Disclaimer : Saya bukan pemilik Axis Power Hetalia, yang dibuat oleh Himaruya Hidekaz. Begitu juga karakter Hetalianya, Belanda/Netherlands/オランダ. Indonesia belum muncul di Hetalia dan aku berharap ia segera muncul secepatnya. Untuk Indonesia, aku memilih dia perempuan karena aku merasa Indonesia lebih pantas sebagai perempuan daripada lelaki. Mungkin karena terlalu banyak membaca cerita dimana tokoh utama adalah cewek kuat dan mandiri, jadi aku ingin Indonesia sebagai perempuan.

Aku membuat kepribadiannya orang yang tenang dan lembut, menghormati sesama meskipun musuh sekalipun. Dia benci perang dan lebih memilih mati karena dia sudah melihat perang dari masa kanak-kanak. Perang saudara, antar kerajaan dari masa Kerajaan Hindu-Budha, Islam hingga masa Kolonial.

Aku jatuh cinta dengan Netherlands saat Himaruya mengeluarkan desainnya. Dia sangat tampan dan sepertinya agak sedikit moody mungkin? Aku berpikir dia tipe pendiam, hanya memikirkan uang, self service, punya dapur tapi tak suka ketika seseorang mencoba membuat dapurnya kotor. Kebunnya juga indah dan berkilau bersih. Aku minta maaf jika membuat Belanda tak sesuai dengan anime/manga Hetalia juga terlalu OC. Karakter Netherlands belum banyak diperlihatkan dan aku baru melihatnya lewat episode 9 Hetalia season 5 dan komiknya volume 5.

Karakter Indonesia yang aku buat atau imajinasikan menggunakan desain Oranganeh, ini linknya: art/Indonesia-188788591

Jika kamu bertanya-tanya masa kecil Indonesia ketika dia bertemu Netherlands, linknya : art/First-Meeting-207245785

Gambarnya sesuai yang aku bayangkan saat bertemu Indonesia bahkan Indonesia pas masih kecil.

Aku dapat inspirasi cerita ini ketika baca sejarah Diponegoro hingga akhir hayatnya. Cerita ini diambil atau latar belakangnya saat Perang Diponegoro, sebelum dan sesudah akhir Perang Diponegoro. Dari yang aku baca, Perang Diponegoro atau "Java War" adalah perang yang paling tersulit bagi Belanda dalam menguasai Indonesia sampai Belanda membeli budak di Ghana untuk dijadikan prajurit. Perang Diponegoro dimulai dari tahun 1825-1830.

Jadi, selamat menikmati cerita Fanfiction Hetalia pertama ini!


A Big Warm Hands – Tangan Hangat yang Besar

.

.

Hanya tangan, sama seperti yang lain. Bagiku tangan itu berbeda dan memiliki arti dalam hidupku dan bermakna. Tangan itu besar, jari-jari yang panjang dan sedikit kasar. Itu tangan laki-laki, tetapi tangan itu berbeda dengan tangan laki-laki di negara saya. Warnanya putih pucat, sedikit kasar tapi ketika tangan itu menyentuh tanganku, rasanya hangat dan lembut. Aku mencium bau asap dan tinta dari tangannya. Cara tangannya membelai kepalaku, membelai rambut dan wajahku membuatku merasa damai. Terkadang saat tangan itu memelukku disaat ketakutan, membuatku merasa aman. Ketika tidak bisa tidur dan bermimpi buruk, tangan itu selalu membelai kepalaku hingga aku tertidur. Kemudian menjadi lagu nina bobo untukku sebelum tidur.

Tangan itu selalu mengangkatku lebih tinggi ketika kita bermain di taman, aku merasa seperti burung terbang di langit dan melihat dunia yang tak pernah aku tahu. Aku tertawa dan tertawa, meminta angkat aku lebih tinggi atau lempar aku ke langit. Tangan itu melemparku ke langit dan menangkap tubuh kecilku sementara aku tertawa bahagia dan dia kita tertawa bersama. Tangan itu mengusap punggungku ketika aku menangis, memelukku dan menenangkan aku, mengatakan semuanya baik-baik saja dengan lembut. Juga menghapus air mata aku ketika menangis karena suara petir atau jatuh dan menjadi bahan tertawaan orang-orang sekitar. Aku merasa tenang dan tersenyum lagi. Setelah itu aku mendapat ciuman di dahi dan mataku, supaya merasa lebih baik.

Itu kenangan masa kecilku. Perlahan-lahan aku tumbuh dewasa dan melupakan tangan hangat itu.

.

.

.


"Bagaimana kabarmu?" tanyaku pada Netherlands yang menghembuskan asap dan terus menghisap pipanya. Netherlands membaca koran bahasa Belanda duduk seperti seorang pemimpin atau "meneer", julukan atau nama panggilan mereka yang biasa kita panggil. Aku meletakkan nampan di atas meja bundar dekat rak buku yang dipenuhi berbagai macam buku bahasa Inggris, Belanda, Jerman dan Jepang.

Setiap pagi dia selalu minta dihidangkan kopi dan beberapa gula batu. Aku tidak bisa menebak rasa kopi yang dia mau. Kadang-kadang dia ingin kopi manis atau kopi pahit.

Kelinci Netherlands, Little Bunny tidur seperti bayi di lantai dekat sofa sambil tersenyum. Sepertinya dia bermimpi mendapatkan wortel besar atau pergi ke Surga Wortel. Meski dia kelinci dan tentu saja kecil, Little Bunny begitu dekat dengan Satria, Harimau Sumateraku. Satria sekarang di luar pintu, bermain dengan bola plastik buatanku sambil menungguku. Aku mengatakan kepadanya untuk menunggu diluar karena Satria akan membuat ruang kerja Netherlands berantakan jika masuk ke dalam, dimana Netherlands akan protes dan aku mendapatkan hukuman lagi. Setelah aku meletakkan nampan dan kopi, aku membuka tirai dan jendela sehingga sinar matahari menerangi ruangan dan udara segar masuk ke dalam ruangan. Netherlands selalu bangun lebih awal dari aku bahkan terkadang ia selalu membangunkan aku. Dia begitu tepat waktu.

Sambil menghirup udara pagi hari yang segar aku merasakan sinar matahari yang hangat menyelimuti tubuhku. Sesaat aku ingin merasakan sinar mentari lebih lama beserta udara pagi hari, bunyi gelas yang bersentuhan dengan piring kecil menyadarkanku beseta suara Netherlands saat menyeruput kopinya dan meletakkannya kembali.

"Sama seperti biasa Indie... Aku kerja, kerja, bertemu dan rapat bersama Gubernur Jenderal, keliling sekitar kota, lalu pulang." Dia mengatakan itu dengan datar kemudian berdiri dan meletakkan koran di meja kerjanya. Netherlands mengambil syal bergarisnya, biru putih, dan memakainya di depan cermin sambil membenarkan kerutan di sekitar bajunya dan lengan dia.

"Aku pulang telat malam ini, tolong buatkan aku makanan ringan dan kopi seperti biasa sebelum aku pulang." sambil mengisap pipa dan meniup asap, dia pergi meninggalkan aku sendirian di ruang kerjanya. Kadang-kadang aku tidak bisa membaca pikiran dia meskipun sudah lama tinggal bersamaku. Aku merasa dia sepertinya sedikit berubah akhir-akhir ini. Aku keluar dari ruang kerjanya dan melihat Satria masih bermain bola plastiknya. AKu bersiul dan kepala Satria langsung mencari asal suara siulan itu. Seketika mata kita bertemu dan dia berjalan menghampiriku sambil menggigit bola plastik itu dan memberikannya padaku.

"Ayo kita pergi Satria, kita belanja untuk makan malam dan cemilan hari ini." Kataku pada Satria yang mengibas-ngibas ekornya dan mengikutiku dari belakang setelah kita meninggalkan ruang kerja Netherlands. Orang-orang mengatakan bahwa ia banyak berubah setelah ia datang ke Indonesia tapi bagiku, dia sama seperti biasanya. Dari cara dia memperlakukan aku. Netherlands selalu membelai menepuk-nepuk kepalaku seperti adiknya.

Ingatanku kembali ke hari Selasa minggu lalu.


Aku begitu lelah dan memilih tidur di lantai dapur setelah aku mengumpulkan biji kopi dan teh dari pagi hingga siang. Aku belum makan malam karena terlambat meyerahkan data-data hasil penjualan dan akhirnya aku harus menghitung dari awal sudah berapa banyak aku mengumpulan biji kopi dan teh yang akan dibawa ke Belanda. Setelah tiba di rumah, aku lebih memilih tidur tidak peduli di mana aku tidur, aku hanya ingin tidur. Itu saja.

Aku pulang lewat pintu belakang yang langsung menuju dapur dan langsung ke sudut dapur, tidur tanpa peduli aku yang masih dalam keadaan sedikit kotor. Sebelum aku tidur, Satria mengambil selimut dari kamar tidur dan membungkusnya di sekitar tubuh saya. Satria pindah ke sampingku dan kami tidur bersama-sama di dapur.

Pagi datang dan sesuatu membangunkanku. Bukan hangat sinar matahari atau suara dan napas Satria yang disertai suara gerumuhnya.

Itu tangan yang hangat.

Hangatnya ada di kepalaku. Tangan hangat itu. Perlahan membelai kepalaku dan aku tahu kehangatan tangan itu. Aku selalu tahu ketika aku masih kecil tapi perlahan-lahan aku mulai lupa. Aku terbangun dan aku melihat di depanku, Netherlands berjongkok, membelai kepalaku sambil menatapku.

Tangannya ada di kepalaku, kembali membelai rambut hitam panjangku. Aku terbangun sementara tangannya yang besar bertumpu pada kepala saya, pindah ke wajahku, jarinya menelusuri tulang pipi dan mataku. Seperti besi yang tertarik magnet, aku perlahan-lahan mendekati dia dan Netherlands dengan lembut meletakkan tangannya di pipiku dan mengelusnya. Aku memejamkan mataku dan bersandar di tangannya sampai ia berdiri dan mengisap pipanya lagi.

"Indie..." Dia memanggilku dengan Indie lagi, bukan Indonesia. Aku berharap dia memanggilku Indonesia, bukan Indie atau Hindia karena aku adalah sebuah negara meskipun aku terjebak dengan dia cukup lama hingga sekarang.

"Jam berapa…" Tanyaku kepadanya dan menguap cukup lebar. sepertinya aku butuh lebih banyak tidur. Netherlands melihat jendela dan ia membuka tirai jendela. Sinar matahari dalam beberapa detik langsung menyinari seluruh dapur dan aku sadar kalau aku terlambat untuk bekerja. Oh Tuhan, dia pasti akan marah padaku karena aku bangun terlambat.

"Bangun, sudah siang Indie..." Ia berdiri sambil memperbaiki syal garis biru putih di lehernya. Bagaimana dia bisa mengenakan syal di cuaca panas ini? Kami, masyarakat Indonesia lebih memilih memakai pakaian tipis dibandingkan pakain berlapis seperti dia. Jika ia menyukai cuaca di sini, mengapa ia masih mengenakan kemeja lengan panjang dan syal biru putih.

"Kenapa kau tidur di dapur, bukan di kamarmu?"

"Aku pulang telat semalam dan lelah total. Aku sudah tak kuat untuk berjalan lagi jadi aku memilih tidur di dapur. Untungnya Satria mengambil selimut dari kamar dan tidur denganku..." Kataku sementara telingaku mendengar Satria bergerak sedikit berarti dia sudah bangun. Satria menguap dan aku bisa melihat gigi runcing besar dia yang bisa menggigitku kapan saja. Satria semakin besar dibandingkan aku. Tinggi dia sudah mencapai pinggangku. Meskipun orang berpikir Satria kecil, secara Harimau Sumatera adalah harimau kecil beserta saudaranya harimau Jawa dan Harimau Bali, bagiku Satria besar dan kuat. Aku bisa naik di atas punggung Satria sementara dia berlari, seperti aku menaiki kuda. Netherlands pernah bercerita kalau Harimau terbesar adalah Harimau Siberia, yang memiliki bulu lebat dan panjang seperti beruang Rusia. Mereka hidup di pengunungan bersalju dan mereka adalah binatang kuat beserta anggun. Aku jadi ingin melihat Harimau Siberia.

Sebelum aku berdiri, aku melihat di depanku, kelinci Netherlands, Little Bunny melompat di pangkuanku sambil tersenyum dan menjilat pipiku berpikir kalau aku pacar dia. Netherlands menyerahkan kelincinya padaku dan mengusap-usap kepala kecilnya dan ia berdiri membuka pintu.

"Urus dan jaga kelinciku Indie... Aku akan pulang telat malam ini" kata dia dan meninggalkan aku bersama Satria dan Little Bunny. Setelah Netherlands meninggalkanku, aku bangun diikuti oleh Satria dan Little Bunny. Little Bunny melompat dari lenganku dan langsung mendarat luwes di atas kepala Satria. Entah sejak kapan kelinci Netherlands dekat dengan Satria bahkan mereka main bersama, padahal jika dilihat Satria bisa saja memakan Little Bunny sebagai makan siang dia. Aku pikir setelah aku memelihara Satria dari kecil dan teman pertama dia adalah Little Bunny, maka tak heran jika mereka dekat bahkan main bersama dan Little Bunny selalu berada di atas kepala Satria.

Aku melipat selimut dan meletakkan di atas meja dan hidungku menangkap bau makanan enak, baru selesai dipanggang. Aku mencium baunya dan melihat ada makanan enak di atas meja. Aku mendekat dan makanan itu adalah makanan Belanda, Pannekoek yang dioles madu dan Poffertjes.

Siapa yang membuat makanan ini?

Aku pikir aneh secara dapur bersih begitu pun peralatannya. Jika ada orang yang memasak pasti aku langsung terbangun karena suara masakan dan orang yang lalu lalang di sekitarku. Aku melihat wastafel dan ada beberapa peralatan memasak seperti baskom, panci kecil, mangkuk, gelas dll baru dicuci dan kompor masih hangat. Semuanya masih basah dan belum kering. Aku melihat catatan kecil di samping Pannekoek dalam bahasa Belanda. Dari gaya bahasa dan tulisannya aku tahu kalau itu ditulis oleh Netherlands.

Ik maakte ontbijt, goed eten. Netherlands

Aku tersenyum dan tertawa kecil. Jarang sekali melihat Netherlands membuat sarapan di pagi hari bahkan untukku. Dia sangat tidak suka membuat dapurnya kotor dan lebih memilih memesan makanan atau memakai dapur lain untuk memasak. Sebelum makan, aku menyiapkan sarapan untuk Satria. Satria tak pernah makan daging karena di zaman ini daging cukup mahal dan aku tak punya banyak uang. Sebagai penggantinya aku memberi Satria sayuran dan ikan, juga buah sampai sekarang. Karena dia makan sayur, ikan dan buah-buahan Satria tidak menyerang dan menggigit orang-orang sekitar bahkan anak-anak kampung suka bermain bersama dia. Namun jika dia dalam bahaya apalagi aku dia tak segan-segan menunjukkan gigi tajamnya dan meraung sekerasnya sampai aku aman.

Setelah aku menyiapkan makanan Satria, aku menyiapkan makanan Little Bunny kemudian aku duduk, mengambil satu gigitan poffertjes.

"Enak… dan manis…" aku mengambil satu suap lagi dan makan cukup lahap. Poffertjesnya begitu lembut terutama taburan gula halusnya. Pannekoeknya manis karena olesan madu dan pannekoek Belanda lebih tipis daripada pannekoek Inggris. Bagiku ini adalah makanan terlezat yang pernah aku makan. Netherlands benar-benar pandai memasak dan aku suka masakannya.


"Bagaimana menurutmu?"

"Apa?" aku menatap dia setelah aku menaruh piring kotor setelah makan malam dan mengambil dua cangkir beserta piring kecil. Biasanya setelah makan malam, aku dan Netherlands beserta hewan peliharaan kita berkumpul di dapur dan melakukan dokoffiettijd. Kami hanya duduk, minum kopi dengan beberapa biskuit atau makanan ringan lain sampai tengah malam dimana kita berbagi cerita dan menceritakan kejadian apa yang sedang heboh atau terjadi akhir-akhir ini. Harus aku akui, aku suka berlama-lama di dapur Netherlands selama mungkin, bahkan aku tak keberatan tidur di dapurnya.

Netherlands benar-benar merawat dapurnya. Aku ingat ketika aku kecil, ia tak pernah mengizinkan aku menyentuh apa pun di dapurnya dan membuatnya kotor, bahkan Satria tak diizinkan masuk ke dapurnya. Baru setelah aku tumbuh dewasa, ia mengizinkan aku tapi harus janji tak pernah membuat dapurnya kotor atau menyentuh dapurnya dengan tangan kotor.

Aku menyiapkan kopi, susu dan beberapa buah yang aku potong-potong menjadi kecil. Aku memberikan pisang dan apel yang sudah dipotong kecil untuk kelinci Netherlands. Meskipun hanya kelinci, Netherlands mengatakan kelinci sama seperti manusia, memiliki piramida makanan dan buah-buahan penting untuk kelinci tapi diberikan dengan porsi kecil. Ini pertama kalinya aku tahu kelinci mempunyai piramida makanan.

"Maksudmu apa Netherlands?" aku pura-pura tidak tahu padahal aku tahu maksud pertanyaannya.

"Kau tahu apa yang aku maksud bukan, Indie?" ia mengulangi pertanyaan dia dan meletakkan dagunya di telapak tangannya. Netherlands melihat aku saat aku sedang menuangkan kopi di cangkir dan menambahkan gula kemudian sebotol susu ke mangkuk. Aku membungkuk dan memberikannya untuk Satria dan ekor Satria bergoyang ke kiri kanan dan ia langsung meminum susunya dengan senang.

"Apa tentang…?" aku masih berpura-pura tak tahu tawaran apa yang dia maksud

"Studi di negaraku. Aku pikir tak buruk juga bukan? Mendapat pendidikan gratis dan kamu bisa melihat keluar, melihat dunia. "Ia menyesap kopinya dan langsung menaruh gelas berisi kopi secepatnya. Tangan dia bergerak ke arah mulutnya dan aku melihat dia menjulurkan lidahnya dengan muka kecut, alis dia berkerut.

"Kamu tidak suka?"

"Apa?" dia bertanya penasaran dan mengambil sepotong pisang, memotongnya dengan pisau dan memberikannya pada Little Bunny. Little Bunny memakannya dengan gembira kemudian mata dia bertemu Netherlands, meminta buah lagi. Kali ini Netherlands memberikannya potongan apel.

"Koffie verkeerdnya, sepertinya aku harus menambahkan susu karena rasanya cukup pahit untukmu."

"Bukan, bukan." Ia meminum kopinya lagi tapi pelan-pelan. "Rasanya pas dan aku suka tapi terlalu panas dan lidahku hampir terbakar" Ia menjulurkan lidahnya, menunjukkan ujung lidahnya yang hampir terbakar karena panas kopinya. Aku bisa melihat ujung lidahnya kemerahan karena panas kopi dan aku tertawa karena lucu melihat Netherlands menjulurkan lidahnya.

"Nah, soal pertanyaanmu itu, aku tertarik tapi aku masih memikirkannya." Aku mengelus-elus kepala Satria yang menghabiskan minumannya, menjilatinya sampai tetes terakhir kemudian ia berjalan menghampiriku. Satria meletakkan kepalanya di atas pangkuanku dan aku mengelus-elus dan menepuk kepalanya seperti adik laki-laki.

"Dia semakin besar, Satria" Netherlands mengambil beberapa kaastangels dari toples. Aku menengok ke arah Satria yang masih menyandarkan kepalanya di pangkuanku. Dia mengerang sedikit sementara aku membelai kepala dan telinganya, lucu sekali.

"Ya… dia semakin besar dari yang aku pikir." Aku dapat melihat kalau tinggi Satria sudah mencapai pinggangku dan setiap kali kita pergi keluar, orang-orang lebih suka menjauh darinya meski aku sudah mengatakan kalau dia jinak dan aman. Anehnya, anak-anak kecil justru suka sama Satria. Netherlands sepertinya tak takut dan ia tak segan-segan bermain bersama Satria ketika aku sedang memetik teh, kopi atau rempah-rempah. Entah bagaimana, Satria lebih memilih mengikuti aku kemana pun aku pergi saat aku sedang sibuk, pergi berkebun, berkebun dan Little Bunny selalu berada di atas kepala Satria juga bergabung bersamaku.

Namun, meskipun mereka tak mau mendekati aku karena Satria, itu juga karena Little Bunny. Apabila mereka melihat Little Bunny yang menandakan dia adalah kelinci Netherlands berarti mereka tahu siapa aku. Kadang aku tak menyukainya, dari cara mereka melihatku dan membicarakanku. Aku lebih suka menjadi orang biasa dan aku bisa bicara sebebasnya dengan orang-orang sekitar. Membicarakan cuaca, harga makanan, makanan apa yang enak, membeli permen dan cemilan di pasar, bermain bersama anak-anak lokal.

"Jadi besok adalah harinya bukan?" aku mengubah topik pembicaraan saat aku minum kopi dan mengambil beberapa potongan buah dan memberikannya pada Satria. "Perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jendral De Kock?"

"Ya… besok hari perundingannya. Aku berharap perundingan mereka berjalan dengan baik." Netherlands memperbaiki posisi syalnya dan mengambil kaastangels dari toples lagi. Dia sudah mengambil cukup banyak kaastangels dan menyandarkan punggungnya di kursi, menatap langit-langit dan kembali menatap aku. Mata hijau zamrudnya yang tajam bertemu mata hitam bulatku. Saat aku melihat mata dia, aku selalu terpesona dengan mata zamrudnya. Warna mata Netherlands seperti warna hutan, warna alam. Ketika aku melihat matanya, aku merasa tenang dan damai karena mengingatkan aku pada hutan, tempat favoritku.

Mata rakyatku atau orang Indonesia umumnya cokelat gelap atau hitam. Saat pedagang arab datang ke Aceh untuk berdagang, mereka berkata kalau mata orang Eropa sangat unik. Biru, hijau, coklat, abu-abu dan membuatku bertanya-tanya bagaimana itu bisa terjadi? Saat aku pertama kali bertemu Netherlands di Banten, dimana dia pertama kali mendarat dan bertemu dia, aku terpesona oleh mata zamrudnya dan dengan polos berkata "Aku suka mata anda, warna mata anda seperti hutan, Warna alam."

Meskipun begitu, aku tetap tak bisa membaca emosi dan cara berpikir dia. Mata adalah jendela hati bukan? Tapi membaca emosi Netherlands rasanya mustahil dan tak mungkin.

"Apa kamu pikir semuanya akan baik-baik saja?" aku mengambil beberapa potongan buah dari piring dan memberikannya pada Little Bunny dan dia melompat ke arahku dengan gembiran dan memakan tiga potongan kecil dari telapak tanganku. AKu menunggu jawaban Netherlands sambil menonton kelincinya makan.

"Tidak tahu juga, aku tak yakin…."

"Berapa banyak korban dari pihak Netherlands?" aku bertanya pada Netherlands berapa banyak tentara yang tewas dari pihak Netherlands. Aku mendengar dari pembicaraan para gubernur jenderal saat mengantarkan makanan dan minuman kalau perang diponegoro atau Java Oorlog adalah perang terbesar dan tersulit selama masa pendudukannya di Nusantara.

"Aku tak tahu berapa banyak, ada yang bilang sekitar 5.000 orang termasuk orang pribumi pendukung Belanda. Bagaimana dengan kamu?"

"Lebih dari Netherlands, 200.000 orang termasuk puluhan ribu warga sipil. Aku juga mendengar kalau penduduk Yogyakarta menyusut menjadi setengah dari sebelumnya…" Aku tak suka percakapan ini, aku lebih memilih tak melanjutkannya dan ini membuat kita canggung dari biasanya. Sudah lima tahun kita saling bertarung. Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock, tahun 1825-1830. Perang ini dimulai dari pemberontakan yang dipimpin Pangeran Diponegoro karena pembangunan jalan Belanda melewati makam leluhur Pangeran.

.

.

Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencana dan membelokan jalan melewati Tegalrejo. Rupanya Belanda melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro dan membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan mengangkat senjata melawan Belanda. Ia memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam namun Belanda tetap memasang patok-patok tersebut bahkan yang sudah jatuh sekalipun. Kesal, Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok tersebut dengan tombak. Belanda mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak

Pada 20 Juli 1825, Belanda mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro membakar habis kediaman Pangeran

.

.

Aku yang berada di lokasi kejadian hanya bisa menatap rumah Pangeran yang terbakar habis dan saat itu aku melihat Netherlands memerintahkan pasukannya mencari Pangeran dimana pun sampai ketemu. Terkadang aku pernah diintegorasi oleh para gubernur jenderal bahkan oleh Netherlands sekalipun, bertanya apa aku tahu dimana Pangeran Diponegoro bersembunyi dan tak segan-segan mereka menghukumku karena memberi tahu alasan yang salah padahal aku mengatakan yang benar. Bahkan aku pernah ditampar dan hampir dipukul karena dikira berkelompot dengan pemberontak (Pangeran Diponegoro dan pengikutnya) hingga Satria marah dan menggigit tangan gubernur jenderal. Aku kewalahan saat menenangkan Satria yang tak segan membunuh para gubernur jenderal itu sampai Netherlands meminta mereka untuk segera pergi.

.

.

Setelah serangan itu, perang ini dimulai yang berlangsung lima tahun, sampai sekarang. Pertempuran dibuka dengan penyebaran infanteri, kavaleri dan artileri di kedua sisi dan berlangsung dengan sengit. Pertempuran terjadi di depan puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung begitu sengit bahwa ketika suatu wilayah dapat dikendalikan oleh pasukan Belanda pada siang hari, maka malam hari, daerah itu direbut kembali oleh pasukan pribumi dan sebaliknya.

.

.

"Aku tak ingin perang lagi Netherlands. Sebelum Perang Diponegoro, kami sedang dalam masa Perang paderi dan sampai sekarang belum selesai. Masih terus berlanjut dari tahun 1803, perang yang hanya antara orang Paderi dan orang Pribumi. Bahkan kaum adat, orang Paderi meminta bantuan anda untuk memenangkan perang. Aku tak tahu sampai kapan perang ini selesai..."

"Indie..." Belanda menyela pembicaraanku tapi aku tetap meneruskannya.

"Karena perang ini, Perang Diponegoro, banyak orang meninggal dan penduduk Yogyakarta menyusut satu persatu. Begitu pun orang-orang anda dan tentara anda..." Aku menyesap kopi dan meletakkannya kembali di atas meja, jari-jariku menjadi tegang dan melingkar di sekeliling cangkir. Aku melihat ke bawah, melihat refleksiku di kopi dan perlahan-lahan menjadi kabur. Tanpa sadar, air mataku keluar dan mencoba bergulir ke bawah. Aku menahan air mataku dan menutup mataku erat sambil menarik napas dalam-dalam dan merasakan Satria meringkuk di pangkuanku, merasa iba. Aku menepuk-nepuk dan membelai kepala, telinga, dan matanya, berbisik 'Semuanya baik-baik saja' dan 'Aku baik-baik saja'. Pertempuran dan konflik dengan Netherlands membuatku frustasi.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Aku benci perang Netherlands. Aku sudah melihat banyak perang sebelum anda datang. Perang antar kerajaan, perang saudara karena perebutan tahta kerajaan, dan banyak lagi. Kamu juga membenci perang bukan?" Aku menatap langsung Netherlands, menunggu jawabannya. Netherlands menatapku dengan perasaan bersalah, mata zamrud itu menatap kopinya, sementara bibirnya tersenyum kecut dan kembali menatapku. Dua orang yang saling berkonflik saling memandang, menunggu dan menemukan jawabannya. Tiba-tiba jam lonceng berbunyi, menandakan bahwa sudah tengah malam.

"Sudah tengah malam, kita harus tidur." Netherlands berdiri dan mengambil piring kotor dan cangkirnya beserta punyaku, meletakkannya di wastafel. Dia mengambil kain dan membersihkan meja sementara akau masih duduk diam, menatap dia yang sedang membersihkan meja. Little Bunny menghindar dari Netherlands yang membersihkan meja dan ia melompat ke arahku dan mendarat di telapak tanganku.

"Kau belum menjawab pertanyaanku…" mataku tak bisa lepas dari Netherlands yang menuju lemari belakang dan menempatkan kainnya di dalam lemari. Setelah itu ia mencuci piring dan cangkir dan mengelapnya sampai kering. Ia memutari aku sampai aku berhadapan dengannya dan ia mengambil kelincinya di pangkuanku. Saat Netherlands akan meninggalkan dapur, ia berhenti dan merasakan sesuatu menghentikan dia dan ia melihat aku menggenggam lengan kemejanya erat.

"Indie… biarkan aku pergi…"

"Kapan kamu akan menjawabnya?" aku terus menggenggam lengan kemejanya, tak melepaskannya. Melihat aku tak melepas lengan kemejanya, ia meletakkan Little Bunny diatas meja, tangan kirinya menyentuh tanganku dan jari panjangnya perlahan-lahan melepas tanganku dari bajunya seperti meyentuh barang pecah belah, kemudian meletakkan tanganku diatas meja.

"Tidur Indie… sudah malam sekarang." Ia membelai kepalaku dan membungkuk sedikit. AKu bisa melihat wajah dia semakin dekat padaku dan darah mengalir ke pipiku dan menciptakan warna mawar dan aku bisa merasakannya. Dia maju mendekatiku dan mencoba menciumku. Aku mundur darinya, terkejut.

"Kenapa Indie? Kita biasanya melakukan ini sebelum tidur, cium pipi."

"Aku tahu Netherlands, hanya…." Astaga, kenapa jantungku berdebar-debar begitu cepat? Seharusnya aku biasa saja karena ini menjadi rutinitas kita sebelum tidur, saling mencium pipi. Tapi entah kenapa tadi aku merasa gugup dan malu?"

"Maaf Netherlands…" aku berjalan pelan ke arah dia dan mengangkat kepalaku sehingga ia bisa mencium pipiku. Setelah ia mencium pipiku, aku jinjit dan menyandarkan tanganku di bahu bidangnya dan ia membungkuk sedikit supaya aku bisa mencium kedua pipinya. Netherlands sangat tinggi sekali dan tinggi aku hanya mencapai dadanya.

"Terima kasih untuk malam ini. Aku merasa lebih baik dan Kaastangels kamu enak dan gurih…" Netherlands meninggalkan aku dan pergi tanpa menutup pintu dapur. Namun, saat ia meninggalkan dapur, aku sempat melihat kepalan tangannya yang mengeras menahan amarah dan wajahnya yang sedih

.

.

.

TBC


Bagaimana denga cerita fanfic Indonesia-Netherlands ini? Aneh atau tidak? Jujur aku sebenarnya ingin menulis fanfic Indonesia-Netherlands dengan latar belakang sejarah. Harus aku akui, menulis fanfic Hetalia sepertinya lebih sulit dibanding aku menulis fanfic lain karena Hetalia adalah manga dan anime berlatar sejarah.

Sebelum menulis cerita ini, aku mencari info tentag sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang Diponegoro atau Java War dalam Bahasa Inggrisnya, kalau Bahasa Belanda Java Oorlog. Aku juga mengalami kesulitan menulis sudut pandang kedua negara ini, ketika mereka dalam konflik perang dimana mereka tinggal bersama dalam waktu cukup lama. Aku membuka banyak wikipedia dan mencari di google situasi, kondisi, suasana Indonesia saat Perang Diponegoro. Selain itu, aktivitas sehari-hari pada tahun 1800an dan makanan mereka apa saja. Aku juga membuka ulang buku sejarah saat menulis cerita ini.

Ada beberapa bahasa dan makanan Belanda di cerita ini, ini terjemahan dan penjelasannya :

Ik maakte ontbijt, goed eten - Aku membuat sarapan untuk Anda, makan dengan baik

Dokoffietijd - waktu minum kopi. Terdiri dari kopi dan kue atau biskuit, disajikan antara 10 dan 11 pagi sebelum makan siang dan / atau antara 7 dan 8 malam setelah makan malam. Saat minum kopi dan teh saat itu, selalu ada satu biskuit untuk cemilan.

Koffie verkeerd : kopi panas hitam disajikan dengan susu panas.

Poffertjes - kue tradisional Belanda. Seperti pancak tapi kecil. Kue ini dibuat dengan ragi dan tepung soba. Tidak seperti pancake Amerika, poffertjes memiliki tekstur, seperti kue spons dan lembut. Biasanya, poffertjes disajikan dengan gula bubuk dan mentega, dan kadang-kadang sirup.

Pannekoek / Pannekoeken - Pancake Belanda/Belgia - Pannekoeken biasanya lebih besar dan jauh lebih tipis dibandingkan pancake Amerika atau Skotlandia. Mereka dapat dimasukkan iatau isi pannekoek adalah irisan daging asap, apel, keju, atau kismis. Biasanya sering dimakan dengan treacle (sirup yang terbuat dari gula bit), appelstroop (mentega apel Belanda) atau gula bubuk dan kadang-kadang digulung untuk dimakan dengan tangan.

Kaasstengels - kue yang terbuat dari adonan tepung, telur, margarin, dan keju parut. Ini kue dari Belanda dan menjadi kue favorit Indonesia.

Silakan review dan saran untuk cerita ini. Review kalian sangat berarti buat aku! :D