka yang cukup pintar.
Akhirnya mereka bertiga menemukan kelas mereka. Catatan, mereka ditempatkan di satu kelas. Sakura mengambil tempat duduk kosong yang berada di dekat jendela kursi nomer dua dari belakang, kalau Ino menempatkan di samping Sakura dan Hinata di depan Sakura.
Tidak lama kemudian bel pun berbunyi. Sakura dan dua sahabatnya mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk pelajaran pertama mereka di sekolah baru ini.
Siswa-siswi yang lain langsung duduk ditempat mereka masing-masing dan pastinya dengan tertib. Sakura, Ino dan Hinata terkagum melihatnya, karena di sekolah mereka sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti itu. Benar benar hebat sekolah ini.
Sakura menghela nafasnya, lalu tanpa sengaja ia melihat masih ada kursi kosong di kelasnya ini, kursi yang berada di samping Ino dan di sebelah siswa yang sedaritadi merebahkan kepalanya dikedua tangannya yang tergeletak di meja, sepertinya dia tertidur. Tetapi, Sakura pun langsung menghiraukan hal itu, dan kembali fokus menunggu guru yang belum datang.
Tiba-tiba Ino mencolek lengan Sakura, "Sak, mana gurunya?" tanya Ino yang sudah kesal menunggu.
"Mana ku tau, ngaret dulu kali," canda Sakura yang di balas tawa oleh Ino.
Tapi, Pak guru yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Suasana kelas pun langsung hening. Saat sang guru sudah berdiri tegak di depan kelas. Dan tanpa aba-aba namun sangat kompak, kecuali tiga murid baru disana, mereka berdiri dan langsung memberi salam, "Selamat pagi, sensei."
"Ya, pagi. Sekarang duduklah!" Sakura, Ino dan Hinata saling tatap-tatapan karena lagi-lagi terkagum dengan hal itu.
Sang guru langsung mulai berbicara kembali, "Anak baru silahkan berdiri dan perkenalkan diri kalian masing-masing." Sakura, Ino dan Hinata yang sadar betul itu adalah panggilan untuk mereka langsung berdiri dengan wajah yang sedikit gugup. "Ya, silahkan, dari kau dulu," guru itu menunjuk ke Hinata.
"Nama saya Hinata Hyuuga, mohon bantuannya," salam Hinata sambil menundukkan kepalanya dengan sopan, ada beberapa siswa yang melihat Hinata dengan mata berbinar-binar.
Dan selanjutnya Ino, "Nama saya Ino Yamanaka, salam kenal dan mohon bantuannya." Hal yang sama terjadi pada Ino. Setelah itu, guru dan siswa-siswi lainnya langsung melirik kearah Sakura, satu-satunya yang belum memperkenalkan diri. "Nama saya …"
Sreeek! "Pagi semuaaa!" teriak suara pemuda dari jendela sebelah Sakura. Jendela?
"Aaaaah!" Sakura terkaget dan akan jatuh jika Ino tidak menahan tubuhnya. Pemuda, atau bisa di bilang siswa itu memanjat pohon yang berada di depan kelas mereka untuk masuk ke dalam kelasnya melewati jendela ini, aneh …
"Uzumaki!" geram guru yang sambil berjalan menuju kearah si Uzumaki. Dan tanpa aba-aba sang guru langsung menjewer telinga siswa badung itu dan mengomelinya habis-habisan.
"Dasar kau ini! Kenapa kau senang sekali datang melewati jendela, Naruto! Dan kenapa kau terlambat, apa lagi-lagi karna ada ibu-ibu seram yang mengejar-ngejarmu, hah!" omel guru itu.
"Akh! aw! Lepaskan dulu jewerannya Asuma sensei, nanti kujelaskan," pintah Naruto dan disetujui oleh guru yang bernama Asuma ini. "Baik, sekarang kau jelaskan!"
"Hem, jadi begini. Sebenarnya pernyataan kau tadi hampir benar. Tapi yang mengejar-ngejarku bukan ibu-ibu yang sangat menyeramkan itu," ucapnya. "Lalu?" tanya guru Asuma.
"Lalu, yang mengejar-ngejarku itu suaminya. Suaminya itu membawa geng motor. Tapi kau tau, mereka semua tidak bisa melawan kecepatan lariku ehehe …" ucap Naruto dengan bangganya sampai-sampai menepuk dadanya yang bidang. "Errrrggh!"
"NARUTOO UZUMAKIII !" teriak guru Asuma yang sepertinya sudah sangat kesal.
"Ha? Apa aku salah bicara?" tanya Naruto dengan sangat polosnya.
Setelah kejadian aneh itu, pelajaran pun langsung dimulai dan sekali-kali Naruto membuat kekacauan kecil. Sakura yang masih teringat kejadian tadi yang dimana Sakura terkaget dengan tingkah Naruto yang benar-benar gitulah. Sakura memang kesal dengan kejadian itu, benar-benar memalukan baginya.
Lalu Sakura mencoba melirik kelakuan Naruto. Tingkahnya yang tidak bisa diam, yang kadang menjahili temannya, contohnya siswa yang dikenal tukang tidur yang tidak sengaja tadi pagi Sakura lihat di pojok kelas, namanya adalah Shikamaru dan lain sebagainya. Sesekali Sakura tanpa sadar tertawa melihat hal konyol yang dilakukan Naruto, dan dengan sadar kembali Sakura langsung memperhatikan papan tulis untuk menutupi kalau Sakura memperhatikan Naruto. Tapi gagal, Naruto mendengar tawa Sakura dan merasa kalau dia diperhatikan sedaritadi.
Bel istirahat tiba. Beberapa siswa-siswi keluar dari kelas untuk menuju kantin atau tempat lain yang biasa mereka datangi, tapi ada juga sebagian yang masih tetap di kelas untuk kembali mengobrol dengan temannya atau membaca novel yang mereka bawa, salah satunya Ino.
"Hai!" sapa manis salah satu siswi bercepol dua yang sepertinya satu kelas dengannya. "Namaku Tenten, kita kan sekelas."
"Oh ya? Hai, aku Ino, salam kenal ya," ucap Ino tidak kalah manisnya.
"Iya, aku sudah tau namamu. Oh ya, mana dua temanmu yang lain, kalau engga salah nama mereka Sakura dan Hinata ya?" tanya Tenten sambil menerawang mengingat nama kedua gadis yang disebut-sebut itu. "Iya, benar kok hehe. Mereka lagi ke kantin, sekalian mau keliling-keliling katanya. Aku malas ikut, jadinya aku di kelas aja deh sambil baca novel."
"Hehehe, Oh ya? Novel judul apa tuh?" tanya Tenten sambil mendudukkan dirinya di kursi depan Ino, atau samping Hinata, yang ternyata adalah kursinya sendiri.
"Judulnya 'If' seru banget deh, udah pernah baca?" tanya Ino.
"Oh 'If'. Iya aku udah pernah baca, emang seru ceritanya, kau juga suka ya?" tanya Tenten balik.
"Suka banget malah. Em kalau itu buku apa?" tanya Ino yang melihat Tenten yang sedang memegang sebuah buku.
"Ini? Ini novel juga, ceritanya seru banget, aku baca sampai lupa waktu," jawab Tenten.
"Haha yang bener?"
"Iya, ceritanya tuh tentang saat-saat dia ketemu dengan belahan jiwanya di bawah pohon sakura. So sweet banget. Eh, katanya ini betulan loh," jelas Tenten.
"Betulan apanya?" tanya Ino bingung.
"Betulan, jadi kalau kita ucapin mantera 3 kali di bawah pohon sakura, kita bakal bertemu dengan belahan jiwa kita. Begitu katanya," ucap Tenten yang sepertinya bersemangat sekali menjelaskannya.
"Betulan iya?" tanya Ino yang sepertinya masih tidak percaya.
"Coba deh kalau engga percaya, soalnya aku coba dan itu berhasil," kata Tenten yang sepertinya akan membuat Ino bisa percaya.
Tidak lama kemudian Sakura dan Hinata pun kembali ke kelas. Mereka langsung menghampiri Ino yang masih mengobrol bersama Tenten.
"Haai! Kayaknya ada yang lagi asik ngobrol nih," canda Sakura.
"Eh kalian udah balik. Oh ya, kenalin ini Tenten," ucap Ino.
"Hai Tenten, salam kenal."
"Hai Sakura, Hinata salam kenal juga."
Akhirnya mereka berempat kembali mengobrol seru-seruan yang membuat mereka makin akrab.
Oo Skip Time oO
Setelah pelajaran dimulai kembali, beberapa jam kemudian bel istirahat kedua kembali berbunyi. Sakura, Ino, Hinata dan juga Tenten menuju ke halaman belakang sekolah untuk memakan bekal yang mereka bawa. Mereka akhirnya memutuskan untuk menempati tempat di bawah pohon sakura yang sepertinya cocok sebagai tempat kumpul mereka.
Disana Ino teringat kembali perkataan Tenten di kelas tadi.
"Kalau kita ucapin mantera 3 kali di bawah pohon sakura, kita bakal bertemu dengan belahan jiwa kita. Begitu katanya."
Ya, itulah kata-kata yang terngiang-ngiang di kepalanya. Sempat Ino mau mencoba hal tersebut. Tapi ia hiraukan niatnya tadi.
Setelah selesai menghabiskan bekal mereka. Mereka pun kembali menuju ke kelas. Di sepanjang koridor kelas cukup ramai, banyak siswa-siswi yang berlalu lalang melewati koridor-koridor yang mereka juga lewati. Saat sampai di kelas, di depan kelas sudah ada Naruto dan teman se-geng sedang memperlihatkan keahlian breakdance mereka. Sakura dan Ino kagum melihat hal itu, sedangkan Hinata hanya menghiraukannya karena Hinata tidak terlalu tertarik akan hal itu. Lalu, Sakura dan tiga kawannya langsung menuju ke kursi mereka masing-masing. Naruto yang akhirnya menyadari ada Sakura di kelas, langsung berjalan menuju kearah Sakura.
Saat Sakura sampai di kursi kelasnya dia langsung memasukkan kotak makannya ke dalam tas. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya. "Hai! Namamu Sakura kan?" dia adalah Naruto, lelaki yang tadi pagi membuatnya terkaget-kaget karena kelakuan buruk si pelaku. Sakura hanya membalas sapaannya dengan senyuman dan kembali membereskan isi tasnya. Ino, Hinata dan Tenten hanya memperhatikan Sakura dan Naruto di tempat duduk mereka masing-masing.
"Namaku Naruto Uzumaki, mungkin kau sudah tau namaku saat kejadian tadi pagi," ucap Naruto sambil menatap langit-langit sambil mengingat kejadian bodohnya tadi pagi. "Kau masih ingatkan saat itu? mana rasa sakit dari jeweran Asuma sensei masih terasa sampai sekarang lagi," dumel Naruto sambil mengusap-usap telinga kirinya.
"Tentu saja aku ingat Na-ru-to, mana mungkin aku lupa pada saat-saat aku dikagetkan oleh orang konyol sepertimu," jawab Sakura yang mengeluarkan rasa kesalnya.
"Apa? Apa katamu tadi?" tanya Naruto yang sepertinya kurang jelas mendengar perkataan atau bisa dibilang ejekkan dari Sakura itu.
"Orang konyol" kata-katanya ditekankan, "emangnya kenapa? Apa ada yang salah?"
"Kau …" Naruto mulai kesal. "Jadi kau mengejekku, hah?" geram Naruto.
"Oh, jadi kau merasa diejek? Kalau begitu, memang benar aku mengejekmu, lalu kenapa hah?"
"Kau ini! Masih anak baru sudah berani padaku!"
"Dan jangan mentang-mentang kau anak lama bisa sombong kepadaku!" kata Sakura yang tidak mau kalahnya ini.
Naruto langsung membalikkan badannya dan kembali menuju teman-temannya yang ternyata sedari tadi memperhatikan pertengkaran dua anak ini. "Kalau tau begini, seharusnya aku tidak perlu menyapa gadis aneh sepertimu," gumam Naruto yang masih didengar oleh Sakura.
"Apa! Tadi dia bilang apa? Gadis aneh? Errgh! Naruto kau sangat menyebalkan!" Ino, Hinata dan Tenten langsung menenangkan Sakura.
"Terima kasih," balas Naruto yang langsung keluar dari kelas bersama teman-temannya dan semakin membuat Sakura tambah kesal.
"Ha? Kenapa dia bilang 'terima kasih'? kenapa dia bilang begituuuu !"
Waktu pulang telah tiba. Semua siswa dan siswi saling berpamitan dengan teman-teman mereka. Sakura yang moodnya masih jelek karena kejadian tadi siang dengan Naruto terus cemberut dan tidak mengucapkan kata apapun selain bergumam mengutuk si pengacau, Naruto.
"Eh, apa Sakura tidak apa-apa?" tanya Tenten yang mengkhawatirkan Sakura daritadi.
"Tenang saja, Sakura kalau lagi kesal memang begitu, suka mengeluarkan aura menyeramkan," jawab Ino.
Tiba-tiba terdengar suara gercikan roda yang semakin mendekat kearah Sakura, dan akhirnya asal suara itu dari skateboard milik Naruto, dan dengan sengaja Naruto menyenggol Sakura yang membuat Sakura hampir terjatuh. Untung saja Sakura bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Ahahaha!" tawa Naruto.
"Akh! Narutooooo ! kau sangat menyebalkan! Sangat-sangat menyebalkaaaaan !"
Oo Skip Time oO
Mereka bertiga pun sampai di rumah. Mereka langsung membersihkan diri dan makan malam bersama Tsunade dan adik tersayangnya Shizune.
"Jadi bagaimana hari-hari kalian di sekolah baru, hem?" tanya Shizune dan Tsunade hanya terus makan dengan cara anggun sambil tetap mendengar baik percakapan mereka.
"So bad!" keluh Sakura sambil makan dengan tampang yang seperti ingin membunuh seseorang.
"Ya, aku bisa lihat," kata Shizune sambil melihat Sakura dengan rasa ngeri-ngeri gimana gitu.
"Sakura mendapat kesan pertama yang buruk dengan teman laki-laki sekelas kami. Iya sih, bisa dibilang anak itu emang menjengkelkan, tapi menurutku kata-katanya tentang Sakura itu benar, hihihi," canda Ino yang membuat semua yang ada di ruang makan ikut tertawa.
"Ih Ino! Jangan bercanda disaat aku seperti ini!" geram Sakura.
"Oh ya, kak Tsunade. Tadi tuan Jiraya menitipkan surat kepadaku, katanya sih surat penting buat kak Tsunade. Tapi kok amplopnya berwarna pink ya?" ucap Shizune dengan polosnya. Disaat itu juga Tsunade yang sedang anggunnya makan akhirnya tersedak mendengar perkataan Shizune tadi, apalagi saat dia bilang kalau amplopnya berwarna pink? Ahaha … Sakura, Ino dan Hinata saja ikut tertawa dan sudah bisa menebak itu surat apa.
"I-iya nanti akan aku cek," ucap Tsunade dan kembali makan dengan tenang, walau masih terlihat semburat merah di kedua pipinya.
Setelah itu, makan malam selesai. Sakura, Ino dan Hinata membantu Shizune merapihkan bekas makan malam tadi. Saat selesai, mereka semua langsung menuju ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Pukul 09.16 PM
Sakura masih belum tertidur di kamarnya. Dia kini sedang merenung di bangku dekat jendela yang terbuka sambil merasakan serpaan angin yang lewat.
Dia masih tidak bisa menghilangkan rasa kesalnya sama sekali. Dia masih terbayang-bayang dengan tingkah Naruto yang menyebalkan tapi terkadang kekonyolannya bisa membuat ia tanpa sadar tertawa. Sakura menghela nafasnya pelan-pelan.
"Naruto ! sangat menyebalkan. Padahal tampangnya lumayan, tapi tetap saja kelakuannya yang menjengkelkan itu membuatku kesal. Err lumayan? Sebenarnya lebih dari lumayan sih. Emm keren. Eh apa yang aku pikirkan? Ih kenapa aku mikir kayak gitu sih? Orang kayak gitu mana bisa dibilang keren. Hah mana mungkin …" gumam Sakura dan akhirnya ia berpaling menatap keluar jendela, dan yang ia lihat pertama kali adalah …
"Ah? Apa itu?" ucap Sakura heran. Ia melihat ada seseorang yang sepertinya seorang pria yang sedang berganti baju dibalik tirai jendela milik pria tersebut.
"Waduh! Ada yang ganti baju, mana keliatan lagi siluetnya dari tirainya itu." Sakura masih memperhatikannya, dia penasaran siapa sih orang di balik tirai itu?
"Siapa sih? Bukannya itu rumahnya pak Jiraya ya? trus itu siapa? Jangan-jangan pak Jirayanya lagi," ucap Sakura yang sedaritadi bicara aneh sendiri.
Dan akhirnya tirai jendela milik pria itu dia buka dan menampangkan si pemilik ruangan. Sakura langsung melihatnya dan terkejut karena dia adalah … "Dia?"
?
.
.
Xx To be Continued xX
.
.
Selanjutnya ….
"Sedang apa kau disana!"
"Bagaimana kalau sebagai hadiah permintaan maaf, kau berkunjung ke kamarku?"
"Ucapkan mantera ini dan kau akan menemukan belahan jiwamu."
"Tapi alasanmu, yang paling aneh."
"Maaf, aku tidak sengaja."
"Apa kau mau jadi model di lukisanku?
Yah itulah sedikit cerita yang bakal ada di chapter selanjutnya …
Apa ada yang penasaran gimana kisah tiga sahabat itu? tapi kalo engga ada yang penasaran, penasaran aja deh biar authornya seneng, ehehe … *pemaksaan*
Oh ya ada pemberitahuan sedikit nih. Sebelumnya maaf dulu ya yang pada udah nungguin cerita selanjutnya di fict ku yang lain. Jadi begini, aku bakalan fokusin ke fict ku yang ini dulu sampai kelar, nanti kalau udah bener-bener complete aku bakal selesaiin fict ku yang lain satu persatu. Jadi maaf lagi yaa bagi para readers hehe (^.^)v
Aku ngaku deh aku sedikit engga bertanggungjawab, tapi tenang aja kok mudah-mudah yang tadi aku omongin bakal selesai kelar-lar-lar …
Ok deh! Segini dulu cingcong ku, semoga fict ku yang satu ini banyak yang tertarik yaaa
Jangan lupa kasih reviewnyaaa … (tapi reviewnya berupa kritik dan saran dan jangan kasih flame soalnya kadang bikin aku down ehe). Oh ya, beri aku review yang bisa bikin aku makin semangat nerusinnya, dan juga biar aku tau apa pendapat kalian tentang fict ku yang satu ini.
Sip sip sip! Salam tantanPYO …
