The Tales of The Shadow World
.
Saint Seiya © Masami Kurumada
Saint Seiya: The Lost Canvas © Teshirogi Shiori
The Mortal Instruments © Cassandra Clare
.
The Tales of The Shadow World © Kurobara Jio
.
.
Warning:
Shadowhunter!AU, Typo, OOC, Penggunaan nama Shadowhunter sebagai surname beberapa atau keseluruhan karakter (list nama bisa dilihat di Shadowhunter's Codex)
.
Characters:
Aspros (Ravendale), Defteros (Ravendale), Sisyphus (Silverlaw), Ilias (Silverlaw), Sage
.
Chapter 1:
Separation
.
Aspros terus meronta-ronta dalam pelukan Sisyphus yang menahannya agar tidak menghambur masuk ke dalam ruang dengan pintu tertutup rapat di depan mereka. Segala macam sumpah serapah dan makian yang tidak biasanya pemuda berambut biru itu ucapkan terus terlontar dari mulutnya, entah ia tujukan pada siapa. Bekas air mata tampak jelas di wajahnya, begitu pula darah yang mengering dari luka di pipinya maupun pakaiannya, darahnya dan juga darah dari pasangan Parabatai-nya sekaligus adik kembarnya, Defteros. Keadaan Sisyphus pun tidak jauh berbeda dari Aspros.
Bisa dirasakan oleh pemuda berambut biru itu, perlahan tapi pasti ikatan antara dirinya dan Defteros mulai memudar. Sisyphus sendiri bisa melihat kalau Rune yang menjadi tanda ikatan antara Aspros dan Defteros yang tertoreh di kulit kawannya itu mulai memudar. Pemuda yang lebih tua dari Aspros itu tahu betapa sakitnya saat ikatan Parabatai terputus, meski ia tidak pernah merasakannya secara langsung. 'Bagaikan kehilangan separuh jiwa,' itulah yang dikatakan kakaknya, Ilias, pada Sisyphus.
Pintu mahogani yang tadinya tertutup di depan mereka perlahan terbuka, seorang pria berusia limapuluh tahunan dengan rambut putih panjang, Sang Inkuisitor—Sage, keluar dari ruangan itu diikuti oleh seseorang yang mengenakan tudung berwarna gading dan wajah yang tidak lagi sepert wajah manusia, salah satu dari Silent Brother. Aspros segera mendorong tubuh Sisyphus, melepaskan diri dari pemuda berambut coklat itu dan berlari melewati Sage untuk memasuki ruangan dimana Defteros berada.
"Defteros!" Aspros berteriak memanggil nama adik kembarnya. Suaranya terdengar serak karena terlalu banyak berteriak sebelumnya dan juga putus asa.
Defteros terbaring di atas tempat tidur dengan kedua mata terpejam dan napas yang tidak beraturan, ia sedang tertidur. Perban putih membelit lengan pemuda berkulit tan itu, bekas gigitan Werewolf yang ia dapatkan dalam serangan yang dilakukan oleh sekawanan Werewolf beberapa jam yang lalu.
Aspros menggenggam tangan Defteros dengan lembut. "Defty... maaf. Maafkan aku. Maafmaafmaaf..." kata-kata maaf terus diucapkan oleh Aspros dengan suara lirih dan penuh kepedihan. "Seandainya aku bisa memutarbalikkan dan menggantikanmu..." Aspros terisak pelan.
Sisyphus memasuki ruangan bersama dengan Sage, Ilias dan Sang Silent Brother yang tadi memeriksa keadaan Defteros. Pemuda berambut coklat itu menepuk pundak Aspros dengan pelan, menyadarkannya akan keadaan di sekitarnya.
Sang Inkuisitor angkat bicara, " Adikmu akan selamat, tapi—"
Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, Aspros memotongnya, "Jangan katakan apapun. Defteros tidak akan apa-apa. Dia tidak akan menjadi..." Suara Aspros tercekat. Dia tidak mampu mengatakan maupun membayangkan adik kembarnya menjadi salah satu Penghuni Dunia Bawah, Downworlder. Tidak...
Ilias menggelengkan kepalanya pada Sang Inkuisitor, mengisyaratkan pada pria berambut putih itu untuk tidak mengatakan apapun lagi. Aspros dan Defteros baru saja kehilangan kedua orangtua mereka lima bulan yang lalu, dan sekarang si Kembar tertua juga harus kehilangan adiknya—satu-satunya keluarganya yang tersisa. Aspros yang tampak tangguh dan disebut-sebut sebagai 'Prodigi' sekalipun hanyalah seorang pemuda berusia delapanbelas tahun. Duka yang mendalam membuatnya terlihat begitu rapuh, seakan ia bisa hancur kapan saja.
Dua minggu telah berlalu sejak penyerangan yang dilakukan oleh sekawanan Werewolf, dan malam ini merupakan malam penentuan bagi Defteros maupun Aspros, malam bulan purnama.
Lima hari yang lalu, Dewan Konsul telah memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya pada Defteros setelah pemuda itu digigit oleh werewolf. Jika Defteros tidak berubah pada malam bulan purnama, ia akan tetap berada di Idris, keputusan yang dibuat untuk setidaknya menghormati keluarga Ravendale yang merupakan salah satu keluarga Shadowhunter tertua. Tapi, jika ia berubah, hanya ada dua pilihan bagi Defteros; diusir dari Idris atau mati.
Aspros terus mondar-mandir di ruang keluarga Ravendale Manor. Sesekali ia melirik ke lantai dua, dimana Defteros berada saat ini dan tidak ada seorangpun yang diizinkan untuk mendekatinya selama malam bulan purnama, bahkan Aspros sekalipun.
Sisyphus yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya itu sambil memoles pisau Seraph di tangannya menjadi sedikit jengah. Diletakkannya pisau Seraph yang dipegangnya di atas meja di depannya. "Aspros, duduk dan tenanglah," ucap pemuda berambut coklat itu dengan lembut sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya, menyuruh Aspros agar duduk di situ.
Langkah Aspros terhenti kedua iris birunya bertemu dengan iris berwarna senada milik Sisyphus. "Kau pikir aku bisa duduk dengan tenang saat adikku di atas sana, sendirian, mempertaruhkan nyawanya dan hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi di atas sana, Sisyphus?!" bentak pemuda berambut biru itu.
"Aku tahu kau khawatir pada keadaan Defteros. Tapi, mondar-mandir seperti itu juga tidak akan membantu, Ravendale!" Sisyphus balas membentak Aspros, hal yang jarang terjadi mengingat Sisyphus adalah jenis orang yang berperangai tenang dan selalu berkepala dingin. Dan jika ia sampai memanggil seseorang dengan nama keluarga mereka, itu artinya dia sangat serius dan tidak main-main dengan apapun yang ia ucapkan saat itu. "Sekarang, duduk yang tenang dan jangan sampai aku yang memaksamu untuk duduk lalu mengikatmu di kursi sialan ini!"
Dengan enggan Aspros menghempaskan dirinya di atas kursi. Mencari masalah dengan Sisyphus saat ini adalah tindakan paling bodoh yang tidak akan ia lakukan, terutama dengan pisau Seraph yang sudah kembali berada dalam genggaman tangannya, bisa jadi pemuda itu malah akan melemparkan pisau itu ke arahnya. Tidak, jangan sampai itu terjadi, karena kecil kemungkinan lemparan Sisyphus meleset kecuali jika Sisyphus memang memaksudkan lemparannya untuk meleset dari targetnya.
Keheningan perlahan merambati ruang keluarga Ravendale Manor. Tapi keheningan itu tidak berlangsung lama saat suara jerit kesakitan terdengar dari lantai dua, disusul oleh suara benda hancur dan kaca yang pecah. Dengan cepat Aspros dan Sisyphus bangkit dari posisi duduk mereka dan berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Sisyphus menyarungkan pisau Seraph miliknya di sabuk yang melilit pinggangnya dan menyiagakan busur panahnya. Sementara Aspros sudah memegang dengan erat pedang miliknya di tangannya.
Aspros dan Sisyphus tiba di depan pintu kamar Defteros. Mereka berdua berdiri di masing-masing sisi pintu. Satu tangan Aspros terulur untuk membuka pintu berdaun ganda yang tertutup, Sisyphus mengangguk mantap pada pemuda berambut biru itu.
Pintu terbuka dengan suara keras. Aspros memasang kuda-kuda siap menyerang dengan Sisyphus tepat di belakangnya, ia mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah dalam ruang tidur itu. Mereka berdua menyipitkan mata mereka untuk melihat apapub yang ada dalam ruangan gelap itu. Kosong. Tidak ada apapun dalam ruangan itu. Tidak ada Defteros di dalam situ.
Tempat tidur, bantal dan sofa terkoyak. Meja terguling dari posisi awalnya beserta benda lainnya yang pecah dan berserakan di lantai kamar. Kaca dari pintu yang mengarak ke beranda pecah berkeping-keping, meninggalkan lubang besar di daun pintu. Tirai yang menutupi pintu itupun robek di sana-sini, bergoyang pasrah tertiup angin malam.
Aspros berlari ke arah beranda, melongokkan kepalanya ke bawah. Tidak ada tanda-tanda Defteros di situ. Tapi ia yakin adiknya tadi ada di situ, melompati beranda dan berlari menembus gelapnya malam. Ia baru saja hendak berlari keluar untuk menyusul dan mencari Defteros sebelum Sisyphus memegang erat pergelangan tangannya.
Sisyphus menggeleng pelan. "Kita tidak bisa melakukan apapun lagi, Aspros. Defteros sudah memutuskan pilihannya, ia memilih untuk pergi dari Idris."
—To Be Continue—
A/N:
Hyahoooo~~! JIO di sini~ *Lambai-lambai*
Fic ini dibuat berdasarkan konsep dari The Mortal Instruments buatan Cassandra Clare dan saya benar-benar ngerekomen untuk baca seri ini! :Db
Setelah nge-rambling selama beberapa hari di twitter dengan tema "Bagaimana jika karakter Saint Seiya (terutama Lost Canvas) menjadi Shadowhunter, Warlock, Werewolf ataupun Faerie?" Dan setelah nge-draft plus ngerecokin sesama mundane RPer TLC di twitter (Terutama Regulus!Mun dan Aspros!Mun), jadilah chapter pertama dari Shadowhunter!AU ini! Yaiy! X"D
Rencananya, saya cuma mau buat oneshot, tapi setelah dipikir-pikir lagi, satu chapter gak akan cukup untuk nampilin semua karakter. Jadi yah... ini akan jadi multi-chap. Dan tiap chapter, kemungkinan karakter tidak akan sama. Bisa saja untuk chapter ini fokus ke Aspros dan Defteros, tapi chapter selanjutnya akan fokus pada karakter lainnya.
Semoga saya bisa menyelesaikan chapter lainnya dengan lancar! Amin!
Sekian uhukcurhatanuhuk saya. Ciao ciao! o/
Salam Hangat,
Kurobara Jio
