Kompilasi smut (?) minewt dalam bentuk oneshot (?). Because we love this two so much. And still upset with The Death Cure tbh. But after all, the trilogy is worth reading.


Redamancy

Maze Runner Trilogy Ⓒ James Dashner

Setting : pre - Thomas (sebelum Thomas nongol di Glade); Pairing : papa Minho x mama Newt (?)

Warning : OOC, ok. Newt itu perkasa (?) dan hanya punya soft spot kalau dia lagi sama Minho


Redamancy
A love returned in full; an act of loving the one who loves you.


Dorongan. Hentakan. Dorongan lain. Suara kulit yang bergesekan dengan kulit. Semakin lama terdengar semakin keras di ruangan map yang sunyi saat itu. Dalam keheningan malam. Di antah berantah.

Minho menggeram tertahan. Tubuh Newt berada di bawahnya, berkeringat dan terengah-engah. Kakinya terbuka lebar saat Minho tidak berhenti menghentakkan pinggulnya ke bawah, menghujamkan dirinya ke dalam tubuh Newt. Semakin lama semakin kuat.

"Ahh- Mmnh- Ahh ... Aaahh."

Thrust. Thrust. Thrust. Thrust.

Minho terus menatap wajah Newt yang terlihat kepayahan. Kelopak mata milik pemuda pirang itu terpejam rapat dan erat, kedua tangannya yang melingkar di leher Minho mengepal kuat, bibir pecahnya terbuka, mengeluarkan desahan-desahan dan raungan erotis yang membuat Minho bergerak semakin cepat, semakin kasar, semakin liar.

"Nnghh ... M-Min- aahh ..."

Minho memeluk pinggang Newt dengan erat, mendekap tubuh yang lebih kurus darinya itu dengan sangat kuat sampai ia yakin bekas jari-jarinya akan tertinggal di kulit tipis itu. Bibir pemuda Asia itu sudah menjalar ke leher Newt, mengendus, menjilat, menggigit, menghisap, membuat suara pemuda di bawahnya pecah karena desahannya yang meninggi.

Tubuh Newt terlonjak-lonjak akibat kekuatan dorongan Minho, seperti boneka kain yang terlempar kesana-kemari. Kejantanan Minho yang keras dan besar memenuhinya sepenuhnya. Newt merasa dirinya terbakar dari dalam. Sakit. Rasanya sakit sekali. Namun saat ujung penis Minho menghantam titik kenikmatannya, tubuh Newt menggelinjing hebat. Punggungnya melengkung ke atas dan suaranya kembali pecah.

Minho kembali melayangkan tatapannya ke pemuda di bawahnya, terus-menerus menggempur ke si pirang, menghentakkan kejantanannya masuk dan keluar dari bukaan yang sempit dan kecil itu. Minho, sekali lagi, kembali menunduk. Kali ini ia tidak mengarahkan bibirnya ke leher Newt yang sudah dihiasi banyak hickey namun ke bibir Newt, meredam desahan pemuda itu dengan ciuman ganas dan lapar. Minho melumat bibir Newt dengan kasar, suara gertakan basah kulit mereka pun terdengar semakin keras saat gerakan Minho berubah semakin beringas dan kasar.

Minho melepas ciuman mereka, namun masih mempertahankan wajahnya sedekat mungkin dengan wajah Newt. Di antara dorongan-dorongannya yang berapi-api, ia berbisik pelan. "I love you ..."

"Ahhh ! Aaahh- Min—haahh ! Minho ...!"


Pertama kali Minho melihatnya ... ah, sudah lama sekali. Tidak ada kesan pertama yang berarti.

Yang pasti saat itu Newt masih seorang runner. Lalu ada kejadian bodoh—suicide attempt, yeah—dimana pada akhirnya Newt tidak lagi menjadi bagian dari para runner.

Dan kemudian tiba-tiba dia sudah menjadi runner yang paling pro diantara yang lain dan menjadi leader dari para runner. Well, not a bad achievement, indeed.

Dan sebenarnya, Minho menyukai Newt.

Dia selalu menyukainya.

Minho mencintainya.

Kenapa? Sejak kapan? Minho sendiri sudah lupa.

Yang pasti ada rasa sesal yang menyesakkan di dadanya ketika pertama kali melihat Alby berlari keluar dari maze, tubuh kurus Newt terkulai di lengannya, ada noda darah yang terlihat, dan saat itu Newt tidak sadarkan diri. Minho ingat bagaimana jantungnya berdegup kencang sampai ia merasa bisa mendengarnya secara langsung dari telinganya. Ia berlari menghampiri, sama seperti anak-anak lainnya. Lalu sama seperti Alby, tidak sekalipun ia beranjak dari sisi Newt sampai pemuda itu siuman.

Dan ketika Newt membuka matanya, Minho-lah yang pertama kali memenuhi jarak pandangnya. Saat Alby pergi, entah mengurus apa Minho tidak mendengarkan, ia mendekap tubuh Newt erat-erat, membungkus tubuh ramping itu dengan kedua lengannya dengan sangat erat seolah hidupnya bergantung pada hal itu.

Dan saat itu ia berjanji kalau ia akan selalu ada untuk Newt.

Ia berjanji mereka akan melalui hal ini bersama-sama.

Ia berjanji mereka akan keluar bersama.

Dan ia mengatakannya sambil menggenggam tangan Newt dengan erat.

Dan di malam yang sama pula, ia tertidur di sisi Newt, masih menggenggam tangan pemuda pirang itu dengan sangat erat. Tidak sedetikpun dalam tidurnya ia melepas tangan Newt, tidak juga melonggarkan genggamannya.

Newt tidak mengatakan apapun saat itu.

Namun seulas senyum lembut dengan kilatan cahaya samar dari balik kedua bola mata Newt yang ia terima saat ia bangun di pagi harinya sudah lebih dari cukup bagi Minho. Ia tidak butuh kata apapun lagi.

Hari itu, ada sebuah sumpah bisu yang diikrarkan Minho kepada dirinya sendiri.

Dia akan melindungi Newt. Dia akan selalu bersama Newt. Dia tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Newt.

Dan dia mencintai Newt. Sungguh-sungguh mencintainya.


"Aaahh—haahh ... aaahh, mnghh ..."

Newt memeluk Minho dengan sangat kuat sekarang. Nafasnya memburu diantara desahannya. Seluruh tubuhnya gemetar hebat, terlihat dari kedua kakinya yang masih terbuka lebarrasanya ia bahkan tidak memliki tenaga menggerakkan mereka untuk memeluk pinggang Minho seperti yang biasa ia lakukan.

Minho jauh lebih kasar malam ini. Bukan berarti Minho tidak pernah main kasar. Minho selalu bermain kasar. Sampai keesokan harinya Newt akan berjalan lebih pincang dari biasanya dan akan meringis setiap kali ia mencoba duduk. Tapi toh, Minho tetap seperti itu di malam selanjutnya. Meskipun ia bisa memulainya dengan lembut, dengan hati-hati, pada akhirnya gerakannya akan semakin kasar. Tapi malam ini Minho jauh, jauh, lebih kasar dari malam-malam yang biasanya.

Newt merasa kepalanya berputar. Rasa sakit dan nikmat bercampur jadi satu. Ia susah payah mencoba bernafas. Tenggorokannya sakit. Suara yang dikeluarkannya sekarang menjadi campuran antara desahan dan megap-megap untuk mengambil nafas. Air mata mulai mengalir dari balik kelopak matanya yang menutup erat. Satu tetes. Dua tetes.

Minho tidak berhenti.

Dan Newt tidak protes.

Dia tidak pernah protes.


They are in love with each other.

Entah sejak kapan Newt menyadarinya, ia lupa. Yang pasti Minho mengetahuinya lebih dulu dan dengan sabar menunggu hingga Newt menyadari hal yang sama.

Semenjak mereka bersama, tidak ada kata apapun yang terlontar dari anak-anak yang lain. Tidak juga dengan Alby. Pemuda pemimpin mereka itu hanya menatap Newt sesekali, menepuk kepalanya lebih sering, atau memberi remasan lembut pada bahunya setiap kali ia melihat wajah meringis Newt saat pemuda pirang itu berusaha duduk dengan hati-hati.

Hanya Minho. Tidak ada kata apapun yang terlontar dari Alby dan yang lain, tapi tidak dengan Minho.

Minho tidak menyukai kedekatan Newt dan Alby. Tidak peduli meskipun Alby-lah yang kenal Newt lebih dulu daripada Minho, tidak peduli meskipun Alby-lah yang ada di sisi Newt sebelum Minho, tidak peduli meskipun Alby-lah yang lebih dulu selalu ada untuk Newt sebelum Minho, tidak peduli meskipun Alby-lah yang menyelamatkan hidup Newt dengan menemukannya duluan sebelum Minho.

Minho tidak menyukai kedekatan Newt dan Alby.

Dan Newt tidak protes.

Ia juga tidak menjaga jarak dengan Alby, namun sebisa mungkin ia menghindari kontak fisik. Semua berjalan seperti biasa kecuali beberapa tatapan tidak senang yang Minho lemparkan kearahnya. Saat larut Newt selalu berusaha untuk meyakinkan Minho bahwa ia hanya mencintai Minho seorang. Tidak ada Alby, tidak ada siapapun di hatinya, selain Minho.

Butuh waktu sampai akhirnya Minho mengurangi sifat possesive dan over-protective berlebihannya terhadap Newt. Memang masih ada, namun setidaknya berkurang sedikit. Dan Newt cukup menghela nafas lega karenanya.

Lagi, Newt tidak pernah protes dengan dua sifat jelek Minho yang berkaitan dengannya itu.


"Ahh—hhaa ... Min—haahh ... aahh ..."

Minho masih menatap Newt, masih menggepur dengan kuat, mengerang dan terengah-engah. Di bawahnya, Newt meringis, mendesah, dan menggeliat, merapat begitu erat ke tubuh Minho hingga pemuda Asia itu bisa merasakan dentuman jantung Newt di dadanya sendiri.

Minho menyadari beberapa tetes air mata yang mengalir keluar dari kelopak mata Newt yang tertutup rapat. Ia tahu Newt sedang kesakitan. Tapi kenikmatan tak tertahankan yang ia rasakan saat ini tidak membuatnya berhenti. Ia tidak mau berhenti.

Minho menunggu. Menunggu sampai Newt mencakar bahunya, berteriak, dan menyuruhnya berhenti. Menunggu hingga Newt memohon padanya untuk berhenti. Menunggu Newt mengatakan sesuatu, apapun, atau melakukan sesuatu sekecil apapun sebagai sinyal yang menyuruhnya untuk berhenti. Jika Newt yang memintanya, Minho akan berhenti. Tentu saja, Minho akan melakukan apapun, hanya untuk Newt, jika Newt menginginkannya.

Newt tidak mengeluarkan kata apapun selain melontarkan desahan terengah-engah. Newt tidak melakukan apapun selain berpegangan erat pada Minho.

Minho menggeram nikmat. Dihantamkannya kejantanannya terus-menerus ke dalam tubuh Newt. Ia mendekatkan wajahnya lagi, sangat dekat dengan wajah Newt, saat ia terus-menerus membisikkan kata-kata yang sama, mengulangnya bagai mantra.

"Newt ... I love you ..."

"—nghh .. Hahh- aahh ! Aahhh, Minho !"


Newt tidak pernah protes akan hal-hal yang seharusnya membuat remaja seusianya melakukan hal itu. Ya, dia tidak menerima keadaannya sekarang. Dia tidak suka ditempatkan di tempat yang asing seluruhnya tanpa ingatan apapun. Dia tidak suka dengan kehidupannya saat ini. Tapi dia tidak protes, tidak mengeluh kepada siapapun, tidak juga kepada Minho.

Seperti saat Gally menendang kakinya yang cedera—kesalahpahaman kecil, yang dia ingat. Gally memang memiliki temperamental yang buruk dan semua orang tahu ia mudah marah. Newt melawan, tentu saja, dia bukan orang lemah bodoh yang pasrah begitu saja jika diinjak-injak. Penjelasannya tertutup oleh makian Gally dan ucapannya yang menyuruh Gally untuk tenang diabaikan sepenuhnya. Newt hanya bermaksud untuk mengabaikan pemuda itu dan berbalik untuk berjalan pergi ketika Gally menyerangnya dari belakang.

Newt tidak protes.

Minho marah besar. Kekesalannya terlihat sangat jelas yang bahkan sanggup membuat Newt agak takut hari itu karena Minho tidak pernah memperlihatkan kejengkelan yang sebesar itu.

Kekesalan Minho hari itu sebenarnya ganda. Ia baru saja kembali dari maze ketika beberapa anak sedang bergosip-ria tentang insiden Newt dan Gally itu. Keinginan terbesarnya untuk menghampiri Gally dan langsung menghajar anak itu dengan cepat tertindih oleh rasa khawatirnya akan kondisi Newt sehingga ia menghampiri si pirang terlebih dahulu. Kekesalan pertamanya dimulai saat ia tahu jika Newt terluka saat ia tidak ada. Ia melanggar janjinya pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Newt dan bahwa ia akan melindunginya. Heh, ia benar-benar akan menghajar Gally setelah ini.

Kekesalan yang kedua, yang benar-benar membuat amarahnya memuncak, adalah saat Newt mengatakan kalau Alby-lah yang datang menolongnya dan menghentikan Gally.

Minho bangkit berdiri, hendak melampiaskan semua kekesalannya pada Gally. Newt menyusul terburu-buru, berjalan terseok-seok di belakangnya, berusaha menghentikannya, menyuruhnya untuk meninggalkan Gally sendiri. Tapi Minho tidak mendengarkan. Ia hampir saja berkelahi dengan Gally kalau saja Alby tidak muncul untuk menuding mereka dengan tajam dan berkata dengan penuh jengkel, langsung di depan wajah Minho, untuk tidak membuat masalah.

Minho did Newt so hard that night to the point where Newt blacked out dan tidak bangun-bangun hampir seharian. Bahkan saat Minho dan para runner lainnya kembali dari maze, Newt masih tidak sadarkan diri dan baru bangun setelah senja. Lagi, Alby dan yang lain tidak mengatakan apa-apa. Tidak ada yang menyalahkan Minho. Begitu juga Newt.

Tapi Minho menyalahkan dirinya sendiri. Ia mendekap Newt dengan lembut, penuh kasih sayang saat akhirnya Newt bangun. 'Sorry for being so angry,' katanya pada saat itu. Dan Newt tidak marah. Ia menepuk punggung Minho dengan pelan, senyum kecil menghiasi wajahnya.

Minho mencintainya, astaga.


"I love you, Newt ..."

"Aahh ... M—Minho, I—"

Thrust. Thrust. Thrust.

Minho mengerang. Lubang sempit milik Newt mengetat di sekitarnya dan ia tahu Newt sudah dekat. Ia juga sudah dekat, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Newt memekik saat Minho mendekapnya lebih kuat, dengan begitu protektif dan posesif.

"M—Minho aahh ... I'm close- hnghh ..."

"Me, too. Just come."

Dan Newt sampai di puncaknya lebih dulu. Cairannya keluar membasahi perut Minho dan dirinya sendiri. Perlahan ia menggerakkan lengannya, menangkupkan tangannya di kedua sisi wajah Minho yang masih memompa ke dalam dirinya dan membuka matanya yang berair, menatap Minho dengan ... penuh cinta.

"I ..." Dia mengambil nafas susah payah. Tubuhnya masih terlonjak, terbawa akan kekuatan dorangan Minho. "I love you, too ..."

Pupil mata Minho sedikit melebar. Bisikan itu terdengar lemah, sangat lemah namun Minho mendengarnya dengan sangat jelas. Sangat jelas karena hal itu hanya Newt tujukan padanya. Hanya pada Minho seorang. Dorongan terakhir, Minho menghentakkan kejantanannya sedalam mungkin di tubuh partner seumur hidupnya saat ia mencapai klimaksnya sendiri, mengisi lubang Newt dengan cairannya.

Partner for life. Ia memutuskan untuk menamai Newt seperti itu semenjak mereka bersama. Partner seumur hidup.

Mereka berdua saling menatap sekarang, nafas memburu, peluh mengalir disekujur tubuh mereka. Newt sangat kecil dan sempit, dengan keadaan Minho yang masih berada dalam dirinya, tidak ada cairan esensi sedikitpun yang merembes keluar.

Minho menunduk, menyapukan bibirnya di dahi Newt, lalu berpindah ke pelipis, area di antara alis, pucuk hidung, dagu, rahang. Yang terakhir ia daratkan di bibir Newt, mengecupnya dengan sangat lembut, hati-hati, dan menambahkan sedikit keposesifannya dengan lumatan kecil.

Newt melenguh kecil diantara ciuman itu. Lalu kedua tangannya yang menangkup wajah Minho terjatuh begitu saja. Minho menarik kembali kepalanya dan menatap Newt. Kepala pemuda pirang itu terkulai ke samping, matanya menutup, bunyi nafasnya samar-samar terdengar dari bibirnya yang sedikit terbuka.

Pingsan.

Minho tersenyum samar. Ia mengusap jejak air mata yang ada di pipi Newt dengan ibu jarinya sebelum mengeluarkan dirinya dari dalam tubuh kekasihnya. Cairannya mengalir keluar dari bukaan kecil itu dan ia menyempatkan diri untuk membersihkannya.

Astaga, Minho benar-benar mencintai Newt.

Selanjutnya runner itu menyelipkan kedua tangannya, yang satu di sekitar bahu Newt dan satu lagi di bagian bawah lutut Newt, kemudian mengangkat tubuh kurus itu dengan perlahan, kembali berhati-hati.

Ia mendaratkan sebuah ciuman kecil lainnya di dahi si pirang dan berbisik pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

"Mine."

.

.